Mohon tunggu...
Ben Bagus
Ben Bagus Mohon Tunggu... Petani - Petani sederhana yang tinggal di desa

Berbagi tips pertanian dan melestarikan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kampung Lali Gadget Mendorong Generasi Tanpa Gadget

20 Agustus 2024   21:21 Diperbarui: 20 Agustus 2024   21:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadget semakin canggih, namun peningkatan teknologi ini tidak selalu diikuti oleh peningkatan kecerdasan penggunanya. Banyak orang tua mulai memberikan gadget pada anak-anak mereka sejak usia dini, sering kali dengan alasan untuk menjaga anak-anak mereka tetap tenang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan bahwa 33,44% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan gadget. Anak-anak mulai terpapar gadget pada usia 0-4 tahun (25,5%) dan 5-6 tahun (52,76%).

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batasan screentime yang ketat. Untuk anak-anak di bawah 2 tahun, penggunaan gadget sebaiknya dihindari. Sedangkan untuk anak usia 2-6 tahun, durasi maksimal screentime adalah 1 jam per hari, dan 2 jam per hari untuk usia 6-12 tahun.

"Gimana ya, Bun. Kalau enggak dikasih gadget nanti anak saya nangis. Saya jadi enggak bisa beresin pekerjaan rumah," curhat seorang ibu di grup Facebook. Banyak orang tua yang sependapat dan merasa terpaksa memberikan gadget sebagai solusi praktis. Namun, ini bukanlah jalan terbaik mengingat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan.

Dampak Negatif Penggunaan Gadget Terlalu Dini pada Anak

Gadget memang menawarkan hiburan yang menyenangkan, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Namun, penggunaan gadget yang berlebihan dapat membawa dampak buruk bagi anak-anak, seperti:

  • Gangguan Tidur: Penggunaan gadget yang berlebihan, terutama menjelang tidur, dapat mengganggu pola tidur anak. Aktivitas seperti bermain game atau menonton video membuat anak-anak terjaga hingga larut malam, mempengaruhi konsentrasi, kelelahan, serta pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
  • Masalah Mata: Paparan layar yang terus-menerus, apalagi dalam pencahayaan rendah, dapat menyebabkan ketegangan mata, mata kering, dan bahkan miopia atau rabun jauh.
  • Obesitas: Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu duduk sambil bermain gadget sering kali mengalami penurunan aktivitas fisik. Hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan risiko obesitas, karena kurangnya gerakan fisik menyebabkan kalori tidak terbakar dengan efektif.
  • Gangguan Kognitif: Terlalu sering menggunakan gadget dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak, mengganggu konsentrasi, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah.
  • Kesehatan Mental: Keterasingan sosial, stres akibat konten online, dan tekanan sosial di media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental anak-anak.

Mengatur waktu penggunaan gadget, mendorong aktivitas fisik, dan mengawasi konten yang diakses anak-anak sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan mereka.

Mengenal Kampung Lali Gadget

Ada alternatif menarik untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget, yakni dengan memperkenalkan mereka pada permainan tradisional. Kampung Lali Gadget (KLG) di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, adalah contoh inspiratif bagaimana permainan tradisional bisa menggantikan gadget.

Didirikan oleh Achmad Irfandi pada 1 April 2018, Kampung Lali Gadget merupakan inisiatif untuk melestarikan permainan tradisional dan mengurangi ketergantungan pada gadget. Irfandi memulai program ini sebagai respons terhadap penyebaran gadget yang pesat. Berbasis riset dari cerita orang tua dan sumber online, KLG menawarkan lebih dari 25 jenis permainan tradisional, dengan tema yang berganti setiap pekan, seperti tema buah-buahan atau batu-batuan.

Kampung Lali Gadget tidak hanya menghadirkan kembali permainan tradisional, tetapi juga menyediakan aktivitas lain seperti edukasi budaya, olahraga, dan pemahaman satwa. Dengan dukungan pemuda setempat, Achmad Irfandi dan timnya berhasil menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mendidik bagi anak-anak serta keluarga.

Penghargaan dan Inspirasi

Inisiatif Achmad Irfandi mendapatkan pengakuan yang layak, termasuk Apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu (SATU Indonesia Awards) pada 2021 di bidang Pendidikan. SATU Indonesia Awards adalah program dari Grup Astra yang mendukung kontribusi sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Kisah Kampung Lali Gadget dan dedikasi Achmad Irfandi menjadi inspirasi bagi kita semua. Ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kepedulian, kita bisa menciptakan solusi alternatif yang bermanfaat dan berdampak positif bagi generasi mendatang. Mari kita ambil contoh ini dan berkontribusi pada masa depan bangsa yang lebih baik dengan cara-cara yang inovatif dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun