Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu...

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Telat Jujur Membuat Anas Tidak Jujur

2 April 2014   13:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 4313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318117" align="aligncenter" width="502" caption="-Ilustrasi, Anas di Iklan Antikorupsi Partai Demokrat. (KOMPAS.com)"][/caption]

..."I swear by Almighty God that I will tell the truth, the whole truth and nothing but the truth. "

Jujur itu mutlak. Bukan jujur kalau kepepet, jujur sepotong sepotong, dan jujur disini, bohong disana. Itu sih namanya jujur semau gue, atau mencoba sedikit jujur ketika terdesak.

Kicauan Anas Urbaningrum yang sangat terkesan menjurus kepada SBY dan Ibas bukan lagi keterangan baru yang bisa membuat Indonesia "goncang". Nyanyian senada sudah lama disuarakan Muhammad Nazaruddin maupun Yulianis yang mengindikasikan ada nama "Ibas" dalam buku catatan pengeluaran perusahaan yang menerima uang tunai dalam US Dollar sebesar 200 ribu.

Terlepas dari apakah Ibas yang dimaksud itu berarti  Ibas anaknya Presiden SBY, atau Ibas lainnya di Indonesia. Toh kita semua menyadari bahwa menyebut nama Ibas tidak semerta merta mengharuskan seseorang menjadi tersangka tanpa bukti pendukung lainnya. Meskipun hampir seluruh rakyat Indonesia yang tidak bodoh lagi, dengan senyum simpul kalau ditanyakan, kemungkinan besar akan mengatakan .."Ya Ibas siapa lagi sih yang terkait dengan Partai Demokrat, dan memiliki kedekatan dengan Nazar sehingga begitu murah hatinya Nazar bagi bagi angpao 200 ribu dollar?".

Namun tetap menjunjung asumsi asas praduga tak bersalah, kita masih harus menunggu penyelidikan KPK selanjutnya  sebelum bisa mengatakan dengan kepastian tanpa ragu bahwa Ibas yang dimaksud adalah sang putera Mahkota, anak SBY.

Sambil membawa bawa hasil audit independen tentang dana kampanye Partai Demokrat, Anas sepertinya cukup sumringah menunjukkan "prestasi" dirinya bisa membuka lembaran hitam Partai Demokrat dan SBY merupakan bagian tak terpisahkan disana.

Anas lupa bahwa dirinya juga erat terkait sebagai pemimpin Partai Demokrat dan jabatannya sebagai mantan anggota KPU sebelum meloncat masuk kedalam Partai Demokrat setelah ribut ribut terjadinya kecurangan massive selama pemilihan umum lalu dan penggelembungan suara untuk memenangkan Partai Demokrat ketika itu. Menjadi keheranan publik juga ketika ketua KPU  Nazaruddin Syamsuddin, Mulyana Kusumah dan Daan Dimara semuanya mencicipi hotel Prodeo, sementara Anas lolos melenggang keluar dari KPU dan berkarir di PD , sebagai "the rising star".

Sekali lagi, ini toh tidak juga bisa dibuktikan dengan gamblang, sehingga rakyat menerima hasil yang sudah disahkan dan memenangkan SBY sebagai Presiden dan Partai Demokrat as the ruling party.

Telat jujur ala Anas Urbaningrum tidak lebih dari pengulangan informasi selentingan yang sudah lama dicurigai memang terjadi kong kalikong diantara petinggi partai demi mendapatkan mega proyek berjumlah triliunan.

Lagak Anas yang sudah seperti di film film Hollywood, bahkan melaporkan Nazaruddin kepada polisi dengan delik pencemaran nama baik, seakan merupakan adegan sinetron yang tak layak tonton karena tidak ada ending yang menggambarkan klimaks suatu cerita. Laporannya menguap entah kemana, dan spesifiknya apa yang dicemarkan tidak pernah jelas.

