2. Capacity. Dalam terjemahan bebas kapasitas berarti kemampuan. Dalam bisnis tentu kemampuan mengelola perusahaan. Dalam politik, kapasitas diterjemahkan sebagai kemampuan mengolah janji menjadi kenyataan.
Jika seseorang sudah pernah memiliki sejarah mengelola perusahaan sejenis dengan sukses, maka bank akan menjadikan itu pertimbangan besar dengan pemikiran positif bahwa nasabah tersebut telah memiliki pengalaman yang cukup handal, dan tidak sekedar menjual mimpi dan omong kosong.
3. Capital. Modal itu penting. Bukan hanya omong kosong dan modal dengkul menjual cita cita ketika anda berhadapan dengan pihak bank. Ingat bahwa bank hanya akan memberikan pinjaman kepada nasabah yang dianggap ikut serta memodali dirinya. Tidak mungkin kredit anda disetujui jika anda tidak memiliki modal sendiri yang diikut sertakan dalam usaha yang akan dibangun.
Dalam politik, Capital ini bolehlah kita terjemahkan sebagai parpol. Itu sebabnya ada ambang batas yang disebut Presidiential Threshold. Sebelum mengajukan diri sebagai calon pemimpin, dia harus membuktikan diri dulu apakah dirinya cukup didukung oleh parpol yang merepresentasikan diri sebagai wakil rakyat?. Besarnya modal tidak secara langsung berkolerasi dengan keuntungan, tapi bagaimana mengelola modal yang ada dengan memaksimalkan asset dan peluang, itulah yang menjadi penentu keuntungan.
Dalam Pilpres kita kali ini, jika Capital saya artikan sebagai Modal, maka telusurilah parpol parpol pendukung calon presiden anda. Apakah parpol tersebut memiliki citra yang baik, menjalankan apa yang selama ini mereka gaungkan? Bagaimana track record parpol pendukung selama di legislatif dan dalam koalisi sebelumnya?.
4. Collateral. Jaminan seorang nasabah kepada bank yang bakal memberi pinjaman diikat secara hukum lewat notaris. Jika tidak bisa memenuhi kewajiban membayar cicilan kredit dalam tenggang waktu yang telah disepakati, maka jaminan akan disita oleh pihak bank sebagai ganti rugi.
Kalau anda melihat ada palang bertulsikan: Disita, di depan sebuah gedung dan bertuliskan nama bank tertentu, itu artinya bangunan tersebut dijadikan jaminan kepada pihak bank, dan pemiliknya tidak memenuhi kewajibannya sehingga diambil alih oleh pemberi kredit.
Dalam politik khsusunya pilpres, jaminan adalah masa depan kita semua. Bukan dalam bentuk materi secara langsung, tapi harapan yang kita gadaikan di tangan para pemimpin, dan yang tertinggi adalah Presiden sebagai penentu kebijakan.
Saat ini kita semua warga negara Indonesia sedang dirayu untuk dimintai suaranya, bagaikan bank yang dimintai pinjaman. Mari bertindak professional, seperti pihak bank yang memperhitungkan segala sesuatu sebelum memutukan untuk mencairkan kredit kepada nasabah tertentu.
Suara kita berharga demi masa depan bangsa. Mari memilih dengan cerdas!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H