Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pasca Perkoalisian: Mengapa ARB Bingung-SBY Kesepian?

13 Mei 2014   03:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399900380205758978

Setelah gonjang ganjing dan sempat mengalami deadlock dan drama disana sini, akhirnya PPP mengumumkan untuk mendukung Gerindra, sesuai keinginan hati sang ketua partai Suryadharma Ali.

Dengan bergabungnya PPP, PAN dan PKS kepada Gerindra yang mengusung Capres Prabowo, maka dua kubu utama sudah mengkristal dengan jagoan masing masing. PDI-P, Nasdem, PKB sudah mantap dengan Jokowi.

Lucu juga melihat ARB yang sampai saat ini kebingungan menawarkan diri kemana mana untuk mencari teman koalisi yang tak kunjung ditemukan, padahal modal 14 persen sudah ditangan. Lebih gila lagi bahkan tawaran diri sekarang sudah mulai turun menjadi Cawapres, namun tetap tak kunjung "laku". Seharusnya tak perlu bingung jika ARB cukup logis dan realistis mengukur diri sendiri sedari awal.

Dari jauh jauh hari berbagai survey sudah dengan jelas mengindikasikan bahwa tingkat elektabilitas ARB sangat rendah dibanding Capres lainnya, meskipun Golkar masih merupakan partai yang cukup laris.

Golkar sempat menjadi partai pertama pencetus konvensi, ketika itu jamannya Akbar Tandjung, sebagai suatu terobosan baru di dunia demokrasi Indonesia.

Dibawah kepemimpinan ARB, konvensi ditiadakan, dan dengan gaya  "One Man Show",  ARB memajukan dirinya sendiri dengan kepedean tingkat dewa. Tidak peduli tarikan lumpur Lapindo menyakitkan hati rakyat yang tidak menerima ganti rugi,  ARB maju tak gentar menggelar musyawarah Golkar dan mengangkat dirinya lewat sistem yang terorganisir untuk menjadi Capres.

Di pihak lain, SBY yang terkesan mengekor gaya Konvensi yang pernah diadakan Golkar, seperti biasa terlalu lamban bertindak dan mengambil keputusan. Padahal ada dua nama yang cukup menjanjikan di dalam Konvensi Partai Demokrat, yaitu Dahlan Iskan dan Anies Baswedan.

Masyarakat sebenarnya sangat berharap SBY bisa segera mengumumkan siapa pemenang konvensi PD sebelum pemilu diadakan, agar jangan seperti membeli "kucing dalam karung". Entah karena terlalu berhati hati, atau karena masih mencoba menaikkan pamor sang ipar Pramono Edhie, maka SBY tetap berada di jalur lambat berklakson bising .

PD dengan perolehan suara 10 persen, seharusnya menjadi partai yang cukup diminati oleh kubu siapapun. Namun SBY lupa bahwa perasaan rakyat Indonesia yang keleleran selama sepuluh tahun sepertinya memiliki  bapak namun tidak diacuhkan karena sang bapak  lebih sibuk arisan keluarga!.  Rakyat tidak lagi berminat melihat  gerombolan si Biru berada dalam pemerintahan berikut.PDI-P dan Gerindra cukup dapat menangkap sinyal itu. Give us a break!.

Semangat perubahan dan iklan anti korupsi menjadi bumerang bagi SBY. Belum lagi urusan Century yang berbelit belit dibolak balik kesana sini, dengan beberapa saksi yang itu itu saja mengatakan hal yang sama.  Padahal jika diperjelas secara logika sederhana,Century sangat mudah diuraikan.  Empat pertanyaan mendasar : 1.)  Apakah kebijakan yang sama diberlakukan juga terhadap bank bank lain yang memiliki masalah serupa?.  2.) Kemana aliran uang Century mengalir setelah mendapat dana talangan, dan siapa nasabah nasabah besarnya?.  3.) Mengapa dana talangan yang awalnya hanya disetujui ratusan milyar, bisa membengkak menjadi  6,7 triliun?.  4.)  Mengapa JK sebagai Wapres ketika itu tidak dilibatkan sesuai dengan kesaksian beliau?.

SBY masih saja mencoba menarik dukungan dan simpati lewat medsos. Terbukti dengan ajakan ketemuan yang diarahkan kepada Megawati lewat youtube tapi tidak mendapat respon dari kubu PDI-P, bahkan petinggi di kubu Banteng merah dengan tegas mengatakan, tidak perlu. Lebih baik mengurusi capres masing masing. Duh.... tertampik rasanya, padahal sudah pasang wajah memelas di depan kamera.

Saat ini SBY bahkan seperti ditinggalkan oleh para menterinya yang sibuk berkoalisi dengan partai lain kecuali Demokrat. Miris sekali, bahkan besannya sendiri sudah lebih dulu mengambil jarak menjauhi PD dan merapat ke Gerindra. Hatta Rajasa bahkan hampir dipastikan bakal menjadi Cawapres mendampingi Prabowo.

Ada dua opsi yang sebenarnya kurang mengenakkan, tapi daripada tidak ada pergerakan apa apa dengan 14 dan 10 persen yang ditangan ; 1.) sebaiknya ARB dan SBY mempertimbangkan untuk berkoalisi ,  atau 2.) bersekutu menjadi oposisi.

Jika berkoalisi, angka 25 persen sudah mencukupi, maka kedua partai ini bisa memajukan ARB sebagai Capres dan SBY Cawapres. Atau jika ingin membuat gebrakan, Majukan Dahlan Iskan danMahfud MD sebagai pasangan "sensasional" menandingi Jokowi-JK (kemungkinan besar).  Kalau mau membuat episode garing, silahkan majukan ARB dengan Pramono Edhie, atau Ibas.

Berkoalisi untuk memajukan Capres, ataupun menjadi oposisi  adalah pilihan yang masuk akal.  ARB dan SBY tetap bisa bergandengan tangan menyusuri sepanjang jalan kenangan  sambil merenung renungkan... what went wrong?. ARB... take me back to Situbondo.... dan SBY bisa mempertanyakan kembali ke Bang Ruhut... Did you mean the King Maker or The Lonely King?.

Paling tidak ketika ARB dan SBY bergandengan tangan.. ; there will be two less lonely people in the world..... (begitu katanya air supply).

*foto diambil dari http://www.siaga.co/files/2013/06/sby-ical.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun