Membahas Jokowi menang sebagai Presiden RI berikutnya, tidak perlu banyak analisa lagi. Belakangan ini justru dengan gembar gembor "asal bukan Jokowi" malah semakin meningkatkan pamor Jokowi sebagai Capres yang dizolimi oleh kekuatan besar.
Lha yang paling gencar kampanye tentang Jokowi adalah si mantan Jendral yang di jaman Orba malah enak sekali dengan fasilitas negara dan mencapai pangkatnya dengan begitu cepat, melejit mengalahkan kecepatan meteor.
Sampai sampai beliau lupa bahwa kampanya dan program programnya selama ini sebenarnya sudah cukup menyentuh hati rakyat kok... Malah rakyat sudah mulai melupakan "dosa" masa lalu yang banyak sekali berlalu tanpa bisa diklarifikasikan, bahkan tanpa meminta maaf. Tapi dasarnya kita ini sangat pemaaf, luka lama itu hampir terobati dengan sendirinya, melihat sepak terjang beliau yang memang cukup banyak untuk memajukan rakyat.
Kebaikan itu sangat bernilai dan berharga jika dilakukan tanpa pamrih, tanpa ingin dipuji atau dengan tujuan tujuan politik yang jelas terbaca. Sebenarnya sang Jendral tersebut teruslah melakukan yang baik baik untuk rakyat, tak usah gentar dengan sosok Jokowi yang ndeso' berwajah mas mas dan tidak ada potongan menjadi pemimpin "besar" yang gagah , berwibawa dan ganteng.
Jokowi hanya sosok biasa bagi rakyat biasa seperti saya ini. Cari Presiden ganteng seperti yang saya lakukan pada pemilu lalu, malah berakhir dengan banyak dongkolnya. Lha Presidenku lebih banyak curhat dan merasa diri dizolimi melulu, lupa bahwa yang paling terzolimi itu adalah rakyat Indonesia akibat perbuatan kader kadernya yang dalam iklan selalu mengatakan "Tidak" pada korupsi tapi entah salah siapa hampir semuanya berakhir sebagai tahanan KPK.
Eh kok jadi melantur sedikit yah. Kembali lagi kepada kemenangan Jokowi menjadi Presiden RI berikutnya yang menurut berbagai lembaga survey independen, sangat mungkin dimenangkan dalam satu putaran. Kemungkinan ini semakin besar jika pasangan Cawapresnya menunjang dan membawa arah angin reformasi mendukung program pembangunan menyejahterahkan rakyat.
Dari beberapa calon yang sangat banyak bisa dipilih, berikut adalah tiga nama terpopuler yang dirasakan pas untuk mendampingi Jokowi dan menjabat sebagai wakil Presiden berikutnya.
1. Jusuf Kalla.
Nama ini sudah lama membahana dan sampai saat ini JK memiliki tempat tersendiri di hati rakyat Indonesia. Kekuatan JK sebenarnya terletak pada keterlibatannya sebagai dedengkot Golkar, yang meskipun memiliki Capres sendiri, tapi tingkat elektabilitasnya sepertinya malah semakin tenggelam dengan lumpur Lapindo yang mengarah ke kepulauan Maladewa akibat liburan yang bikin istri tidak enak....
Golkar sebagai partai besar yang berakar urat strategi politiknya bak' pohon beringin, bisa dipastikan akan memainkan strategi jitu berdiri dibelakang JK jika Capres mereka Gatot Swandito , eh maksudnya ARB , gagal total. Dari dulu sampai saat ini, Golkar tidak pernah mau menjadi oposisi dan selalu lihai memainkan diri menjadi koalisi yang "cerdas" dan kecipratan rejeki.
Merestui JK maju sebagai Capres adalah salah satu kartu Truf yang akan laku dipakai Golkar sebagai embel embel positif bahwa Golkar mendengarkan suara rakyat, meskipun alasan sebenarnya secara gamblang bisa dibaca rakyat yang sudah tidak bodoh lagi.
Bagaimanapun sosok JK yang mewakili rakyat Indonesia non-Jawa, dan kemampuan beliau dalam menanagani permasalahan dengan pendekatan praktis merupakan keunggulan tersendiri.
2. Mahfud MD.
Jika saja ketua PKB cukup cerdas melihat kemana arah angin politik bertiup, maka sosok Mahfud MDÂ harusnya sudah lama kencang dihembuskan dan dipersiapkan dengan baik untuk dimajukan sebagai calon dari PKB dan NU.
Suara mayoritas NU otomatis akan sangat mendorong tingkat keberhasilan Jokowi menang dalam satu putaran. NU juga memiliki potensi untuk merangkul partai partai islam lainnya sebeagai penengah yang baik sekaligus pengayom.
Rekam jejak Mhafud MD juga relatif bersih sampai saat ini, dan gaya bicaranya dan bersikap yang ceplas ceplos mirip JK dianggap menyeimbangkan Jokowi yang kalem. Mahfud juga memahami seluk beluk hukum, sehingga Jokowi tidak harus pusing digugat kiri-kanan.
3. Yusril Ihza Mahendra.
Sosok yang dianggap sebagai pakar Hukum negara, sekaligus salah seorang Kompasianer yang kalau menulis dipastikan HL, memang merupakan "kuda hitam" yang sangat mungkin maju sebagai calon wakil Presiden mendampingi Jokowi.
Yusril meskipun tidak bisa lolos sebagai Capres dari PBB, sudah memiliki massa dari Partai Bulan Bintang, dan lebih disukai partai berbasis islam lainnya dibandingkan dengan JK dan Mahfud MD.
Soal pemahaman Yusril terhadap hukum, tidak diragukan lagi sehingga yang mau gugat menggugat pikir seribu kali kalau tidak mau kena malu seperti Wamen Kemenhukam, soulmate-nya Pakde Kartono yang beberapa kali dibuat keok oleh Yusril.
Namanya juga politik, bisa pagi tahu , sore tempe dan malam steak wagyu. Siapa yang tahu? Tapi menurut pengamatan ala rakyat biasa seperti saya, ketiga calon non-militer inilah yang paling mungkin disandingkan dengan Jokowi untuk menang satu putaran. Kalaupun akan ada calon dari militer, maka nama Ryamizard Ryacudu adalah sosok yang paling mungkin dipilih oleh Megawati sebagai pemberi mandat kepada Jokowi.
Kita nantikan saja dengan penuh kegairahan episode berikutnya, sambil siap siap meniupkan terompet kemenangan Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H