Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Kata 'Tuhan' Hanya Simplifikasi Manusia atas KeagunganNya

28 September 2023   12:18 Diperbarui: 28 September 2023   12:22 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat keterbatasan-keterbatasan ini, penting bagi saya untuk selalu sadar bahwa kata-kata hanyalah alat, dan mungkin tidak pernah sepenuhnya mampu menggambarkan keagungan Tuhan. Namun, dengan kerendahan hati dan kesadaran akan keterbatasan saya, saya dapat menggunakan bahasa sebagai jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam, meskipun mungkin tidak pernah sempurna.

Satu dan Tunggal itu Berbeda

Dalam pemahaman sehari-hari, saya sering menganggap kata "satu" dan "tunggal" memiliki makna yang sama. Namun, dalam konteks keberadaan dan alam semesta, kedua kata ini membawa nuansa yang berbeda. Ketika kita berbicara tentang "satu," kita merujuk pada sosok.

Sementara "tunggal" dapat dilihat sebagai sebuah sistem holistik di mana segala komponen alam semesta bekerja secara serentak dan harmonis, menghasilkan sebuah keseluruhan yang utuh. 

Dalam hal ini, "tunggal" mencerminkan bagaimana setiap galaksi, bintang, planet, makhluk hidup, hingga partikel terkecil bekerja bersama dalam sebuah tatanan dan keseimbangan, memastikan kelangsungan hidup alam semesta. Sehingga, meskipun alam semesta terdiri dari beragam elemen dengan fungsi dan karakteristik masing-masing, semuanya itu berkontribusi dalam satu sistem yang "tunggal". 

Oleh karena itu, meski sering digunakan secara bergantian, "satu" dan "tunggal" memiliki kedalaman makna yang berbeda bagi saya, terutama ketika saya merenungkan tentang kebesaran alam semesta.

Tuhan Merawat Setiap Bagian dari yang Hidup dan Tidak

Pemahaman mengenai Tuhan seringkali terkait erat dengan konsep penciptaan dan keberadaan yang hidup. Namun, Tuhan dalam keagunganNya bukan hanya berkaitan dengan yang bernyawa, melainkan mencakup segala aspek eksistensi, baik yang hidup maupun yang tidak.

Dalam keseharian kita, kita mudah melihat tanda-tanda perawatan Tuhan terhadap makhluk hidup. Seperti tumbuhnya tanaman, kicauan burung yang menyambut pagi, atau detak jantung yang tak pernah lelah memompa darah. Namun, di luar itu, Tuhan juga merawat dan memelihara segala sesuatu yang kita anggap 'mati' atau tidak hidup. Batu, angin, air, dan bahkan ruang kosong di antara bintang-bintang, semuanya berada di bawah tata tertib yang telah ditetapkan olehNya.

Ambillah contoh planet kita, Bumi. Rotasi dan revolusi Bumi yang sempurna, yang memungkinkan terjadinya perubahan hari dan malam, serta pergantian musim, adalah bukti dari perawatan Tuhan terhadap sistem yang tidak hidup. Begitu juga dengan hukum-hukum fisika yang mengatur gerak dan interaksi partikel-partikel materi, semuanya menunjukkan keharmonisan dan keseimbangan yang luar biasa.

Tuhan, dalam kebesaranNya, tidak hanya fokus pada satu aspek kehidupan, melainkan memastikan bahwa setiap komponen alam semesta, hidup maupun tidak, berfungsi dengan harmoni yang sempurna. Menunjukkan bahwa setiap elemen, tidak peduli seberapa signifikan atau tidaknya dalam pandangan manusia, memiliki tujuan dan peran dalam skema besar ciptaanNya.

Oleh karena itu, ketika saya merenungkan tentang Tuhan, penting untuk tidak hanya fokus pada yang kasat mata dan hidup di sekitar saya. Sebaliknya, saya harus memperluas cakrawala pemikiran untuk menyadari bahwa Tuhan merawat, mengatur, dan memelihara setiap inci dari eksistensi ini, menjadikan hal itu sebagai manifestasi dari kasih dan keagunganNya yang tak terbatas.

Epilog

Dalam perjalanan mencoba memahami kebesaran Tuhan, saya seringkali terbatas oleh keterbatasan pemikiran, bahasa, dan pengalaman. Namun, ketika saya melangkah lebih jauh, menyelami kedalaman alam semesta dan interaksinya, saya dapat melihat gambaran yang lebih luas tentang keagungan Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun