Mohon tunggu...
Benedicto Andika
Benedicto Andika Mohon Tunggu... Mahasiswa - A student of life

Seorang pelajar dengan ide yang banyak untuk dituangkan ke dalam medium tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengedukasi Diri Tentang Konflik Israel-Palestina di Negeri Rendah Literasi Adalah Krusial

7 Desember 2023   07:54 Diperbarui: 7 Desember 2023   07:54 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben Chawtra / Sipa via AP Images

Faktor ketiga berakar pada sentimen nasionalis yang kuat. Hal ini dapat dilihat sebagai pengaruh besar dari Pemberontakan Arab pada Perang Dunia I (1916--1918), dimana pemberontakan tersebut dipimpin oleh Sherif Hussein dari Mekah yang menginginkan kemerdekaan Arab dari pemerintahan Ottoman. Pemberontakan ini mungkin berdampak pada indoktrinasi nasionalisme Arab, sehingga mereka berkomitmen pada gagasan negara Arab bersatu di Palestina dan menentang pembentukan negara Yahudi. Selain itu, mereka percaya bahwa rencana Partition Plan tersebut tidak adil dan tidak memenuhi aspirasi nasional mereka untuk menentukan nasib sendiri.

Akhirnya, setelah ratifikasi dari Partition Plan, permusuhan antara penduduk Yahudi dan Arab meletus, yang mengakibatkan Perang Arab-Israel pada tahun 1948--1949. Penolakan para pemimpin Arab dan Palestina terhadap rencana tersebut menambah kompleksitas dan ketegangan sengketa wilayah antara Israel dan Palestina.

Pemikiran Hitam-Putih

Masyarakat Tanah Air masih didominasi oleh individu dengan pemikiran yang tak progresif serta hitam-putih, sebuah pola pikir yang membuat orang berpikir secara absolut, yang akan membagi segala hal di dunia ke dalam dua posisi (kutub) yang berlawanan, antara benar atau salah, antara Israel atau Palestina, dalam artian para pro-Palestina akan mengharapkan hilangnya bentuk negara Israel sebagai hasil dari pemikiran hitam-putih. Pemikiran seperti ini mengabaikan seluk-beluk dan kompleksitas konflik ini. Hal ini menyederhanakan dan sering kali salah menggambarkan kompleksitas variabel sejarah, budaya, dan politik yang begitu rumit dan lama. Pemikiran hitam-putih mendorong perpecahan dengan menciptakan dan memperkuat keyakinan yang tidak fleksibel. Hal ini dapat menumbuhkan polarisasi seperti pola pikir "kita versus mereka", atau dalam konteks ini, "Israel versus Palestina" sehingga membatasi komunikasi dan kolaborasi yang bermakna antara Israel dan Palestina. Karena pada dasarnya, bukanlah rakyat Israel yang menghancur-leburkan Gaza layaknya kehancuran Hiroshima dan Nagasaki oleh AS -- namun pada pemerintah (dalam konteks ini, tentu sang PM Netanyahu).

Jadi, pada dasarnya dengan kebiasaan mayoritas warga Indonesia yang terlalu mudah mengonsumsi konten kontroversial pada sosial media dan menelannya mentah-mentah, akan memicu polarisasi dahsyat antar kalangan, seperti kasus terbaru mengenai bentrokan antara massa pro-Palestina dengan massa pro-Israel di Sulawesi Utara yang menyebabkan satu orang tewas dan dua lagi terluka.

Konflik Israel-Palestina memiliki asal usul sejarah yang dalam dan diperumit oleh permasalahan seperti geografi, identitas, dan keluhan sejarah. Pemikiran hitam-putih akan menghalangi pemahaman menyeluruh terhadap isu-isu inti ini, sehingga menyulitkan intervensi dan pencarian akar masalah dasar dan solusi yang efektif. Penyelesaian konflik sering kali memerlukan fleksibilitas, kompromi, dan solusi inovatif. Pemikiran yang rasional dan analitis akan sangat mungkin mendorong terciptanya pilihan untuk bernegosiasi dan berkompromi, sehingga status quo pun dapat dirubah dan pergerakan menuju perdamaian lebih ideal tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun