Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak Laki-laki Menjadi Pria Sejati

29 Maret 2014   15:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 2573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu mengatakan kepada kedua putra saya bahwa sangat berat tanggung jawab menjadi kepala rumah tangga.  Paling utama harus diatur adalah diri sendiri sebelum bisa mengatur istri dan anak anak. Kalau dirinya sendiri tidak sadar tanggung jawab, dan lupa bahwa menjadi suami dan ayah artinya dia harus pulang kerumah dan melewatkan waktu bersama dengan keluarganya, bukannya keluyuran seperti masih bujangan, maka bagaimana mungkin pria seperti ini bisa dipercaya menjadi pemimpin rumah tangganya?. Bisa nyungsep ke jurang sekeluarga....

- Mengajarkan bahwa mencintai adalah bekerja keras dan membuktikan cinta dengan tindakan. Cinta bukan sekedar kata kata romantis dan membukakan pintu mobil serta membeli coklat di hari Valentine. Lebih dari sekedar icing on the cake, wanita memerlukan bukti yang lebih konkrit bahwa dirinya dicintai suaminya dengan memiliki keyakinan besar bahwa sang suami bertanggung jawab dan mau bekerja keras untuk menafkahi keluarga dan mencukupkan kebutuhan anak-istrinya.

Tentu saja kebutuhan yang logis. Wanita bisa hidup tanpa Tas Hermes, tapi apalah artinya menjadi wanita kalau membeli bedak saja tiap bulan kalang kabut?.

Pria yang bijaksana akan bisa membimbing keluarganya untuk dapat membedakan antara kebutuhan dan keborosan. Pria sejati tidak pernah pelit, tapi juga bukanlah sosok yang bisa diporoti wanita mata duitan dengan mudahnya.

Sama seperti saya tidak simpati dengan wanita yang dibodohi dan dikuras hartanya oleh buaya darat, saya juga akan sangat menertawakan pria  yang habis habisan digarongi cewek matre. Kalau bisa malah saya pertegas, syukurin lu!. Kalau bisa digarongi orang lain, itu sebenarnya bukan orang lainnya yang pintar, tapi kitanya yang bodoh. Makanya jangan mau jadi bodoh. Sederhana bukan?.

- Ajarkan putra anda untuk bisa menghargai pendapat dan perbedaan. Apa kelebihannya mencari istri yang tidak punya pikiran sendiri dan harus selalu mengatakan iya kepada suaminya tanpa mampu memberi argumentasi dan pendapat yang baik dan logis? . Menjadi pemimpin bukan berarti menjadi diktator.

Saya ingat sekali pada pemilu lalu, suami saya menjagokan JK, dan saja memilih SBY. Sudah beberapa kali dia mencoba menjelaskan mengapa JK lebih bermutu dan dianggapnya lebih pantas menjadi Presiden. Saya tetap ngotot (mungkin karena SBY ganteng...).

Jadi sekarang setiap kali saya kritis dengan SBY, suami cukup senyum simpul sembari berkata..."lha khan biar gak kerja yang penting ganteng...."

Tapi pelajaran yang penting disini justru karena suami saya tidak pernah ngotot dan memaksakan istrinya harus sependapat secara politik,  sekarang saya benar benar mendengarkan pendapatnya secara cermat dan kali ini memilih untuk sepakat dengannya tanpa ragu...

Mudah mudahan bagi kita semua yang memiliki anak laki laki, mampu membesarkan mereka untuk bisa menjadi calon pemimpin keluarga dan negara yang baik dan terhormat.

Happy week end to you. I love you all.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun