Beberapa bulan saya absen menulis di Kompasiana karena sibuk urusan bisnis kecil kecilan namun halal, dan mendampingi putri saya yang tahun ini menyelesaikan SMA-nya dengan hasil yang sangat memuaskan dan sekarang kuliah di sebuah universitas terbaik sesuai dengan jurusan pilihannya. Daripada pamer harta khan mending pamer anak dong.... :)
Kompasiana dan hampir seluruh media di Indonesia sedang heboh dengan beredarnya foto Gayus Tambunan dengan dua orang kompasianer wanita sedang duduk makan. Yang terakhir saya ikuti ada juga muncul foto GT sedang menyetir mobil dan sesuai artikel tante Liza, dapat dipastikan itu bersama dengan dua orang kompasianer yang sebelumnya makan bersama GT.
Lha... trus hubungannya dengan ketidak hadiran saya selama beberapa bulan di K ini apa ya? Ya tidak ada!. Kecuali si Hanna Chandra saja yang seenaknya menghubung hubungkan dengan asumsi dan kecurigaan tingkat recehan yang tidak penting untuk saya klarifikasi. Saya tidak menulis karena memang sibuk (bukan dosa khan?). Yang dosa itu kalau menulis isinya menjelek jelekkan orang lain berdasarkan rasa tidak suka dengan tujuan mencari cari kambing hitam.
Terima kasih untuk Pak Nararya yang sudah menulis beberapa artikel cerdas, ilmiah, lugas dan tidak terbantahkan menggoreng habis "ikan merah"nya HC tanpa ampun.
Yang perlu saya klarifkasikan adalah beberapa hal penting agar semuanya jelas, dan tidak ada lagi prasangka serta curiga yang berputar putar tidak jelas tanpa esensi kecuali mencari kambing hitam dan mencoba mengalihkan issue penting memberantas korupsi di negara ini, dengan gossip kampungan yang membuat penggosipnya terlihat sangat bodoh.
1. Saya tidak memiliki akun lain di Kompasiana selain akun Ellen Maringka.
2. Saya tidak kenal, dan tidak tahu dengan The Watcher. Tapi saya juga senang bahwa The Watcher menulis artikel bernasnya. Kalau boleh saya vote, The Watcher rasa rasanya pantas juga masuk sebagai kompasianer yang berjasa terhadap pemberantasan korupsi lewat Kompasiana.
3. Semua artikel di dalam akun saya adalah asli tulisan saya sendiri.
4. Saya tidak pernah kopdar dengan Pakde Kartono maupun GT.
Saya sempat tertawa sendiri membaca komentar salah seorang Kompasianer senior, pak Thamrin Dahlan yang bertanya kepada pak Nararya apakah saya adalah akun kloningan Pakde Kartono?. Waduh Pak Thamrin.... sedikit disayangkan kalau bapak tidak bisa membedakan artikel saya dengan gaya penulisan PK.
 Jawaban ringkasnya untuk Pak Thamrin Dahlan adalah saya bukan akun kloningan Pakde Kartono. Tidak perlu didiskusikan lebih lanjut ya...!
Membaca artikel artikel dari beberapa Kompasianer yang konsisten menulis idealisme mereka menentang korupsi, sungguh membuat saya bangga. Diantaranya Pak Nararya, Bang Adhieyesa Adhieyesa, Mas Yos Mo, Mas Andreas, Bang Mawalu, Mbak Usi Saba Kota, Tante Liza, Pak A.L.A Indonesia, Pak Suyono Apol, Mas Fajar, Mas Reza... (dan banyak lagi.. mohon maaf kalau ada yang terlewatkan, silahkan ditambahkan di kolom komentar).
Anda sekalian adalah contoh cemerlang yang menyuarakan kebenaran dan mengedepankan kepentingan bangsa atas nama cinta tanah air. Sebanyak mungkin jempol untuk anda. Saya merasa terhormat berada disini dan menyebut anda sahabat.
Rasanya kok kurang afdol ya menulis artikel edisi rindu tanpa pesan untuk "ngademin" tercinta. Admin yang saya cintai... terimalah artikel artikel bernada keras bahkan mungkin nyelekit di kuping dan hati admin, dari para kompasianer yang tidak kenal lelah menyuarakan mengenai perjuangan melawan korupsi, karena sesungguhnya itulah cinta yang sejati!.
Saya percaya mereka sesungguhnya mencintai Kompasiana dan lebih sungguh sungguh lagi mencintai bangsa Indonesia dengan harapan kita bisa bebas dari penjajahan koruptor. Cintalah yang membuat orang menjadi peduli. Tidak selalu cinta itu harus seia sekata. Tapi seperti yang selalu saya tuliskan dalam artikel artikel bertema cinta.... " pada akhirnya cinta sejati itu selalu membaiki...."
Akhir kata...(serius amat sih...) kita semua lewat kehebohan akun PK mendapat pelajaran untuk kedepannya lebih berhati hati dalam bersikap, berkomentar dan berinteraksi. Saya termasuk yang banyak salah, oleh karenanya perlu belajar banyak. Lewat artikel ini saya juga minta maaf kalau menyinggung apalagi menyakiti kompasianer lain, meski tidak pernah saya maksudkan.
Terima kasih juga untuk semua sahabat di Kompasiana yang peduli dengan saya lewat komentar maupun artikel artikelnya. Saya baik baik saja, sekarang lagi senang senangnya beryoga ria, dan mudah mudahan kedepannya bisa rajin berbagi lewat tulisan tulisan saya yang serius atau serius sekali. Serius, kalau menulis saya tidak pernah main main. Ngekek dulu aaah...
Terimalah artikel edisi rindu ini dan jabat erat saya untuk terus konsisten melenyapkan korupsi di bumi Indonesia. Keep rocking everyone!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H