Jogjakarta, 6 September 2019
Musik sebagai sebuah karya seni mampu menembus sekat-sekat kultural.
Melalui musik, hubungan antar individu bisa terjalin, tidak hanya itu malah bisa menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pegiat musik sendiri. Antar elemen bisa saling bersinergi satu sama lainnya.Â
Bertempat di Jogja National Museum (JNM), South East Asia Music Education Exchange 2019 (SEAMEX) diselenggarakan. Event tahunan ini bertujuan untuk mempertemukan para pelaku dunia musik pendidikan di kawasan Asia Tenggara. Tetapi bagi kalian yang bukan dari kalangan dunia pendidikan musik, jangan berkecil hati karena acara ini bukan cuma untuk akademisi musik tapi juga terbuka untuk praktisi musik, pelaku industri musik dan umum. Event prestisius ini diadakan selama tiga hari, mulai dari 6 September 2019-8 September 2019, dari jam 09.00-22.00.
Didalam JNM sendiri kita bisa menemui beberapa sesi acara setiap harinya; conference, music workshop, music talk, performance / promotion. Stand yang ada juga tidak jauh dari dunia musik, seperti; tempat kursus musik, produsen instrumen musik skala lokal-internasional, label rekaman. Negara yang ikut ambil bagian dalam konferensi musik adalah; Indonesia, Jepang, Malaysia, Los Angeles, Singapura, Thailand, Perancis dan Singapura.
Demi menyemarakkan acara ini panitia menyediakan tiga buah panggung bagi para musisi untuk tampil dan berkolaborasi bersama. Para penampil di hari pertama antara lain; Setyawan Jayantoro (Thailand-Indonesia), Honest Pineapple (Indonesia), Josephine M. Segarra / Ty Ritchie Go (Phillipines), dst. Untuk conference / konferensi diisi oleh Otto Stuparitz (USA), yang hadir dengan tema 'Archiving Indonesian Jazz and Popular Music'. Bagi para musisi yang ingin mempertajam kemampuan musikalnya disini juga disediakan music workshop oleh Iwan Wiradz yang bertajuk 'Catch' the Rhytm.
Â
Para pengisi standpun terlihat menjelaskan pertanyaan pengunjung dengan baik. Stand Guitar Carving, menceritakan bagaimana gitar kayu yang diukirnya banyak mendapat pesanan dari eropa dan amerika. Ada juga stand gitar Radix yang menciptakan aplikasi buatan mereka yang bernama Gritjam, aplikasi ini memudahkan para seniman musik untuk berjamming ria, sehingga tidak perlu melakukan pertemuan secara fisik, cukup bertemu di aplikasi ini saja, dan mereka sudah bisa bermain musik bersama.Â
Pada sesi acara Music Talk di hari pertama, ada Dori Soekamti (gitaris Endank Soekamti) yang berbicara dengan tema 'From Band to Brand by Euforia Music Publisher'. Di kesempatan ini Dori menjelaskan bahwa sebagai seniman musik, amatlah penting untuk mendaftarkan hak cipta musiknya. Maka dari itu Euforia Publisher menggandeng musisi dari daerah-daerah di indonesia untuk mendaftarkan hak cipta musik mereka. Ini semata-mata agar musisi lokal bisa memperluas manfaat dalam dunia industri musik. Acara Music Talk ini berlangsung apik, banyak penanya yang bertanya dengan antusias. Terutama tentang hak cipta dan seputar legalitas di dunia musik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H