Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Manado, Orang Jawa Dilarang Marah

20 Mei 2013   07:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 16733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika majikannya orang Jawa, maka panggilannya adalah Bapak atau Ibu. Jika majikannya orang Perancis (Peranakan Cina Separoh) seperti saya, maka panggilannya Cik.

Beberapa bulan setelah Claudia bekerja,  Ratih mengeluh lagi ketika bertemu dengan saya di sebuah restaurant sambil makan siang.

Menurut Ratih kerjaanya si Claudia lumayan bagus.  Yang menjadi masalah adalah beberapa tukang yang diambil dari Jawa untuk merenovasi sedikit rumah yang baru mereka beli.  Para tukang itu suka istirahat makan siang lama lama, dan manjanya minta ampun sama si Claudia. Sedikit sedikit minta dibuatkan kopi atau teh, maupun alasan lain yang dicari cari. Nah lho..! Dimana salahnya Claudia kalau begini ?. Siapa suruh ambil tukang orang Jawa yang pangling dengan wanita Manado putih mulus ?

Setelah tiga tahun lebih bekerja, Claudia akhirnya pamitan, dengan alasan hendak menikah. Padahal teman saya Ratih sudah mulai benar benar akrab dan sayang kepada Caudia  karena bisa dijadikan teman bercerita di rumah. Claudia adalah anak tamatan SMA dan pengetahuan serta wawasan modern sebagai bagian budaya Manado memang menjadikan dia cerdas dalam berbicara maupun bersikap. Ini diakui Ratih sendiri.

Sayapun menyarankan kepada Ratih untuk mengambil saja pembantu dari Jawa.  Supaya soal nama dan godaan para tukang tukang yang dirasa cukup menganggu tidak lagi menjadi masalah . Rupanya orang tua Ratih sendiri selama ini cukup was was juga dengan keberadaan Claudia, hanya saja mereka tidak enak mengutarakannya secara langsung. Masak mencurigai menantu sendiri main mata dengan pembantu ? Pikiran yang picik bukan ?.

Tanpa diminta orang tua Ratih sudah siap mengirimkan pembantu dari Jawa untuk dikontrak bekerja dua tahun di Manado. Nama pembantu yang baru itu Ima.  Beberapa kali saya main kerumah Ratih dan bertemu Ima, gadis  hitam manis berusia sekitaran 19 tahun.

Pada perayaan ulang tahun anak sulung Ratih yang ke tiga , kami bertemu dan Ratih kembali curhat masalah pembantu.

"Kok gak selesai selesai juga masalah pembantu sih ?. Yang ini khan harusnya sudah tidak masalah lagi, karena dikirim langsung dari Jawa", kata saya penuh tanya.

"Harusnya memang tidak Len. Masalahnya sekarang aku malah di complain tetangga. Si Ima sedikit sedikit tanpa alasan suka main ke rumah tetangga. Sopir tetanggaku memang ganteng. Pria Manado, namanya Royke, biasa dipanggil Roy. Sampai sampai saking jatuh cintanya si Ima sama Roy,  pakaian kotornya si Roy dicuciin sama Ima, dan gajinya Ima banyak habis untuk membelikan Roy kemeja dan macam macam lainnya." Ratih menjelaskan dengan linglung.

Saya benar benar tidak mampu menyembunyikan tawa dan kelucuan semua cerita ini, dan akhirnya harus berkata kepada Ratih, " Orang Jawa dilarang marah marah atau kesel kalau di Manado. Sudah, terima saja kenyataannya atau kamu harus rela kerja sendiri tanpa pembantu."

**) Ketika Claudia  dan Jeffry  suaminya kemudian memiliki anak, Ratih dan suaminya Sigit  diminta menjadi bapak dan ibu baptis bagi anaknya yang bernama Alan. Sebagai penghormatan mereka  kepada Ratih dan suaminya , Alan diberi nama tengah Sigit.  Maka di Manado ada seorang bocah ganteng bernama Alan Sigit Waworuntu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun