Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Follow Artis di Medsos, Bukan Berarti Asal Vote di TPS!

14 September 2023   00:38 Diperbarui: 14 September 2023   00:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, meskipun seorang calon memiliki magnetisme pribadi yang kuat, kita sebagai pemilih harus tetap kritis. Kita perlu menilai apakah isu-isu yang mereka bawa benar-benar mencerminkan kebutuhan kita dan masyarakat luas, serta apakah solusi yang mereka tawarkan bukan hanya retorika kosong. 

4. Bukankah Politik Kini Adalah Profesi?

Banyak orang menganggap politik sebagai panggung besar di mana aktor-aktor bermain peran sesuai skenario yang telah ditentukan. Namun, perlu diingat bahwa politik bukanlah sekedar panggung hiburan. Politik adalah ranah serius yang memengaruhi nasib dan masa depan sebuah negara. 

Oleh karena itu, memasuki dunia politik seharusnya didasari oleh niat tulus untuk melayani dan kemampuan yang memadai. Memang, tidak ada salahnya bagi seorang artis atau publik figur lainnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan, namun pertanyaannya adalah, apakah mereka benar-benar siap dan memiliki kompetensi yang diperlukan? 

Politik memerlukan dedikasi, pengetahuan mendalam tentang pemerintahan dan administrasi, serta pemahaman akan kebutuhan masyarakat. Bukanlah hal yang bijak jika seseorang memilih untuk masuk ke dunia politik semata-mata untuk menambah daftar prestasi atau mengikuti tren. 

5. Berbagai Motivasi Masuk ke Dunia Politik

Ketika artis atau tokoh populer memutuskan untuk terjun ke dunia politik, masyarakat seringkali dibuat bertanya-tanya tentang apa yang mendorong mereka untuk membuat keputusan tersebut. Tentu saja, motivasi setiap individu akan berbeda-beda. Ada yang mungkin benar-benar didorong oleh keinginan tulus untuk berkontribusi pada masyarakat dan membawa perubahan. 

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga yang melihat politik sebagai platform untuk meningkatkan popularitas, kekayaan, atau bahkan untuk melindungi kepentingan tertentu. Keberagaman motivasi ini membuat kita, sebagai pemilih, harus lebih kritis dan selektif dalam menilai calon pemimpin kita. 

Penting bagi kita untuk tidak hanya terfokus pada image dan popularitas, tetapi juga pada niat dan tujuan seorang calon di balik keputusan mereka untuk masuk ke dunia politik. 

Kesimpulan

Di era informasi serba cepat dan penuh distorsi seperti saat ini, memiliki kesadaran sebagai pemilih cerdas menjadi sebuah keharusan. Kita tidak hanya sekadar memberikan suara, tetapi juga menentukan masa depan bangsa dan generasi berikutnya. Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus memahami betul tanggung jawab besar yang kita pikul. 

Tidak asal pilih berdasarkan popularitas, wajah familiar, atau janji-janji manis yang kerap disampaikan. Sebaliknya, kita harus memperhatikan track record, visi, misi, dan integritas dari setiap calon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun