Kami merancang silabus dan pencapaian pembelajaran secara profesional, sehingga ekskul paskibra di sekolah- sekolah yang kami bina bisa berkembang dengan baik.
Cukup sulit rasanya untuk menjadi seorang kakak pembina. Di samping harus memikirkan materi pembelajaran, kami juga harus memastikan materi ajar sampai di pemahaman adik-adik.
Belum lagi harus disiplin dan tegas sebagai cerminan seorang kakak yang bisa membina adik-adiknya.
Namun, saya senang bisa mengabdikan diri lewat hal-hal kecil ini. Sedari awal saya memang suka dengan kegiatan-kegiatan pengabdian dan nasionalisme seperti ini.
Tak terpikirkan sedikit pun bahwa saya bisa melangkah sejauh ini. Tidak ada rencana sebelumnya untuk mengabdi menjadi kakak pembina paskibra.
Ya, saya hanya mengikuti jalan yang sudah tersedia saja, juga menjalaninya semaksimal mungkin. Terkait hasilnya, saya pun bisa apa. Semua sudah ada jalannya masing-masing.
Puncak Kerinduan
Tulisan di atas tadi merupakan memori-memori saya yang teringat ketika muncul pertanyaan di DM Instagram saya sebelumnya.
Ya, semenjak pandemi melanda dan kegiatan sekolah berganti menjadi WFH, sejak saat itu pula saya sudah tidak lagi aktif menjadi kakak pembina.
Hampir semua kegiatan tatap muka dialihkan menjadi WFH, itu berdampak langsung bagi saya dan rekan-rekan lain. Sehingga mau tidak mau kami harus vakum dari kegiatan ini.
Selama bertahun-tahun pula semenjak pandemi setiap tanggal 17 Agustus saya hanya bisa melihat kenangan foto-foto lawas yang masih tersimpan di Google Photos.