Alih alih menjelaskan darimana kekayaannya diperoleh, termasuk satu buah mobil Harrier dan beberapa  tanah serta rumah yang memang secara hitung hitungan akal sehat hampir tidak mungkin dapat dibeli Anas dalam tempo yang singkat. Sementaraistri Anas yang diangkat sebagai dewan komisaris sebuah perusahaan pemenang tender mega proyek yang melibatkan Anas, kurang dapat dijelaskan kehebatan kemampuan yang dimiliki sehingga bisa  duduk jadi komisaris. Anas malah sibuk melantur dengan bumbu bumbu tidak penting.

Nepotisme adalah praktek menuju korupsi yang keras tercium baunya namun selalu mudah disangkal , sekali lagi berbalut kalimat asas praduga tak bersalah dan kesamaan  kedudukan di mata hukum. Koruptor selalu lupa bahwa maling ayam juga punya kesamaan di mata hukum, kasihan sudah babak belur dihajar, hukumannya juga berat. Sungguh tidak adil!.

Kejujuran Anas yang diperlukan rakyat Indonesia sekarang ini adalah dengan jujur membuka secara jelas darimana dia memperoleh harta kekayaan yang melonjak jauh selama dia menjabat sebagai penguasa Partai Demokrat.

Sudahlah tidak usah terlalu sering menyanyikan lagu usang yang sudah bosan didengar masyarakat tentang Ibas dan dua ratus ribu dollar. Biarkan saja itu menjadi lagu lama Nazaruddin dan Yulianis yang harus ditelusuri KPK beserta dengan bukti bukti pendukung untuk menyeret Ibas bila memang terbukti.

Sebaikanya Anas juga tidak usah berpanjang lebar menjelaskan tentang kecemburuan Marzuki Alie karena memang tidak ada kaitannya dengan kasus yang disangkakan kepada Anas. Meskipun juga soal cemburu itu tidak sepenuhnya bohong, namun tidak juga sepenuhnya benar. Yang tahu hanya Marzuki Ali sendiri dan Tuhan.

Penyakit para tersangka kasus KKN ketika sudah dijerat KPK, memang selalu hanya mau jujur menyelamatkan diri dari tuduhan. Bukannya fokus kepada kasus dan sangkaan pencucian uang, malah sekarang ceritanya bolak balik mengekor pengakuan Nazaruddin dulu.

Lalu perlu dipertanyakan, mengapa dulu Anas melaporkan Muhammad Nazaruddin ke polisi dengan tuduhan mencemarkan nama baik ? Dan selalu mengatakan bahwa Nazaruddin meracau serta mengigau ? Terjemahan bebasnya.."jangan dengerin Nazaruddin... orangnya ngaco dan asal bicara..."

Kenapa sekarang tiba tiba Anas jujur-jujuran malah mengisahkan hal yang sama, ditambah dengan keterangan yang lebih detil bisa mengoinformasikan uangnya diterima di jalan Ciasem. Padahal bukan nama jalannya yang perlu, tapi buktinya mana bahwa Ibas menerima? Itu yang ditunggu oleh segenap warga Indonesia dan perlu ditindak lanjuti dengan lebih cermat oleh KPK.

Anas belakangan ini selalu dikabarkan mengalami sakit gigi. Biasanya sakit gigi itu disebabkan kuman yang ada di mulut dan di sela sela gigi yang tidak dibersihkan dengan baik dan akhirnya memberi kesempatan kepada bakteri untuk berkembang biak merusak gigi. Mungkinkah apa yang dialami Anas sekarang ini adalah pembiaran terhadap kejujuran yang seharusnya disuarakan Anas sejak lama?. Masih terngiang jelas bagaimana hebohnya Anas memuji muji kebesaran SBY ketika dirinya masih duduk sebagai ketua PD.

Lha kalau pujian kepada SBY dulu ternyata tidak jujur, bagaimana rakyat bisa mempercayai bahwa sekarang Anas memberi keterangan yang jujur?. Telat jujur sesungguhnya merupakan ketidak jujuran yang tidak layak diapresiasi..

Have a great Wednesday everyone.  Marilah selalu jujur tepat waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun