Halo readers, siapa sangka ternyata data bisa dijadikan sebuah cerita?
Mungkin sebagian dari kalian belum memaknai secara utuh bagaimana data bisa dijadikan cerita. Namun, di era big data seperti sekarang, data bukan lagi produk "pasif".
Nah, kali ini saya mau coba berbagi pengalaman dan cerita saya selama mempelajari jurnalisme data. Secara khusus tentang topi data storytelling.
Yuk, simak ulasan saya di bawah ini!
Data Storytelling
Pada mata kuliah Interactive Data Journalism, dosen saya pernah menjelaskan bahwa data storytelling memiliki beberapa elemen kunci, di antaranya data itu sendiri, visualisasi, dan narasi.
Data memegang peranan sentral dalam setiap cerita dan menjadi pondasi yang mengemban fakta cerita tersebut. Untuk membantu memperjelas data, visualisasi berperan penting dalam mewujudkannya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, bisa berupa grafik atau diagram.Â
Sementara itu, narasi menjadi kunci bagaimana seorang analis menghubungkan data dan visualisasi tersebut menjadi satu cerita yang koheren dan bermakna.Â
Dengan demikian, kombinasi data, visualisasi, dan narasi menjadi sebuah kesatuan harmonis yang menghasilkan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
Data storytelling bukan sekadar tentang cara menyajikan data, melainkan juga mengenai bagaimana menciptakan kisah yang relevan dari data dan menyoroti temuan atau wawasan penting di dalamnya.Â
Dengan kata lain, seorang jurnalis data perlu memahami konteks dan tujuan dari data tersebut agar dapat membuat cerita yang tidak hanya informatif, tetapi juga relevan.
Contoh:
Misalkan dalam suatu kasus, kalian menemukan data tentang "Tren Luas Hutan Indonesia Terhadap Daratan Selama 21 Tahun Terakhir".
Kira-kira apa yang kalian bayangkan? Mungkin ada yang berpikir "Wah, penurunannya drastis" atau "Kita harus segera mencegah dan melakukan langkah-langkah penanggulangan".
Yap, betul tidak salah sama sekali. Namun, untuk membuat data storytelling hal tersebut masih belum cukup. Kita harus menerapkan prinsip 5W1H dalam menganalisis data tersebut.
- What: Apa yang ditunjukkan dari penurunan luas hutan di Indonesia?
- Where: Dimana saja penurunan luas hutan yang terjadi?
- When: Kapan saja siklus penuruan yang drastis terjadi?
- Who: Siapa saja yang terlibat dalam penurunan luas hutan?
- Why: Kenapa bisa terjadi penurunan luas hutan di Indonesia?
- How: Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat?
Mengapa Harus Menggunakan Data Storytelling?
Ada beberapa hal mengapa di era sekarang kita harus menggunakan konsep data storytelling, di antaranya adalah:
- Data terlihat lebih menarik dan gampang dipahami.
Data yang dibuat dengan visualisasi dan narasi yang sesuai akan menarik mata pembaca. Selain itu, dengan disajikan secara bercerita data akan lebih mudah dipahami.
- Membantu decision making
Karena data yang diolah menjadi menarik dan mudah dipahami, maka pembaca juga akan mengerti dalam hal pengambilan keptusan. Langkah-langkah apa saja yang harus direncanakan.
- Membantu komunikasi.
Dengan membuat data menjadi cerita, kita akan lebih paham hal-hal apa saja yang ada di balik data-data tersebut. Kita juga bisa mendapatkan sudut pandang baru.
Selain itu, data juga merupakan basis fakta yang bisa dijadikan referensi yang kuat dalam menyusun sebuah opini, tulisan, atau argumen.
Cara Penyajian Data Storytelling
Data storytelling adalah seni menyampaikan informasi dan pesan melalui data dengan menggunakan narasi yang kuat. Konsep jurnalisme dalam penyajian data storytelling mengacu pada cara menyajikan data secara eksploratif dan eksplanatif.Â
Berikut penjelasan mengenai masing-masing cara penyajian data:
1. Penyajian Exploratory (Eksploratif):
Penyajian data secara eksploratif bertujuan untuk membantu pembaca atau audiens dalam memahami konteks dan gambaran besar dari data yang ada.Â
Ini akan membantu mereka mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang topik yang sedang diangkat. Dalam konteks jurnalisme, penyajian eksploratif dapat dilakukan melalui:
- Infografis: Gunakan grafik, diagram, dan ilustrasi visual lainnya untuk membantu menggambarkan hubungan dan pola dalam data secara ringkas dan mudah dipahami.
- Peta dan Animasi: Gunakan peta interaktif atau animasi untuk menunjukkan data geografis atau perubahan seiring waktu. Hal ini membantu pembaca memahami distribusi dan dinamika data dengan lebih baik.
- Word Clouds: Gunakan word clouds atau awan kata untuk menyoroti kata-kata kunci yang sering muncul dalam data, sehingga pesan utama lebih mudah dipahami.
2. Penyajian Explanatory (Eksplanatif):
Penyajian data secara eksplanatif bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang alasan di balik data dan menyajikan jawaban atas pertanyaan "mengapa" atau "bagaimana" sesuatu terjadi.Â
Dalam konsep jurnalisme, penyajian eksplanatif dapat dilakukan melalui:
- Grafik dan Tabel Analitis: Gunakan grafik yang lebih rinci dan tabel analitis untuk menyoroti tren atau perbandingan yang signifikan dalam data.
- Laporan Investigatif: Gunakan laporan investigatif yang didukung oleh data untuk menyajikan penyebab atau dampak suatu peristiwa atau fenomena tertentu.
- Storytelling Berbasis Data: Ceritakan narasi yang mendalam dengan menggunakan data sebagai landasan untuk menyajikan fakta dan analisis yang lebih kaya.
Dengan cara penyajian data storytelling yang baik, jurnalisme dapat lebih efektif menyampaikan informasi yang kompleks dan mendorong pemahaman yang lebih mendalam dari pembaca atau audiens.
###
Nah, gimana sudah sedikit banyak mengerti tentang data storytelling? Sekarang giliran kalian membedah sebuah data menjadi cerita yang menarik di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H