Sejalan dengan International Renewable Energy Agency (IRENA), biaya produksi panel surya telah mengalami penurunan signifikan dalam setahun terakhir.Â
Hal ini menjadikannya tidak hanya terjangkau secara finansial, melainkan juga menjadikan sumber energi listrik dengan biaya paling murah.
Jika dipikir secara logika, harusnya Indonesia yang menjadi patokan untuk masalah energi matahari. Posisi Indonesia sangat diuntungkan sebagai negara tropis.
Indonesia hanya memilik dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Tapi, mengapa Indonesia masih belum memaksimalkan potensi alam tersebut?
Belum lagi jumlah sungai dan pantai yang banyak terdapat di Indonesia. Mengapa juga masih belum memanfaatkan arus air sebagai sumber energi terbarukan.
Belum lagi jumlah gunung api yang ada di Indonesia, mengapa masih belum memanfaatkan secara maksimal sumber energi dari panas bumi?
Alasan Klise Penggunaan Batu Bara
Mengutip laman resmi Kementerian ESDM, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara tetap menjadi pilihan utama dalam menjaga kelangsungan sistem kelistrikan Indonesia.Â
Hal ini disebabkan oleh harga yang terjangkau dalam pembelian tenaga listrik dari PLTU batu bara. Tidak hanya itu, dibandingkan dengan sumber energi primer lainnya seperti minyak bumi, Indonesia memiliki cadangan batu bara yang melimpah dengan jumlah mencapai 29,48 miliar ton.Â
Meskipun manfaatnya yang besar, peningkatan jumlah PLTU batu bara yang beroperasi juga membawa dampak terhadap lingkungan.
Semakin banyaknya PLTU batu bara yang dioperasikan berpotensi menimbulkan dampak negatif pada lingkungan hidup.Â
Proses pembakaran batu bara dalam PLTU menghasilkan emisi gas rumah kaca dan partikel-partikel berbahaya yang dapat merusak kualitas udara.Â