Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ketika Harga Beras Melonjak, Porsi Warteg Pun Menyusut

21 September 2023   11:33 Diperbarui: 25 September 2023   07:45 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warteg atau warung tegal. (Foto: KOMPAS.COM/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Harga Beras Naik, Porsi Warteg Menyusut

Beberapa hari terakhir, saya sempat berkesempatan untuk makan di warteg langganan. Biasanya, porsi nasi yang saya dapatkan cukup memenuhi perut. Namun, entah mengapa beberapa hari ini saya merasa porsi yang diberikan lebih sedikit dari biasanya. 

Rasa penasaran membuat saya menghampiri ibu penjaga warteg dan menanyakan hal tersebut. "Bu, kok porsinya jadi berkurang ya?" tanya saya. Dengan wajah sedikit cemas, beliau menjawab, "Maaf, mas. Harga beras lagi naik, jadi saya kurangi sedikit porsinya."

Badan Pusat Statistik Catat Kenaikan Harga Beras

Dari yang saya dengar, ternyata benar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hingga pekan kedua bulan September 2023, harga beras masih menunjukkan tren kenaikan. Tidak hanya itu, jumlah wilayah di Indonesia yang mengalami kenaikan harga beras pun semakin meluas.

Melansir CNBC Indonesia, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2023 yang ditayangkan oleh Youtube Kemendagri pada tanggal 18 September 2023, Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan kecenderungan tersebut. Pada minggu kedua September 2023, harga beras rata-rata di Indonesia berkisar pada angka Rp13.221 per kg.

Pudji melanjutkan, 

Jika kita melihat, pada minggu pertama bulan September, kenaikan harga beras terjadi di 300 kabupaten/kota. Namun, di minggu kedua, angka ini meningkat menjadi 341 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga beras.

Ini tentu menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, setelah mengalami inflasi dan berkontribusi signifikan pada bulan Agustus tahun sebelumnya, harga beras kembali menunjukkan tren kenaikan dalam dua minggu pertama September 2023.

 "Kenaikan harga beras ini perlu kita waspadai bersama," tutup Pudji.

Apa Upaya Pemerintah?

ilustrasi makanan warteg. (Sumber: Envato/ikadapurhangus)
ilustrasi makanan warteg. (Sumber: Envato/ikadapurhangus)

Dalam menghadapi kenaikan harga beras yang signifikan, pemerintah tidak tinggal diam. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Bahan Pangan Nasional (Bapanas) untuk melakukan operasi pasar secara masif. 

Sebagai bentuk komitmen, pemerintah telah menyiapkan pasokan sebesar 641.000 ton beras yang akan disalurkan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) untuk periode September, Oktober, dan November. Setiap keluarga yang terdaftar sebagai KPM akan menerima bantuan sebanyak 10 kg beras tiap bulannya.

"Semuanya akan diguyur beras secara masif, kita harap dengan itu harga beras akan mulai turun," ungkap Presiden Jokowi saat meninjau Pasar Kranggot di Banten pada tanggal 12 September 2023.

Namun, tantangan penanganan kenaikan harga beras bukan hanya dari segi distribusi. Ada ancaman kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El Nino yang diperkirakan akan berdampak pada produksi beras nasional. 

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan, 

"Analisis kami, kita akan kehilangan 380.000 ton beras akibat El Nino sedang. Kalau El Nino sangat kuat, kita akan kehilangan hingga 1,2 juta ton beras. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dan tidak boleh terlalu percaya diri hanya dengan data yang ada. Itulah mengapa kita harus menyediakan penanaman baru dengan luas mencapai 500.000 hektar,"

Sementara itu, terkait penurunan produksi beras, Wakil Ketua Satgas Pangan Polda Jateng, AKBP Rosyid Hartanto, menyatakan bahwa kenaikan harga beras terjadi karena penurunan drastis produksi gabah dari Agustus ke September 2023. 

"Sebelumnya produksi gabah mencapai 755.274 ton di awal bulan Agustus, tetapi menyusut drastis menjadi 395.415 ton di awal September 2023," jelasnya, dikutip dari Kompas.com pada tanggal 13 September 2023.

Dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, diharapkan bisa membantu mengatasi kenaikan harga beras dan memastikan stabilitas pangan di Indonesia.

Kesimpulan

Kenaikan harga beras bukan hanya menjadi sorotan, tetapi tren tersebut diikuti juga dengan kenaikan harga komoditas lain. Situasi ini tentunya memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama bagi rakyat kecil dan menengah. 

Bagi mereka, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras dan komoditas lainnya bisa menjadi beban ekonomi yang cukup berat. 

Maka dari itu, stabilitas harga pangan dan komoditas penting lainnya harus menjadi prioritas pemerintah. Pemastian ketersediaan dan aksesibilitas harga yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat adalah suatu keharusan agar kesejahteraan rakyat tetap terjaga.

Ref:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun