Teringat kembali waktu itu
waktu dunia begitu sakit dan genting
orang-orang pada cemas akan hidup Mereka
kaki-kaki yang kuat diam ditempat sambil melihat dunia.
tetapi laki-laki itu terus berjalan tanpa henti
dia berjalan terus saat orang-orang diam dan takut
virus semakin gila, orang-orang takut raga dan tubuh mereka menjadi tanah, dihadapan orang-orang yang mereka cintai.
menjelang April datang dia menyambut dengan senyum
suara panggilan dan bunyi lonceng dari gereja tua begitu kuat
orang-orang pada diam dan menikmati sesajian yang sudah ada di atas meja itu, sambil menikmati senyum anak-anak mereka, Tampa rasa takut sedikitpun.
burung-burung sedang asik menikmati nyanyiannya
anak-anak itu sedang menikmati tubuh mamanya
sambil ditemani dongeng malam, dan nyanyian Nina Bobo,
sedangkan ayahku sedang mencari celengan yang hilang
sambil anak-anaknya menunggu ia pulang dengan damai.
sebelumnya menanti ia pulang ibu menyalakan api
di tungku yang sedang diberkati oleh air susunya
ditengah malam ia menanti sebuah kabar baik,
seketika lonceng dari negeri berdentang di dadanya
alam pikirannya mulai kemana-mana.
perasaan-perasaannya mulai begitu gentar
seketika mendengar kabar duka
bunyi lonceng adalah pertanda kematian sudah dekat
yang ia dapat bukan tulang rusuknya melainkan
kabar duka dari kematian sang suaminya.
_b.niai Ambon 2024
(puisi untuk ibu dan ayahku 18 April 2020)