Singkat cerita, suster menjelaskan bahwa ketika memeriksa kembali formulir pendafataran, mereka tersadar bahwa ini bukan diisi oleh orang tua murid, tapi oleh si anak sendiri, dan sudah diakui oleh anak saya bahwa memang dia sendiri yang mengisi formulir tersebut karena papanya tidak mau tahu kalau dia ngotot hendak sekolah disitu.
"Memangnya ada masalah apa suster?" tanya saya penasaran. Ketika sekilas melihat semua data data yang ditulis, rasanya tidak ada yang salah, semuanya sesuai.
Suster kemudian menjelaskan sambil menunjukkan di kolom Penghasilan orang tua, Reinhart mengisinya dengan menuliskan "Penghasilan Tidak Tetap".
Tentu saja suster terkaget kaget, karena begitu membongkar file kakaknya (sekelas diatas dia), formulir pendaftaran diisi oleh suami, dengan jelas menuliskan sebuah angka nominal.
Dengan wibawa tinggi dan suara lantang suster kepala sekolah bertanya,"Kenapa kamu menulis penghasilan orang tua tidak tetap, padahal ayahmu dokter?".
Tidak kalah lantang dan berwibawa, Reinhart menjawab," Justru karena ayah saya dokter dan bukan pegawai negri, penghasilannya tidak tetap. Mana ayah tahu hari ini berapa pasien yang akan berobat?. "
Dengan tenang dan tetap lantang dia kemudian melanjutkan," lagi pula saya selalu dikasih tahu oleh mama bahwa sangat tidak sopan menanyakan penghasilan orang lain. Intinya disini adalah suster hanya perlu menanyakan apakah sanggup membayar uang sekolah yang ditetapkan?. Tidak perlu menanyakan penghasilan ayah saya. Memangnya kalau kurang saya bisa gratis sekolah disini?.
Suster kepala sekolah terpaku. Saya termangu mangu. Tidak pernah begitu bangganya saya terhadap dia , sampai sampai saya ingin melompat lompat dan berteriak "Yeeeesssss !!! that's my boy!".
Harus saya akui bahwa suster kepala sekolah cukup fair dalam bersikap. Wah kalau marah marah juga bisa berhadapan dengan emak-nya yang sudah siap dengan amunisi baru.
Suster kemudian mengatakan,"you are right. This school is proud to have you as its student".
Tidak semua sistem yang sudah dibangun itu benar. Tidak selalu yang lebih senior itu lebih tahu dan pintar. Jika bangsa ini mau maju, anak muda harus dibiasakan untuk bersikap kritis dan bisa mengemukakan pendapat dengan baik secara logis.