Dari banyak perbincangan dengan para sahabat maupun kerabat, selalu saja mengerucut pada issue anyar soal pemilu dan siapa calon Presiden mendatang. Seperti yang sudah bisa diprediksi sebelumnya, dua nama yang paling populer di Indonesia saat ini adalah Jokowi dan Prabowo.
Dengan segala rasa hormat, parpol peraih suara terbanyak kedua yang mengusung Ketua Parpolnya sebagai Capres, justru hampir gak' ngefek diperhitungkan. Sebenarnya ini juga sebuah bukti bahwa antara parpol dan Capres yang diusung, ternyata tidak harus ngefek' secara otomatis seperti gula dan semut. Buktinya juara kedua malah pencapresannya sepi dari bahan omongan, karena sudah sama sama memahami, buat apa capek capek dibahas, toh' gak bakal menang juga.
Jokowi dibandingkan Prabowo ? Waaah.... ya jangan dibandingkan, karena memang masing masing manusia memiliki sisi unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Lalu kalau tidak dibandingkan bagaimana nanti menentukan pilihan antara keduanya?. Maksud saya daripada dibanding bandingkan secara head-to-head, lebih baik masing masing dilihat track recordnya, dan dipertimbangkan, yang mana lebih mengena di hati dan pas untuk dipilih sebagai Presiden baru.
Memang susah membandingkan Jokowi dan Prabowo;Â dengan latar belakang kehidupan yang jauh berbeda. Yang satu dari keturunan "darah biru" dengan segala fasilitas dan jenjang karir yang melesat mulus bak meteor', sampai akhirnya harus terhadang peristiwa kerusuhan massal Mei 1998, dan gerakan reformasi akhirnya melengserkan era Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto, yang ketika itu masih merupakan ayah mertua Prabowo.
Dari situ Prabowo melanglang-lang buana , sampai ke Jordania, sejenak menghilang dari bumi Indonesia, dan selang beberapa tahun kemudian kembali sebagai mantan jendral dengan status duda (cerai), berprofesi sebagai pengusaha.
Banyak hal yang menyisakan misteri soal kehidupan pribadi Prabowo, maupun beberapa pertanyaan mendasar yang sampai sekarang membuat saya penasaran, misalnya : Mengapa Amerika tidak mengeluarkan Visa untuk Prabowo?. Aneh sekali bagi seorang pengusaha kaya raya, mantan militer yang ayah dan anaknya sendiri bersekolah disana, kemudian tidak diberi Visa untuk bisa masuk Amerika.
Ya sudah, biar saja itu menjadi kewenangan Amerika, tapi hak saya juga untuk kepo' karena merasa aneh dengan hal itu. Sepertinya ada sesuatu yang "tidak lazim...." , mengingat saya sebagai rakyat biasa, meminta visa kunjungan ke Amerika, langsung diberikan lima tahun bebas masuk keluar.
Soal kelebihan dan setumpuk prestasi Prabowo, sudah banyak ditulis oleh Kompasianer yang mendukung Prabowo lengkap dengan berbagai hal "gemilang" tentang beliau. Pembaca pasti bisa menilai sendiri dengan akal sehat.
Lha karena saya mendukung Jokowi, niatan saya memang mau menulis yang "mentereng" tentang Jokowi, tapi semua yang saya temukan di dalam sosok Jokowi (dipopulerkan dengan sebutan Dik Cino di Kompasiana ini oleh Kompasianer penulis komen terpanjang Kak Aan), semuanya biasa biasa saja.
Tidak ada kenaikan pangkat gemilang yang luar biasa, semuanya dicapai dengan kerja keras dan langkah yang terhitung biasa biasa saja. Ternyata yang biasa biasa saja di negara kita ini justru menjadi sesuatu yang luar biasa!.
Rakyat sudah jenuh dengan kehidupan pribadi para pejabat yang naik turun kendaraan mewah dengan pengawalan super heboh, padahal disekitar lingkungan tempat tinggalnya masih banyak penduduk miskin.
Rakyat jenuh dengan gaya bicara intelek yang selalu dibumbui bahasa asing bermakna tinggi tentang visi dan misi serta berbagai konsep ke depan, tapi tetap saja harga sembako semakin melilit leher.
Rakyat letih melihat pemandangan segerombolan pejabat yang kalau mau bertemu untuk membahas sesuatu tentang "rakyat miskin" justru diadakan di tempat mewah dengan anggaran besar dan segala biaya lain lain yang makin menguras anggaran negara. Bukankah lebih baik itu semua dipakai untuk membantu secara langsung kehidupan rakyat kecil yang setiap hari pusing memikirkan biaya sekolah anak anak mereka?.
Rakyat tidak begitu paham tentang intrik politik dan segala perkoalisian tingkat tinggi dengan taktik bagi bagi kue. Yang rakyat inginkan hanya seorang pemimpin yang bisa bicara dan kelihatan nyaman duduk ditengah masyarakat biasa, karena memang dia bagian dari rakyat yang biasa biasa itu.
Ternyata memiliki kepribadian yang biasa biasa itu menjadi sesuatu yang luar biasa langka di negri ini, khususnya di kalangan petinggi negara. Melayani rakyat dan bekerja untuk rakyat, artinya memahami betul penderitaan rakyat yang semuanya mengenai hal hal biasa namun berurusan langsung dengan perut. Lapar ya lapar, tidak usah berputar putar dengan teori kemakmuran berbasis Pancasila dan segala aturan eksport-import.
Di lain pihak, sikap yang biasa biasa itu berarti menonjolkan sisi manusia seutuhnya yang dapat tertawa dengan raut wajah biasa saja, tak perlu harus membuat kesan berwibawa.
Cengengesan menjadi sesuatu yang manusiawi, karena dalam berjuang melawan korupsi dan kemiskinan, ketika hati perih menyaksikan hak yang dirampas dan keadilan menjadi langka, rakyat toh hanya bisa cengengesan....
Makan dengan lauk biasa , duduk membaur bersama dengan rakyat jelata dengan perilaku yang benar benar menunjukkan kenyamanan, menjadi sesuatu yang sangat luar biasa di negri ini, setelah sekian puluh tahun kita terkungkung dengan aturan protokoler dan birokrasi berbelit belit yang bikin pusing duluan sebelum dianalisa.
Kepribadian lain Jokowi adalah memiliki sisi merakyat. Tidak bisa dibuat buat dan mendadak diciptakan demi pencitraan. Hanya rakyat biasa yang bisa melihat dan merasakan dengan jelas siapa yang benar benar merupakan bagian dari masyarakat tanpa harus dibagus baguskan.
Karenanya ketika rakyat diberi kesempatan memilih pemimpin masa depan, otak dan perasaan rakyat yang biasa biasa ini lebih suka memilih sosok biasa, karena tidak perlu capek capek menjelaskan bagaimana pusingnya hidup dengan penghasilan yang serba pas-pasan.
Yang pas ya Jokowi....!
*foto dari http://statik.tempo.co/data/2013/02/07/id_166158/166158_620.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H