Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Dilema Penggunaan Atap Asbes, Antara Murah dan Dampaknya bagi Kesehatan

16 September 2023   11:03 Diperbarui: 16 September 2023   11:08 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Atap Asbes bagi Kesehatan

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan lingkungan. Salah satu contohnya adalah pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan. 

Namun, dalam kenyataannya, masih banyak ditemukan bahan bangunan yang sejatinya berpotensi membahayakan kesehatan, namun tetap digunakan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, salah satunya adalah atap asbes. 

Baru-baru ini, ketika saya menggunakan KRL dan melintasi beberapa daerah di Jakarta, mata saya tertuju pada banyaknya rumah-rumah dengan atap berbahan asbes. 

Meskipun telah banyak peringatan mengenai bahayanya, ditambah larangan oleh WHO, namun kenapa atap asbes masih menjadi pilihan bagi banyak masyarakat kita? Dibalik harga yang terjangkau, apa saja dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bahan ini bagi kesehatan penghuninya?

Atap Asbes itu Murah

Atap asbes, bagi sebagian besar masyarakat, menjadi pilihan yang menarik terutama dari segi ekonomis. Bahan ini dikenal dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis atap lainnya seperti genteng keramik atau baja ringan. 

Ketersediaannya yang melimpah di pasaran, proses pemasangannya yang sederhana, serta ketahanannya terhadap perubahan cuaca menjadikannya alternatif yang menarik bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau mereka yang mencari solusi hemat dalam membangun atau merenovasi rumah. 

Namun, di balik kepraktisannya, ada sejumlah pertimbangan kesehatan yang seringkali diabaikan oleh banyak orang.

Dampak Buruk Penggunaan Asbes pada Kesehatan dan Bangunan

Asbes, sebuah material yang dulu dianggap revolusioner karena kelebihannya, kini menjadi sorotan karena dampak buruk yang ditimbulkannya. 

Meski menjadi pilihan ekonomis bagi sebagian besar masyarakat karena harganya yang relatif murah, penggunaan asbes ternyata membawa risiko kesehatan yang sangat signifikan.

Menurut data dari Health and Safety Executive, asbes dapat menyebabkan sejumlah penyakit berbahaya:

1. Mesothelioma: 

Ini adalah kanker yang tumbuh pada lapisan paru-paru (pleura) dan lapisan yang mengelilingi bagian bawah dari saluran pencernaan (peritoneum). Hal yang mengkhawatirkan adalah Mesothelioma hampir secara eksklusif disebabkan oleh paparan asbes.

2. Kanker Paru-paru: 

Selain Mesothelioma, asbes juga berpotensi menyebabkan kanker paru-paru. Bahkan, bagi mereka yang memiliki kebiasaan merokok, kombinasi antara rokok dan paparan asbes dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru secara signifikan.

3. Asbestosis: 

Asbestosis bukanlah kanker, tetapi merupakan kondisi parah dimana terjadi penebalan dan jaringan parut pada paru-paru setelah seseorang terpapar asbes dalam jangka waktu yang lama. 

Gejalanya antara lain sesak napas, dan dalam kasus yang serius, kondisi ini bisa berujung pada kematian.

4. Penebalan Pleura: 

Ini adalah kondisi yang terjadi setelah seseorang terpapar asbes dalam jumlah besar. Lapisan paru-paru, atau pleura, menjadi menebal dan membengkak. 

Jika kondisi ini berlanjut, paru-paru dapat terjepit dan mengakibatkan sesak napas serta rasa tidak nyaman di dada.

Selain dampak kesehatan, asbes memiliki beberapa kekurangan dalam aspek bangunan. Atap dari asbes cenderung membuat suhu di dalam ruangan lebih panas dibandingkan dengan atap dari genteng tanah liat. 

Walaupun asbes terbilang ringan, material ini mudah pecah dan rapuh. Hal ini mengharuskan kita berhati-hati saat pengiriman dan pemasangan, karena material asbes bisa pecah jika tertimpa benda keras.

Pada konteks bangunan lain, penggunaan asbes saat ini lebih banyak ditemukan pada bangunan industri seperti pabrik dan gudang. 

Namun dengan berbagai risiko yang ada, sudah saatnya masyarakat lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penggunaan material ini.

Gunakan Alternatif Lain

Alternatif pengganti asbes kini banyak tersedia di pasaran sebagai respon terhadap berbagai risiko kesehatan yang diakibatkan oleh asbes. 

Beberapa bahan pengganti asbes yang populer dan lebih aman antara lain:

1. Genteng Metal:

Terbuat dari baja yang telah dilapisi sehingga tahan terhadap karat. Genteng jenis ini ringan, tahan lama, dan memiliki variasi warna yang dapat disesuaikan dengan selera. 

Meski harganya mungkin sedikit lebih tinggi dibanding asbes, namun durabilitas dan keamanannya jauh lebih baik.

2. Genteng Beton atau Genteng Keramik:

Keduanya tahan lama dan dapat menahan panas dengan baik. Genteng jenis ini memberikan tampilan estetika yang lebih baik dan memiliki umur pakai yang lama.

3. Atap Onduline: 

Terbuat dari selulosa yang dicampur dengan bitumen. Atap ini ringan, kedap air, dan tahan lama. Selain itu, onduline juga memiliki sifat isolasi suara dan panas

4. Atap Polyvinyl Chloride (PVC): 

Atap ini tahan terhadap karat, ringan, dan mudah dipasang. Atap PVC juga tahan lama dan dapat menolak panas dengan efektif.

Ketika memilih bahan pengganti asbes, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya, durabilitas, serta kebutuhan dan karakteristik bangunan. 

Meskipun investasi awal mungkin lebih mahal dibandingkan dengan asbes, bahan-bahan alternatif ini cenderung lebih tahan lama, aman, dan ramah lingkungan.

***

Dalam era modern ini, kita seringkali dihadapkan pada dilema antara memilih produk yang lebih murah atau memprioritaskan kesehatan dan keselamatan. 

Banyak dari kita cenderung tergiur dengan harga yang ekonomis, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak pasti. Namun, apakah penghematan jangka pendek sebanding dengan potensi risiko kesehatan jangka panjang? 

Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah harga murah saat ini lebih berharga daripada kesehatan dan keselamatan keluarga kita di masa mendatang? Sebuah pemikiran yang patut untuk direnungkan sebelum mengambil keputusan.

SELESAI.

Ref:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun