Judul di atas itu bukan sebuah analogi, tapi benar-benar terjadi. Pada hari Rabu 5/8/2015 sekitar pukul 16:30 ketika sedang mengemudi di dalam tol Jagorawi selepas keluar dari Rest Area di Km 21. Dari kejauhan terdengar suara sirine, dan dari kaca spion terlihat motor besar pengawal (voorijder) yang melaju kencang diikuti mobil sedan hitam bernomor kecil berhuruf depan “RI” yang merupakan nomor pejabat negara. Mereka melaju searah dengan kendaraan saya, ke arah Jakarta.
Entah mengapa rombongan tersebut berjalan berpindah-pindah lajur dengan kecepatan cukup tinggi. Ketika itu nyaris saja mereka berserempetan dengan kendaraan lain. Sampai di situ saya coba memaklumi keadaan mereka yang mungkin memang sedang terburu-buru demi tugas negara. Namun tak beberapa lama, terdengar lagi suara sirine, dan dari kejauhan terlihat lagi-lagi motor pengawal yang diikuti beberapa kendaraan hitam di belakangnya.
Rupanya rombongan pejabat negara atau menteri itu ada lebih dari dua, dan muncul hampir berbarengan dengan kecepatan tinggi, sehingga memaksa mereka untuk berjalan zig-zag berpindah-pindah lajur karena kondisi Jagorawi yang agak ramai lancar. Situasinya saat itu cukup menegangkan, karena terlihat masing-masing rombongan seperti saling adu kecepatan, mereka seperti sedang kebut-kebutan agar bisa lebih dahulu sampai di suatu tujuan.
Saya yang lagi-lagi berusaha untuk memaklumi keadaan mereka, berusaha untuk memberi jalan dengan menyalakan lampu sein kiri dan pelan-pelan mengambil lajur kiri , namun tiba-tiba muncul motor pengawal dari arah kiri mengambil lajur kanan dengan kecepatan tinggi hingga hampir saja bersenggolan dengan mobil saya. Di belakangnya sebuah sedan dan kendaraan SUV hitam ikut-ikutan memepet kendaraan saya. Ketika itu reflek saya membunyikan klakson.
Kali ini saya sudah tidak bisa memaklumi lagi. Sesungguhnya apa yang terjadi dengan mereka? Dari mana hendak ke mana mereka sehingga sebegitu terburu-burunya? Asumsi saya waktu itu, mereka mungkin baru saja bertemu atau rapat dengan Presiden RI yang akhir-akhir ini lebih senang berkantor di Istana Bogor. Lalu jika sudah bertemu dan rapat dengan presiden, kira-kira urusan apalagi yang membuat mereka tergesa-gesa sehingga membahayakan pengendara lain?
Mungkin dalam hal ini Presiden perlu mengeluarkan Kepres atau peraturan apalah gitu untuk mengatur tentang pengawalan pejabat negara. Jangan sampai lantaran arogansi para pengawal dan yang dikawal menyebabkan rakyat tidak simpati terhadap pemerintahnya. Jika saja mereka meminta jalan dengan cara yang lebih sopan, tentunya para pemakai jalan lain akan dengan senang hati memberi ruang agar mereka bisa melaju lebih cepat, apalagi untuk urusan kenegaraan.
Sayang saat itu saya sedang dibelakang kemudi sehingga tidak dapat mengabadikannya jadi foto atau video. Hanya dua nomor polisi yang saya ingat dari sekian banyak rombongan mobil-mobil pejabat tersebut, yaitu RI 5 dan RI 15. Nomor polisi yang lain apalagi nomor para pengawalnya sudah langsung lupa, mungkin karena panik. Semoga tulisan ini tidak termasuk ke dalam pasal penghinaan terhadap pejabat negara. Ini murni untuk saling mengingatkan demi kebaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H