Makanan yang terpopuler se-Sulawesi Utara dan dapat dinikmati oleh semua kalangan (termasuk vegetarian), halal, dan menyehatkan, adalah bubur Manado atau dikenal dalam bahasa daerah sebagai "tinutuan".
Bubur Manado adalah berbagai jenis sayur segar produk lokal, yang dicampurkan kedalam bahan dasar bubur beras yang dimasak bersama dengan labu kuning dan jagung yang telah sedikit dihancurkan. Rasa manis alami yang dihasilkan oleh labu dan jagung manis, semakin menambah kelezatan sayuran segar yang dimasak sebentar (diaduk) tanpa lama, sehingga warna hijau sayur masih terlihat berkilau dan tidak layu.
Dimakan dengan sambal ikan roa atau "bakasang", semakin menambah gurih dan membuat bibir bibir berdesis keenakan dalam cita rasa lezat. Percayalah, seporsi tak pernah cukup...
Jumat minggu yang lalu, mumpung si sulung Russell masih diliburkan karena Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dan mahasiswa lainnya sedang menjalani masa "liburan darurat" akibat kekisruhan di kampus, maka rasanya tepat sekali untuk menikmati wisata kuliner pagi hari diantara alam indah dengan udara bersih menyegarkan.
Selain faktor keturunan, menurut hemat saya karena sering mengkonsumsi sayuran segar dalam bentuk bubur Manado, membuat rata rata kulit orang Manado bersih, dan sehat. Makanya kalau ingin kulit sehat dan bagus, perbanyak makan sayuran dan ikan segar, dan jangan melulu mengkonsumsi daging berlemak.
Bubur Manado terlezat bukan terletak di dalam kota Manado, tapi diluar kota, sekitar 30 menit dari Manado, dan berada di desa Tambala. Alasan yang paling utama mengapa penulis berani mengatakan ini adalah bubur Manado terenak di dunia, karena memang kesegaran sayurannya terjamin, kedai makannya terletak tepat diatas anak sungai yang airnya mengalir bersih dan beriak tanda tak dalam, disertai dengan kicauan burung dan desiran angin yang membuat daun kelapa melambai lambai. Daun kemangi yang menambah harum dan cita rasa bubur Manado, bebas dipetik ditepi sungai yang airnya mengalir jernih. Bumi nyiur melambai.... definisi yang sangat tepat ketika berada disini, menikmati bubur Manado lezat, ditengah keindahan alam yang permai.
Seporsi bubur Manado tidak cukup untuk mengenyangkan perut karet penulis (jujur.com). Maka sebagai tambahan, kami berdua memesan lagi semangkuk Mie Cakalang dan tahu goreng.
Ada dua macam tahu yang digoreng dalam bentuk berbeda. Jenis pertama adalah tahu utuh yang fresh, dan jenis lainnya semacam kulit tahu yang garing (isinya sudah dikeluarkan). Kebetulan Russell menyukai jenis kedua yang memang renyah dan garing. Maka sepuluh tahu masuk dengan lancarnya menemani bubur Manado dan mie cakalang berdesak desakan dalam perut.
Setelah puas menikmati kuliner lokal ini dengan dabu dabu (sambal) yang segar dan pedesnya minta ampun, kami berdua masih bertekad untuk menutup pesta kuliner pagi hari dengan es serut tidak jauh dari lokasi kedai bubur Manado Tante Dei. Dinamakan Tante Dei karena yang punya sekaligus master Chef-nya adalah tante Dei yang cekatan dan ramah melayani pengunjung.
Sambil melayani pembelinya, Tante Dei sang empunya kedai Tinutuan tak henti hentinya melayani pertanyaan dan bercerita tentang segala hal, termasuk perkembangan peliharaan ayam dan itiknya yang bebas berkeliaran di sepanjang bantaran sungai kecil. Ah... perfect combination of bubur and bibir Manado.... Makan enak dilengkapi dengan keramahan pelayanan dengan harga terjangkau.
Petualangan dilanjutkan dengan mampir di kedai es kacang dan gohu (semacam asinan). Es kacang ala Manado adalah es serut yang ditambahkan cairan gula merah dan kacang merah yang sudah dimasak sampai lembut dengan gula dan coklat, atau kacang tanah yang digoreng tanpa garam.
Kami berdua memesan varian super lengkap yaitu es kacang, advokat dan durian. Ehemmm.... yang mau bicara diet lebih baik tutup mulut atau menggelinding jauh jauh. Begitu merasakan kelezatannya, yang pertama nyangkut di otak adalah.... lekas minta tambah.
Ditemani sepiring gohu (asinan) pepaya dan nenas, melengkapi kesempurnaan cita rasa manis, asam dan asin yang berbaur begitu harmonisnya, rasanya benar benar damai di perut dan damai di kantong.... Harga yang dipatok mulai dari delapan ribu per gelas besar, masih ditambah dengan segelas extra es serut dan gula cair yang ditaruh di dalam botol kemasan plastik, bebas ditmbah jika dirasa perlu.
Bayangkan dengan total pesanan yang rasanya cukup untuk setengah penduduk kampung kecil, bayaran total ekspedisi kuliner bubur Manado dan es serut, tidak melebihi tujuh puluh ribu rupiah...
Apa lagi yang lebih diinginkan seorang wanita selain makanan enak- organic , segar bergizi,porsi besar dan banyak yang harganya sangat terjangkau, dan dinikmati ditengah alam indah terbuka dengan udara sehat bebas polusi dan teman kencan yang muda dan charming?.
Biarkan tempat makan ini menjadi rahasia saya. Jika sahabat Kompasianer datang berkunjung ke Manado dan menjadi tamu saya, akan saya ajak kesini. Yang perlu anda sediakan adalah perut yang lapar dan buang jauh jauh niatan untuk diet.
Segala sesuatu adalah relatif, termasuk juga mahal dan murah. Ini bisa juga menjadi bubur Manado termahal, jika mempertimbangkan harga tiket pesawat pp Jakarta-Manado yang berkisar diantara 2-3 juta, kalau high season bisa mencapai 6 jutaan pp.
Harga bukan lagi menjadi masalah jika kepuasan batin dan urusan lidah sudah menjadi taruhannya. Great view, delicious healthy food, and an amazing friend... aren't these are priceless...?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H