Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ma, Seks Itu Enak Ya? Perlunya Kejujuran Dalam Pendidikan Seks

19 Maret 2014   14:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 3336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_327382" align="aligncenter" width="636" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Jika anda orang tua dari anak anak remaja, pertanyaan seputaran seks mulai dari "seks itu enak ya?", sampai "mengapa seks tabu?" dan "Bagaimana saya tercipta dan dilahirkan?," adalah pertanyan lumrah yang perlu diantisipasi dan disiapkan jawabannya sebelum ditanya.

Anda justru harus sangat khawatir jika anak remaja anda tidak pernah sekalipun bertanya atau mengungkapkan kesulitannya memahami seksualitas.  Jangan jangan anak anda malah memperoleh informasi dari para sahabatnya yang seumuran, tentu saja sebagian besar adalah info yang menyesatkan karena hanya berputar pada kenikmatan dan aktivitas seks, tanpa disertai pemahaman tentang fungsi dan tanggung jawab yang melekat di dalamnya.

Jaman sekarang dengan perkembangan teknologi dan dunia internet yang sudah masuk sampai ke kampung kampung,  sehingga slogan world without border (dunia tanpa batas) sudah merupakan hal umum yang memang dirasakan oleh masyarakat sekarang ini. Ingin memperoleh informasi apapun, tinggal menekan beberapa tombol, atau bertanya kepada mbah gugel, maka Hola! semua informasi (termasuk yang menyesatkan) dalam sekejap tersaji di depan mata.

13951899211134681055
13951899211134681055

Apakah kita orang tua bisa memblokir ini semua dari anak anak? Well... rasanya kita bukan superman atau wonder woman yang bisa 24 jam mengikuti kemana saja mereka berada dan menyensor segala sesuatu bagi mereka. Suatu saat kelak mereka akan bertumbuh menjadi manusia dewasa yang harus mengambil keputusan sendiri dan membuat pilihan hidup dengan segala konsekuensi dan tanggung jawab yang melekat dalam setiap keputusan yang diambil.

Itulah makna menjadi manusia dewasa bukan? Bahwa dalam setiap pilihan hidup, kita siap bertanggung jawab sepenuhnya. Bukan menyalah nyalahkan orang lain atau perkembangan teknologi yang merusak, hanya karena kita tidak bisa membuat pilihan yang baik dan benar.

Memblokir situs porno? Kedengarannya baik. Tapi itu sama sekali tidak mendidik anak anak untuk belajar dan melatih diri mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang memahami artinya seks yang bertanggung jawab.

Pilihan yang jelek di dunia ini bukan hanya soal internet dan pornografi. Iklan rokok saja malah lebih jelas mengatakan Rokok Bisa Membunuhmu. Kenapa tidak diblokir dan dihentikan penjualannya? Sudah jelas jelas membahayakan.

Penjualan pisau juga membahayakan. Bisa digunakan untuk membunuh dan menyakiti orang lain. Kenapa tidak dilarang sekalian? Karena lebih esensi daripada larang melarang dan blokir memblokir adalah didikan yang menanamkan tanggung jawab dan pemahaman yang baik bahwa segala sesuatu termasuk yang nikmat nikmat itu, ada tanggung jawab yang melekat dan tidak terpisahkan dari kenikmatan itu sendiri.

Saya sangat setuju disekolah maupun warnet dan dirumah, dipasangi alat sensor bagi anak anak, agar situs tidak layak tonton tidak terbuka secara otomatis. Saya mendukung sepenuhnya pengaturan seperti itu. Tapi bukan memblokir seenaknya dari pusat oleh Menkomfindo yang malah kebablasan memfollow akun vulgar, yang kemudian di unfollow oleh beliau dengan mengatakan salah pencet.

Waduh... untung bukan salah pencet tombol nuklir ya pak!. Jadi apa dunia ini kalau semua kesalahan ditimpakan pada tombol dan tuts keyboard. Rupanya sebelum mencet tidak pakai lihat dan pikir lebih dulu..... ! Gampang juga jadi mentri, kalau salah ya salahkan tombol. Beres urusan!  Tapi kalau mau menghalangi hak orang lain, tinggal main blokir saja. Weleh weleh pak..... ini negara merdeka, dan manusia dewasa memiliki hak asasi untuk menentukan sendiri mana yang baik bagi dirinya sepanjang itu tidak merugikan orang lain dan menginjak injak hak orang.

Aniwei, back to topik artikel. Ini yang perlu diberi pengertian kepada anak anak anda sehubungan dengan seks, termasuk kenikmatan dan tanggung jawab yang melekat di dalamnya.

- Katakan dengan jujur bahwa seks itu nikmat. Jangan menjadi orang tua yang suka berbohong soal kenikmatan seks. Tapi jelaskan dibalik kenikmatan itu ada tanggung jawab yang besar. Bahwa kenikmatan seks itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa, yang diberi secara adil kepada seluruh manusia tanpa menandang status.

Kemukakan bahwa untuk setiap kenikmatan, ada resiko dan tanggung jawab. Beri contoh yang sederhana misalnya; makanan manis itu enak rasanya, tapi jika dimakan berlebihan merusak gigi dan bisa menyebabkan sakit gula.

- Jelaskan resiko  seks tanpa tanggung jawab kepada anak anak. Kehamilan diluar nikah, penyakit seksual dan moralitas yang terikat dalam ajaran agama. Lakukan itu dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami.

Jangan melulu menekankan soal dosa tanpa memberi pengertian bahwa segala sesuatu adalah dosa jika kita tidak bertanggung jawab dan menyakiti orang lain. Seks bebas berpotensi kehamilan diluar nikah. Bayangkan betapa berdosanya kita memiliki anak yang tidak bisa diurus dengan baik karena orang tua sang anak masih anak anak juga. Atau dosa aborsi yaitu membunuh jiwa yang tidak bersalah, yang hadir bukan karena keinginannya tapi karena nafsu sesaat tanpa memikirkan resiko dari dua orang yang tidak memahami tanggung jawab seks.

- Terangkan kepada anak anak anda soal menghargai diri sendiri. Kepada anak wanita khususnya bahwa fisik yang indah dan sensualitas yang dimiliki, bukan untuk diperdagangkan atau diumbar demi mendapatkan kenikmatan dunia dan materi yang berlimpah.

Kepada anak laki laki jelaskan bahwa kejantanan seorang pria bukan sekedar dari ukuran dan  fungsi penis semata, tapi bagaimana tanggung jawabnya sebagai laki laki untuk membesarkan anak anak dan membimbing keluarganya kearah yang baik.

Mudah mudahan kita semua bukan hanya menjadi orang dewasa yang hanya bisa memblokir tanpa kemampuan mendidik anak anak agar mereka tumbuh dewasa dilengkapi dengan kebijaksanaan untuk memilih yang baik bagi dirinya dan membawa kebaikan bagi sesama.

Have a great Wednesday everyone!. Rock on...

ilustrasi  dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun