Perkembangan media sekarang ini berkembang pesat dari tahun ke tahun. Berawal dari media konvensional hingga akhirnya di era digital ini media sosial menjadi media paling populer di kalangan masyarakat modern. Media sosial di berbagai platform memudahkan penggunanya dalam melakukan komunikasi bahkan dalam jangkauan yang lebih luas lewat berbagai aplikasi yang disuguhkan seperti Instagram, Line, Facebook, Whatsappp, dan lain sebagainya.
Dahulu masyarakat hanya membaca berita dengan media cetak berupa koran, dengan foto dan gamba saja, tapi sekarang orang bisa membaca berita dengan mudah karena menarik dan tidak membosankan. Berita sekarang sudah bisa disajikan juga lewat video, audio, dan tulisan. Walaupun durasi videonya pendek, namun orang lebih tertarik melihat di media sosial daripada harus menonton televisi. Media konvensional semakin hari mulai semakin ditinggalkan oleh masyarakat terlebih oleh anak muda. Media sosial bisa didapatkan lewat gadget atau smartphone hanya dengan genggaman tangan dianggap lebih praktis, mudah, dan cepat.
Menurut survei data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terakhir di tahun 2016, pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta dan media sosial Instagram menjadi media sosial populer kedua dengan jumlah pengguna mencapai 19,9 juta atau 15 persen (www.apjii.or.id)
Di era digital ini, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan berita, salah satu media sosial seperti Instagram sekarang ini juga dimanfaatkan oleh berbagai media untuk menyebarkan berita, bisa dengan video singkat atau mengunggah foto dan juga memberi caption(keterangan foto).Â
Penyebaran berita melalui media sosial Instagram ini juga tak lepas dengan adanya jurnalisme daring (dalam jaringan) atau online. Jurnalisme berasal dari kata journal yang artinya catatan harian atau catatan kejadian sehari-hari atau bisa juga berarti suratkabar. Menurut MacDougal dalam bukunya Interpretative Reporting tahun 1972 yang dikutip oleh Kusumaningrat dalam buku Jurnalistik Teori dan Praktik tahun 2016, Jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa (Kusumaningrat,2016:15).
Jurnalisme onlinemerupakan bagian dari jurnalisme, di mana editorial mendistribusikan konten melalui internet atau media sosial sebagai lawan dari penerbitan media cetak atau siaran. Jurnalisme onlinedalam penyebaran berita biasanya bisa dikombinasi dengan video, foto, audio, dan teks dan disebarluaskan dengan teknologi media digital.
Di masa ini jurnalisme onlinemerupakan salah satu komunikasi terbesar, walaupun terkadang  terasa abstrak atau tidak jelas karena selalu berubah-ubah. Selain instansi media, individu juga dapat terlibat dalam kegiatan jurnalisme online ini dengan format gaya dan konten yang khas dengan melibatkan kontributor dan ambisi editor yang berbeda, latar belakang profesional, pengalaman, dan pendidikan sehingga bisa menjangkau khalayak yang lebih beragam.
Munculnya media sosial ini merupakan bagian dari konvergensi media di era digital yang dapat mengubah pola hidup dan persepsi masyarakat. Siap atau tidak, instansi media mainstream di era digital ini harus mampu untuk melakukan multitasking media dengan melakukan penyebaran berita di media sosial, salah satunya adalah Instagram. Kenapa media sosial? Karena, masyarakat sekarang ini lebih banyak menggunakan media sosial daripada harus membaca koran atau menonton televisi karena dianggap lebih cepat, mudah, dan murah.
Instagram,merupakan salah satu media sosial yang populer di masyarakat modern. Hampir sebagian masyarakat memiliki akun Instagram. Dahulu, Instagram hanya digunakan untuk mengunggah foto pribadi dengan caption (keterangan foto) saja. Tapi, tidak di era digital sekarang ini. Instagram mulai memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan berita dan mendapatkan berbagai informasi.
Tampilannya yang menarik dan mudah (eye catching), masyarakat modern lebih memilih untuk membaca dan mem-follow (mengikuti) akun berita media mainstream di media sosial Instagram. Masyarakat bisa membaca, melihat dan mendengarkan lewat foto, teks, video atau audio yang diunggah. Tidak hanya satu arah seperti Teori Komunikasi yaitu Teori Jarum Suntik, tapi melalui Instagram ini masyarakat juga bisa saling melakukan interaksi lewat kolom komentar yang disediakan Instagram. Selain kolom komentar juga ada lambang "love" untuk melakukan like atau dislike terhadap postingan yang diunggah, sehingga terjadi komunikasi dua arah.
Melihat media sosial Instagram, akun berita seperti Kompas.com, Tribunnews, Tirto.id, dan Tempodotco, tentu memiliki pola yang berbeda dalam melakukan penyebaran berita. Akun berita Tirto.id menjadi salah satu media yang berbeda dengan akun media berita lainnya. Dalam Tirto.id lebih menonjolkan infografik dalam melakukan penyebaran berita menggunakan foto gambar dan caption (keterangan foto), tirto.id lebih ke arah jurnalisme data.
Selain data infografik, akun Tirto.id juga jarang menggunakan video dan audio di akun Instagram-nya. Tetapi walaupun begitu, followers (pengikut) akun Tirto.id juga tidak sedikit yaitu berjumlah kurang lebih lima puluh enam ribu followers. Masyarakat modern di era digital sekarang ini bahkan di tahun yang akan datang, akan lebih menyukai jurnalisme data atau yang berbentuk infografik seperti yang disajikan oleh Tirto.id karena dianggap lebih menarik dan tidak membosankan.
Berita di akun Instagram Tirto.id bervariasi, ada infografik dengan berita hardnews tetapi ada juga infografik softnews dan feature yang ringan dan informatif. Berita yang disampaikan juga lebih menarik untuk kalangan anak muda walaupun sebenarnya juga bisa memberikan informasi kepada banyak kalangan. Jumlah followers dari akun Tirto.id sendiri kurang lebih lima puluh enam ribu-an.
      Kompas, merupakan salah satu media mainstream dan populer di Indonesia ini merupakan satu-satunya media yang melakukan multitasking media di berbagai platform. Media yang menjadi bacaan kalangan menengah atas ini juga melakukan penyebaran berita di media sosial Instagram dengan banyak akun seperti salah satunya akun Kompas Muda dan masih banyak lagi. Namun, yang akan dibahas di sini adalah akun Kompas.com.
Akun Kompas.com melakukan penyebaran berita dengan menggunakan foto, video, dan audio dengan caption (keterangan foto) seperti penulisan naskah jurnalistik. Foto yang diunggah kebanyakan adalah foto di mana jurnalis melakukan kegiatan peliputan secara langsung di tempat kejadian. Kompas.com tidak menggunakan jurnalisme data atau infografik, selain itu akun Instagram Kompas.com juga di sponsori oleh salah satu brand terkenal yaitu Oppo Smartphone.Tidak hanya itu, tapi Kompas.com juga melakukan promosi iklan di akun Instagram-nya. Terlihat, akun Kompas.com ini mementingkan profit agar bisa mendapatkan modal dan medianya bisa tetap terus bertahan lewat iklan-iklan yang dipromosikan. Kompas.com lebih banyak mem-postingberita yang bersifat hardnews. Jumlah followers akun Kompas.com kurang lebih mencapai tiga ratus enam puluh empat ribu followers.
     Â
Akun media sosial Instagram dari Tempodotco melakukan penyebaran berita hanya dengan design dan cover dari koran Tempo yang sedang terbit harian. Instagram Tempodotco jarang mengunggah video dan audio atau foto bagaimana jurnalis melakukan peliputan secara langsung di tempat kejadian. Tempodotco lebih melakukan persuasi agar followers-nya membaca berita secara lengkap di koran Tempo daripada membaca di akun Instagram. Berita yang diunggah lebih ke berita hardnews dan hal-hal yang sedang banyak disorot oleh masyarakat. Berita-berita yang disampaikan lebih tajam dan seperti jurnalisme investigasi. Jumlah followers akun Tempodotco mencapai kurang lebih empat belas ribu enam ratusan-an.
Tentu media sosial Instagramjuga memiliki etika dalam melakukan penyebaran berita. Berita yang diunggah atau disampaikan kepada masyarat harus tetap memiliki esensi jurnalis dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan nilai-nilai berita. Foto atau video yang diunggah tidak boleh beresiko atau tetap pada jalur kode etik jurnalistik.
Berita yang disampaikan harus memiliki kebenaran, fakta yang dikumpulkan wartawan harus mengandung kredibilitas. Tema yang diunggah dalam media sosial tidak boleh menyesatkan masyarakat yang membaca. Tidak melakukan tindakan memata-matai dan tidak melakukan tindakan mencampuri urusan orang lain. Jika menyampaikan berita mencampuri urusan orang lain maka berita yang disampaikan akan menjadi kontroversial dan itu akan menjadi rawan dalam media sosial yang bisa dijangkau luas oleh semua masyarakat bahkan dunia. Terlebih yang terpenting adalah tidak mencuri informasi atau melakukan plagiasi.
Perkembangan media dan jurnalisme berjalan dengan sangat cepat. Media satu dengan yang lain terus berusaha melakukan inovasi dan memberikan prestasi terbaiknya dengan bersaing untuk meningkatkan rating. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana media juga harus tetap memikirkan masyarakat agar bisa mendapatkan berita yang baik dan bisa menambah wawasan. Peran media sosial Instagram ini bisa saja mengalahkan media cetak atau suratkabar jika media cetak tidak melakukan banyak inovasi. Masyarakat lebih tertarik dengan komunikasi visual yang disuguhkan oleh media sosial Instagram, terlebih lagi anak muda.
Referensi
Rivers, William & Cleve Mathews. 1998. Etika Media Massa dan Kecenderungan untuk Melanggarnya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat. 2016. Jurnalistik Teori & Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. 1996 (diakses dari https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016) , tanggal 29 September 2017)
Franklin, Bob (2013). "Digital Journalism", 1:1, p. 1. DOI: 10.1080/21670811.2012.740264". Retrieved February 2, 2014.
Oetama Jakob. 2006. Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sorlin, Perre. 1994. Mass Media. New York: Routledge
Rivers, William, Jaw Jensen, dkk. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
West & Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 2014. Jakarta: Salemba Humanika
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H