Mohon tunggu...
Benedicta Amabel Riyadi
Benedicta Amabel Riyadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA

Musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjuangan Kooperatif dan Kemerdekaan Indonesia

24 Maret 2023   22:12 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:41 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemerdekaan adalah suatu hal yang paling diangan-angankan oleh masyarakat Indonesia berpuluh-puluh hingga beratus-ratus tahun yang lalu. Perjuangan untuk meraih kebebasan dari para penjajah pada awalnya hanya dilakukan pada daerah masing-masing kelompok masyarakat. Oleh karena itu, ada banyak sekali perlawanan yang bersifat kedaerahan pada masa itu. Perlawanan-perlawanan tersebut ada yang berhasil dan ada yang gagal, tetapi secara keseluruhan, belum ada yang dapat membawa kemerdekaan di daerah masing-masing. Lalu, terjadilah peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Melalui Sumpah Pemuda, masyarakat sadar bahwa mereka harus bersatu dan melakukan pergerakan nasional.

Apakah persatuan Indonesia dalam bentuk pergerakan nasional berpengaruh dalam mencapai kemerdekaan Indonesia? Jika iya, bagaimana pergerakan nasional dapat mempengaruhi kemerdekaan Indonesia? 

Iya, persatuan Indonesialah yang membawa bangsa ini kepada kemerdekaan. Tanpa persatuan, daerah-daerah di Nusantara sulit mengusir penjajah. Sementara itu, dengan persatuan, terdapat lebih banyak pikiran dan kekuatan yang bersatu sehingga kemerdekaan lebih mudah tercapai. Buktinya dapat kita lihat dari pergerakan-pergerakan yang dilakukan pada masa pendudukan Jepang. 

Pada masa pendudukan Jepang, ada dua jenis perlawanan, yaitu perlawanan fisik dan perjuangan kooperatif. Perlawanan fisik yang terjadi dapat bersifat kedaerahan maupun melalui organisasi. Perlawanan yang bersifat kedaerahan, antara lain, Perang Bayu pada tahun 1942, Perang Pandrah pada tahun 1945, dan perlawanan Irian Barat. Kemudian, untuk perlawanan fisik yang terjadi melalui organisasi, contohnya adalah perlawanan PETA pada bulan Februari 1945.  

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selain dilakukannya perlawanan fisik, rakyat Indonesia juga melakukan pergerakan nasional berupa perjuangan kooperatif. Perjuangan kooperatif adalah perlawanan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan Jepang. Ada banyak rakyat yang memilih untuk melakukan perjuangan kooperatif, antara lain, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Selain dari semangat nasionalisme rakyat Indonesia sendiri, keberhasilan dalam perjuangan kooperatif ini juga didukung dengan banyaknya kesempatan untuk melakukan perjuangan kooperatif. Kesempatan yang lebih banyak ini dapat diperoleh karena Jepang banyak mendirikan organisasi-organisasi dan membuat konsesi-konsesi. Melalui organisasi-organisasi tersebut, terdapat sekitar dua juta pemuda-pemuda Indonesia yang terdidik dalam bidang militer (Yasmis, 2007). Selain itu, dalam organisasi-organisasi yang dibentuk Jepang, rakyat Indonesia juga mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan penting. Misalnya, Achmad Soebardjo menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu. Dengan jabatan yang tinggi, seseorang dapat mempersiapkan kemerdekaan dengan lebih mudah. Tidak hanya itu, terdapat juga organisasi-organisasi yang menyediakan fasilitas yang dapat digunakan sebagai alat untuk mempersiapkan kemerdekaan. Contohnya, dalam organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat), anggota organisasi Putera diperbolehkan menggunakan sarana-sarana komunikasi, seperti koran dan radio. Hal ini tentunya tidak disia-siakan oleh anggota organisasi tersebut. Tokoh-tokoh nasional pada masa itu menggunakan sarana tersebut untuk mempersiapkan masyarakat untuk kemerdekaan. Namun, pada tahun 1944, strategi ini diketahui oleh Jepang sehingga organisasi Putera dibubarkan. Jepang tidak hanya membubarkan Putera, tetapi juga organisasi-organisasi lain yang didapati menggunakan fasilitas yang disediakan untuk mempersiapkan kemerdekaan. 

Selanjutnya, Indonesia mendapat lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan kemerdekaan pada saat Jepang banyak mengalami kekalahan dalam peperangan dengan negara-negara lain. Oleh karena banyaknya kekalahan yang dialami, Jepang memberi lebih banyak konsesi kepada Indonesia dengan tujuan untuk mendapat dukungan dari bangsa ini. Salah satunya adalah janji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk memenuhi janji tersebut, Jepang mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Melalui BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh nasional dapat lebih lagi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, seperti dengan menetapkan dasar negara dan UUD. 

Dengan semua perjuangan kooperatif yang dilakukan, Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaan, dan pada akhirnya, berhasil meraih kemerdekaan. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang kalah telak dari pasukan Sekutu. Setelah mendengar kabar tersebut, terjadi perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda mengenai waktu yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena perbedaan pendapat tersebut, golongan muda memutuskan untuk menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Kemudian, setelah melakukan perundingan kembali, kedua golongan tersebut setuju untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Lalu, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dibebaskan. Setelah itu, teks proklamasi dirumuskan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan dilaksanakan. Tidak hanya pembacaan teks proklamasi, pada saat itu terdapat juga pengibaran bendera dan iringan lagu "Indonesia Raya". Untuk mencegah kemerdekaan Indonesia, tentara Jepang mengepung Lapangan Ikada. Namun, oleh karena ada seseorang yang melihat aktivitas tentara Jepang saat itu dan kemudian melaporkannya, pembacaan proklamasi dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. 

Setelah Indonesia telah terlepas dari pendudukan Jepang, ada beberapa kebijakan Jepang yang masih diterapkan hingga sekarang. Pertama, sistem rukun tetangga. Pada masa pendudukan Jepang, rukun tetangga disebut sebagai tonarigumi. Sistem ini awalnya dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pengawasan terhadap rakyat Indonesia. Kemudian, Indonesia juga mengikuti tingkatan jenjang pendidikan Jepang dimana tingkatan tersebut terdiri dari jenjang SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tidak hanya itu, dengan pendudukan Jepang, Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa resmi di Indonesia, karena Jepang melarang rakyat Indonesia menggunakan Bahasa Belanda. 

Demikianlah proses tercapainya kemerdekaan Indonesia. Kini, terjawab sudah bahwa persatuan Indonesia berpengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia, karena persatuan Indonesia membuat rakyat Indonesia melakukan pergerakan nasional, dan dengan pergerakan-pergerakan nasional tersebut, Indonesia dapat meraih kemerdekaan. 

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari perjuangan Indonesia. Pertama, tidak ada hal baik yang dapat tercapai dengan instan. Sama seperti proses perjuangan Indonesia yang memerlukan waktu yang lama, begitu juga proses mewujudkan target-target dan mimpi-mimpi kita. Semua hal membutuhkan proses untuk dapat mencapai keberhasilan. Namun, jangan lupa untuk mendoakan target-target dan mimpi-mimpi tersebut, karena bekerja tanpa berdoa tidak akan menghasilkan apa-apa. Kemudian, kita juga belajar bahwa peristiwa yang merugikan bagi diri kita sebenarnya tidak sepenuhnya buruk. Pendudukan Jepang banyak membuat rakyat Indonesia menderita. Walau demikian, ada hal-hal positif yang dapat diambil dari peristiwa tersebut, yaitu seperti dengan dikenalkannya Indonesia dengan sistem RT, peresmian Bahasa Indonesia, dan sistem pendidikan yang mengikuti Jepang. Maka dari itu, ketika ada masalah yang terjadi di hidup kita, cobalah lihat dari berbagai sudut pandang dan ambil pembelajaran dari masalah tersebut. Selain itu, kita juga belajar bahwa sikap pantang menyerah dan berpikir kreatif sangatlah penting untuk mewujudkan impian dan menyelesaikan masalah. Tanpa kedua hal tersebut, perjuangan tokoh-tokoh nasional tidak akan berhasil. 

Sekarang, apa yang dapat kita lakukan? Ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai respons kita terhadap kemerdekaan dan perjuangan para pahlawan dan tokoh nasional. Dari diri penulis sendiri, penulis berkomitmen untuk selalu berdoa dan bekerja keras seperti para pahlawan dan tokoh nasional. Untuk dapat lanjut menimba ilmu di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, penulis perlu berdoa dan bekerja keras. Cara penulis bekerja keras adalah dengan mengikuti bimbingan-bimbingan di luar sekolah. Selain mengikuti bimbingan, penulis juga tetap harus belajar mandiri agar mendapat hasil yang lebih maksimal. Tentunya, dalam melakukan hal tersebut, diperlukan pengorbanan waktu. Jika sebelumnya penulis memiliki banyak waktu untuk bermain, sekarang penulis harus menggunakan waktu tersebut untuk mempersiapkan masa depan. Kemudian, penulis juga berkomitmen untuk menghargai perjuangan para pahlawan dan tokoh nasional dengan bangga terhadap Indonesia dan tidak bermain-main ketika upacara. Perasaan bangga dengan Indonesia dapat terdengar simpel, tetapi sebenarnya banyak masyarakat yang tidak memilikinya. Dengan berkembangnya globalisasi, tidak sedikit masyarakat yang lebih bangga dengan negara lain dan ingin menjadi bagian dari mereka. Terakhir, penulis juga berkomitmen untuk menggunakan kemampuan, bakat, dan talenta penulis untuk mengharumkan tanah air. Caranya adalah dengan mengikuti olimpiade-olimpiade (akademis) dan lomba-lomba non-akademis seperti lomba band. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun