Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa "Cancel Culture" Kerap Dikaitkan dengan Perilaku Gen Z dan Milenial?

20 Agustus 2023   13:24 Diperbarui: 23 Agustus 2023   15:20 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Cancel Culture erap dikaitkan dengan Gen Z dan Milenial. (Unsplash.com/@Markus Winkler)

Jadi pandangan umum yang tercipta bahwa cancel culture itu budaya yang negatif tercipta karena perilaku kita yang berlebihan di media sosial.

Sama seperti pisau, sebuah pisau bisa digunakan untuk memotong sayuran, daging atau buah-buahan. Namun, dari sudut pandang lain sebuah pisau adalah senjata yang bisa digunakan untuk melumpuhkan korbannya.

***

Jadi, marilah kita berperilaku bijak dan penuh pertimbangan secara khusus di media sosial. Tidak perlu berlebihan dalam menghakimi atau men-judge suatu yang kita anggap salah.

Karena bisa jadi kita sendiri merupakan pelaku dari budaya penghakiman tersebut. Hal paling utama adalah mengupayakan adanya ruang yang terbuka dalam sudut pandang berpikir.

Intinya jika ada suatu hal atau ide dan gagasan yang kita dukung, kita harus mendasari gagasan tersebut dengan fakta-fakta dan data yang ada.

Kemudian, lontarkan data dan fakta yang ada dengan argumen pendukung. Setelahnya kita tidak mempunyai kewajiban untuk memaksakan kehendak orang lain.

Biarkan gagasan atau argumen penolakan itu menjadi diskusi terbuka di kalangan masyarakat, sehingga memastikan pula sudut pandang lain yang mungkin belum kita pahami.

Nah, jika takut akan komentar orang lain atau pendapatnya, lebih baik jangan berkomentar. Karena itulah harga yang harus dibayar ketika suatu ide atau gagasan dilontarkan di ruang publik.

Jangan lempar batu sembunyi tangan ya!

SEKIAN.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun