Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Interview Session: Jamu Den Ayu, Jamu Warisan Nenek Moyang

13 November 2020   17:19 Diperbarui: 13 November 2020   17:30 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri.Jamu Den Ayu

Di masa pandemic corona ini, kita membutuhkan asupan gizi yang cukup. Ini diperlukan oleh tubuh, karena jika tidak akan membuat kita gampang terserang penyakit. Dan bukan tidak mungkin, bila virus corona menyerang kita. Salah satu cara menjaga kondisi tubuh tetap prima, adalah melalui minum jamu. Budaya minum jamu dewasa ini, terlihat begitu menggeliat. Situasi ini disebabkan karena wabah virus corona, yang kini tengah menjangkiti seluruh dunia.

Jamu Den Ayu merupakan alternative ditengah masa pandemic corona. Saya menginterview Deni Chasmala, seorang produser music, influencer, produsen jamu kekinian, dengan memakai botol sebagai pengganti gelas. Semula Deni bersama istrinya hanya mencari kegiatan, saat pandemic.

"Itu jadi berkah bagi kami sekeluarga, karena membuat saya dan istri mencoba membuat sebuah aktifitas yang baik. Dan ternyata kebetulan, ibu mertua lagi di Jakarta. Pada tahun 80an ibu mertua saya senang sekali membuat jamu. Dan mengajarkan pada istri saya, membuat jamu yang enak, dan baik. Singkat cerita, lama-lama istri saya jadi paham membuat jamu", jelas Denny.

Ragam jamu yang dijual Deny juga bervariatif. Harga yang terjangkau, membuat jamu Den Ayu mendapat sambutan hangat dari konsumenya. "Alhamdulila pertama dimulai dari satu varian dari beras kencur, akhirnya kami mulai membuat kunir asem, kita berkembang lagi kejahe, lalu temulawak. Harganya sekitar untuk yang original, sebenarnya pakai gula jawa, dengan sedikit campuran gula putih 35rb. Kalau yang satu lagi harganya 45 rb, beda 10rb".

Tak lupa juga Deny bersama istrinya, memasarkan jamu Den Ayu lewat Instagram. "Dan ternyata saya coba promokan lewat Instagram. Melalui teman-teman saya, dan kebetulan ternyata menjadi suatu opsi ketika orang menjual kopi. Kita punya opsi lain, yaitu jamu yang sudah menjadi minuman tradisional, bagi beberapa masyarakat Indonesia", jelas Deni bercerita dengan semangat.

Untuk menjadikannya berbeda dengan produk sejenis, Deni juga memberikan factor pembeda terhadap jamu Den Ayu. "Kita murni menggunakan gula aren, karena sekarang kan sedang tren. Gula aren menjadi sesuatu yang baru buat masyarakat Indonesia

Terselip kisah menarik, dari jamu Den Ayu. Jamu ini mengawalinya dengan sistem pre-order. "Yang membedaan jamu Den Ayu dengan jamu lain adalah, kita berawal dari preorder. Kita ga menyetok, artinya produk yang kita buat bener-benr fresh. Tidak dengan mesin tapi dengan tangan, seperti halnya memanaskan jahe, atau meremas-remas jahe", ujar Deny. 

Deny menuturkan kalau semua produknya benar-benar fresh dan tidak memakai pengawet. "Semua dilakukan oleh istri saya dan ibu saya. Dan akhirnya produk yang kita buat benar-benar fresh, kita sama sekali tidak pakai pengawet. Paling lama kalau ditaruh kulkas bisa 10 hari, nggak ditaruh kulkas bisa 3 hari (nggak sampai 3 hari kurang lebih)".

Ketepatan waktu, juga menjadi poin plus jamu Den Ayu. "Kita juga membuatnya secara cepat. Misalnya hari ini pesan, besok sudah jadi. Biasanya langsung habis".

Deny dan istrinya juga memperhatikan,mitra shipping mereka. Dengan cara memberikan jamu Den Ayu secara gratis. "Terus satu lagi, biasanya kita ketika shipping dengan media partner kita. Misalnya gojek atau grab, kita biasanya menyediakan, satu  botol kecil, yang kita berikan pada driver-driver itu supaya driver itu merasakan nikmatnya jamu buatan kita, otomatis ketika dia mengirimkan jamu itu. 

Mereka punya perasaan bangga. Terima kasih juga buat bapak-bapak driver Gojek dan Grab", sambung Deny  tertawa.

Deni sendiri, selaku pencetus Jamu Den Ayu, mempunyai pandangan bahwa jamu mempunyai khasiat yang ampuh dalam menjaga kesehatan tubuh, dari jaman nenek moyang. "Namanya juga jamu, sudah jadi satu minuman tradisional Indonesia, bahwa jaman dulu, sebelum ditemukan obat-obatan, nutrisi atau apapun. Entah dari jaman kapan, mungkin dari jaman Indonesia merdeka. Mereka udah buat jamu, jamu adalah salah satu minuman, yang dihasilkan tumbuhan-tumbuhan yang alami, dan herbal", jelas Deni

Jamu yang diproduksi Deni juga, bisa menyesuaikan dengan kondisi tubuh manusia. Lain halnya dengan bahan kimia yang, bisa menyehatkan tapi juga bisa berdampak tidak sehat pada anggota tubuh lainnya. "Murni herbal, kita tidak pakai pengawet atau yang berhubungan dengan chemical. Semua yang memakai herbal, sudah jelas bahwa semua memiliki manfaat yang baik sekali. 

Dimana dosisnya itu pasti akan, menyesuaikan kondisi tubuh, beda dengan bahan-bahan chemical. Jadi jamu adalah bener-bener vitaminnya orang Indonesia", kata Deni menjelaskan dengan bersemangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun