Mohon tunggu...
Ashiya
Ashiya Mohon Tunggu... -

saya hanya seorang gadis belia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Autisme Itu bukan ‘Ecean’

12 Agustus 2010   15:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_224181" align="alignleft" width="279" caption="Ilustrasi/Admin (helpyourautisticchildblog.com)"][/caption] Terkadang, atau seringnya, saya mendengar teman-teman saya di sekolah atau orang lain yang tidak paham apa itu autisme menggunakan kata ‘autis’ untuk menghina atau membuat lelucon tentang temannya yang bertindak bodoh atau konyol. Maaf saja, tapi saya kurang suka dengan tindakan seperti itu. Anda kira itu lucu, menggunakan kata ‘autis’ untuk berolok-olok dengan teman-teman Anda? Itu sama sekali tidak lucu. Anda bahkan tidak memahami apa itu autis, bagaimana orang yang terkena autis, bagaimana perasaan orang tua atau keluarga yang memiliki anak atau saudara yang ‘kebetulan’ autis. Saya adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kebetulan kakak pertama saya yang perempuan adalah seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang bersekolah di Sekolah Lanjutan Autis bagi remaja. Kakak saya bukan autis, tapi ia bersekolah di sekolah autis, jadi saya tahu bagaimana keadaan anak-anak yang ‘kebetulan’ autis di sana.  Mereka tidak bodoh, mereka pintar, bahkan lebih pintar dari kita. Hanya saja mereka tidak bisa mengapresiasikan perasaan dan cara berpikir mereka secara gamblang. Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana orang tua mereka membesarkan mereka? Merawat dan mendidik mereka tidaklah mudah. Seluruh harta dan kasih sayang dicurahkan hanya kepada anak-anak mereka. Dan kalau Anda tahu, sekolah dengan fasilitas khusus autis itu tidaklah murah biayanya. Beruntung bagi mereka yang memiliki dana untuk terus menyekolahkan anak mereka. Kalau tidak? Anda bisa membayangkan bagaimana susahnya orang tua mereka mencurahkan banyak perhatian baik untuk  mencari nafkah maupun kasih sayang untuk mereka.  Anda kira masalah selesai hanya dengan menyekolahkan mereka? Tidak, sama sekali tidak. Salah satu hal yang sangat meresahkan orang tua adalah, bagaimana jika mereka meninggal nanti. Bagaimana anak-anak mereka yang autis bertahan terhadap kejamnya dunia setelah mereka tidak ada. Siapa yang akan menggantikan tugas mereka nanti, sedangkan mereka secara sadar tahu bahwa umur mereka tidaklah lama. Apakah Anda pernah membayangkan jika suatu saat nanti, ketika Anda sedang berolok-olok dengan teman Anda kebetulan seorang ibu yang memiliki anak autis mendengarnya?? Apakah Anda bisa membayangkan bagaimana perasaannya?? Tidak ada satu pun ibu di dunia yang menginginkan salah satu anaknya menjadi seorang autis. Semua ibu menginginkan anak yang normal dan sehat tanpa cacat. Beruntunglah kalian yang dilahirkan dengan normal dan memiliki mental yang normal pula dan beruntunglah kalian yang tidak memiliki satu saudara autis pun. Bagaimanapun juga, Anda rasis jika terus-terusan memakai kata 'autis' untuk berolok-olok. Cobalah pahami dan hentikan tindakan tersebut sekarang juga. Ulurkan tangan Anda untuk membantu anak autis bukan menghina mereka. Oke?! Anda mungkin berpikir saya curhat. Boleh dibilang begitu. Saya tidak meminta untuk dikasihani, saya hanya meminta kalian bersimpati lebih kepada mereka yang tidak seberuntung kalian. Semoga bermanfaat ^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun