Saya melalui blog sederhana ini ingin mengucapkan, “terima kasih, Pak JK!”. Mungkin sampeyan heran, mengapa saya mengucapkan ini. Saya tak ada hubungan apa-apa dengannya.
Kenal saja juga tidak. Saya juga tak pernah menerima bantuan langsung tunai. Saya juga bukan orang Poso, Ambon, Aceh atau daerah lain yang pernah mendapat sentuhan tangannya untuk mengenyam damai dari konflik. Saya tak mempunyai pom bensin yang menerima untung dari kenaikan harga BBM. Dan pastinya saya bukan kolega atau kroninya.
Ucapan terima kasih kepada JK saya sampaikan karena JK telah memberikan warna tersendiri bagi negeri ini. Terakhir berkaitan dengan proses demokrasi dan pemilu Indonesia.
JK mewujudkan mimpi konstitusi negeri bahwa setiap warga negara berhak mencalonkan menjadi presiden. Mematahkan mitos bahwa presiden Indonesia harus orang jawa.
Memang mitos ini belum sepenuhnya hilang. Karena ternyata JK juga tidak berhasil menjadi presiden. Namun keberaniannya mencalonkan diri sebagai presiden itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi mengingat hegemoni hasil survei bahwa SBY tak akan terkalahkan.
Proses pencalonannya pun sangat menarik. Penampilannya dalam debat presiden pun menjadi bumbu yang menyedapkan dan menyegarkan suguhan tontonan debat itu.
Jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan panelis pun dijawab dengan taktis dan pragamatis. Konon, tengah citra pejabat negara dan pegawai negeri sipil yang birokratis, JK adalah pejabat yang tidak birokratis, protokoler dan selalu mengambil keputusan disaat dibutuhkan.
Dan saya salut kepada JK karena kenegawarannya. Tak menunggu lama setelah pemungutan suara, tanpa menunggu sampai hasil perhitungan KPU, JK menelepon SBY untuk menyampaikan ucapan selamat.
Adegan ini menjadi headline berbagai media cetak dan elektronik. Sungguh ini sikap kedewasaan berpolitik seorang JK. Saya memang tak yakin bahwa JK mampu memenangi pilpres tahun ini. Saya berharap JK masuk putaran kedua.
Tetapi saya tak menyangka suara JK begitu jauh tertinggal oleh kontestan lainnya. Tetapi JK telah menunjukan budaya keteladanan yang patut dicontoh oleh para polikus lainnya.
Satu hal yang saya catat dari beberapa pengamat bahwa pemilih JK-Wiranto terbanyak adalah pemilih rasional dengan tingkat pemahaman politik diatas rata-rata awam. Yang secara obyektif memilih berdasarkan kualitas dan kinerja calon presiden.