Ditambah, mental kami ditempa ketika sudah ada di dalam barisan. Ketika melihat kakak-kakak di dalam barisan, rasanya seperti dilihat oleh malaikat pencabut nyawa.
Setiap gerak-gerik dan kesalahan yang dilakukan pasti akan diketahui oleh kakak.
Perjalanan menjadi seorang adik pun usai ketika hendak naik ke kelas XI. Di sekolah saya, ada tradisi di mana seorang adik dinyatakan layak menjadi seorang kakak.
Tradisi itu kami sebut "pengtop" atau pengambilan topi. Ya kurang lebihnya acaranya seperti acara rekoleksi atau retreat. Di mana kami menerima pembekalan dari "sesepuh-sesepuh", hingga puncak acaranya adalah pengambilan topi.
Menjadi Seorang Kakak Pelatih
Naik ke kelas XI saya berpikir tugas saya sebagai kakak pelatih akan lebih ringan daripada menjadi seorang adik. Ternyata semua persepsi itu tidak benar adanya.
Adanya tekanan dari senior, membuat saya dan teman-teman seangkatan harus mengejar target untuk pencapaian yang harus dikejar.
Kalau tadi, menjadi seorang adik hanya berfokus pada capaian diri sendiri, beda halnya dengan seorang kakak. Kakak bertugas untuk melatih adik-adiknya. Itu artinya, sebagai seorang kakak juga harus memiliki kompetensi yang cukup.
Belum lagi tekanan yang datang dari para senior. Bukan tanpa hukuman, ketika ada capaian yang tidak sesuai target, saya sebagai kakak pun akan kena imbasnya. Itu yang perlu kalian ketahui wahai adik-adik.
Ketika kelas XI ini, saya pun masih bergabung dan belajar bersama dengan adik-adik kelas X. Namun, memang tugas dan tanggung jawab kami lebih terfokus pada pencapaian dan penyelarasan materi ajar.
Menjadi Kakak Pendamping