Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ical Makin Kebingungan, SBY Makin Kesepian

16 Mei 2014   14:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14002005221588792713

Melihat geliat Ical dua-tiga hari belakangan ini, jelas terbaca kebingungan yang makin membuncah, kalau tidak mau dibilang galau. Bertemu Jokowi di pasar Gembrong tanpa pertimbangan matang, justru terlihat sebagai tindakan tergesa gesa yang berbalik jadi blunder.

Konon katanya Megawati tidak suka dengan hal itu. Lha iya jelas.... istilah menikung dan menyalip itu logis disematkan.   Sebagai ketua partai, kalau ada niatan mendukung Capres tertentu, seharusnya Ical  bertemu dengan ketua partainya lebih dulu untuk bicara. Bukan langsung menyalip ketemu Jokowi sambil cengengesan kelihatan sekali sudah kepepet dengan situasi bingung karena tidak laku memajukan diri sendiri sebagai Capres, bahkan menjadi Cawaprespun tidak diinginkan.

Padahal modal 14 persen itu sangat diinginkan oleh kubu manapun yang bakal bertarung di Pilpres. Dengan perolehan 14 persen, dapat dipastikan ke kubu mana Golkar berlabuh, maka akan sangat menguatkan posisi Presiden terpilih di parlemen.  Itu secara logika dan hitung hitungan kasar.

Belajar dari pengalaman SBY dengan koalisi multi partai, termasuk PKS, toh tidak membuat Partai Demokrat tenang melaju dan memerintah dengan baik. Gonjang ganjingnya justru lebih banyak datang dari dalam internal partai sendiri dan perseteruan atas kebijakan kebijakan yang diambil SBY, yang justru timbul dari koalisi yang dipimpinnya.

Ical semakin galau karena sebentar lagi Rapimnas Golkar diadakan, dan banyak petinggi partai Golkar yang bakal menyerang beberapa blunder yang dianggap mempermalukan Golkar sebagai pemenang kedua Pileg 2014.  Blunder Ical antara lain:

- Ketika didatangi Jokowi setelah pileg, Ical masih dengan kokoh menyatakan bahwa Golkar akan tetap memajukan Capresnya sendiri.

Setelah sekian lama seperti tidak ada tawaran menarik, Golkar malah sepertinya mau diajak koalisi dengan Gerindra, bahkan mengisyaratkan diri untuk bersedia menjadi Cawapres, yang kemudian tertampik lewat ungkapan beberapa petinggi Gerindra yang terbaca tidak menginginkan Ical mendampingi Prabowo karena elektabilitasnya yang rendah. Kehadiran Ical malah akan cenderung menurunkan kepopuleran Prabowo.

-Setelah Prabowo menggandeng Hatta Rajasa, Ical malah berbalik ke PDI-P. Sayangnya memotong jalur dengan langsung menemui Jokowi dan bukan Megawati. Dengan harapan agar Golkar bakal disebut sebagai salah satu pendukung koalisi PDI-P mencapreskan Jokowi. Namun sayangnya sampai besok harinya pengumuman mendukung Jokowi sebagai Capres, nama Golkar tidak disebut. Yang ada hanya koalisi PDI-P, Nasdem dan PKB.

Jika pengumuman siapa Cawapres Jokowi dilakukan hari ini, sebelum Rapimnas Golkar, dan nama Jusuf Kalla disebut (calon kuat), maka Ical jangan berharap bahwa kubunya akan dianggap  ikut berjasa dalam memenangkan Jokowi for President. Jusuf Kalla  (jika) dimajukan mendampingi Jokowi, bukan merupakan utusan resmi partai Golkar. Telat deh Ical....

Maka tertinggalah dua partai lagi yang masih kesepian. Adalah Hanura yang kebingungan mau kemana dan tidak diajak oleh pihak manapun, dan sang incumbent SBY yang masih mencoba bermanuver dan menggeliat tidak lucu dengan menyebut nyebut Sri Sultan sebagai Capres yang mungkin dimajukan mewakili kubu PD dan koalisinya. Kasihan banget dengan peserta Konvensi Partai Demokrat kalau begitu?. Bukan habis manis sepah dibuang lagi, tapi belum manis sudah dicampakkan ceritanya....!

Jika ngotot dengan mencapreskan Sri Sultan. SBY melanggar aturan negara dong. Bukankah peraturan KPU bahwa pejabat yang maju sebagai Capres/Cawapres harus mengajukan cuti paling lambat 7 hari sebelum tanggal pendaftaran ditutup?.

Lagipula ide liar SBY ini apa sudah dibicarakan dengan baik dan dirundingkan dengan yang bersangkutan?. Apa tidak malah malu sendiri jika Sri Sultan menggelar konferensi pers dan mengatakan tidak?. Kalaupun Sri Sultan sampai saat ini memilih diam, hemat saya  itu karena kesopanan beliau sebagai Sultan dan karakter pribadi yang lebih baik mendiamkan sesuatu yang sudah sesat dari awal, daripada buang buang energi menanggapi. SBY akhirnya garing sendiri...

Tidak banyak lagi yang bisa dilakukan Golkar dan Partai Demokrat di injury time seperti ini, kecuali memilih bergabung dengan salah satu kubu, atau berduet menjadi oposisi. Nah... pilihan menjadi oposisi ini sepertinya benar benar tidak diinginkan oleh keduanya. Dua duanya terihat masih haus kekuasaan.

Ada dua pilihan yang lebih masuk akal. Kalau bisa saya sarankan kepada Ical dan SBY : untuk Ical, lebih baik konsisten dan maju terus mendukung PDI-P dan Jokowi. Kemungkinan untuk menang lebih besar disitu.

Untuk SBY lebih baik berkoalisi dengan Gerindra dan PAN, karena bagaimanapun juga,  besan tercinta sudah menjadi Cawapres Prabowo. Jika Demokrat bergabung, maka PKS akan memiliki nilai tawar yang  jauh menurun, bahkan kalau terlalu banyak menuntut bisa saja didepak Prabowo. Suara Gerindra sudah cukup kuat.

Kalau ini juga tidak bisa dilakukan, maka ada satu saran yang tidak mungkin salah yang bisa dilakukan oleh Ical dan SBY dan mendatangkan kedamaian bagi semua ;  Urus cucu saja....

Have a great week end everyone!

*foto dari http://assets.teraspos.com/images/310/2014/05/14/mk3_0.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun