Mohon tunggu...
Bens
Bens Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Musafir Malam

Kata Hati Mata Hati ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ytc: Ibuku

29 Oktober 2019   17:53 Diperbarui: 29 Oktober 2019   18:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibuku yang manis namun kenes,

Kutulis suratku ini yang kesekian kali dalam minggu ini, di saat kegalauanku yang tak pernah usai.
Saat ini aku diberondong pertanyaan oleh diriku sendiri, tentang rasa dan wanita.
Aku tak ingin menyakiti wanita, seperti aku selalu hormat dan menyayangimu ibu.
Dan akupun tak ingin sekedar jatuh cinta.

Ibuku yang cantik namun tak menarik lagi,

Aku telah jatuh cinta, pada seorang pelacur.
Entah benar dan tidak, perasaanku selalu kepadanya.
Dan aku tak bisa tak mencintainya, sehingga
lumpuh rasanya prinsipku dan diriku
Berkali-kali aku coba bertanya pada diriku, mengapa harus aku yang mencintai pelacur itu.
Namun tetap sama jawabannya, semua adalah rasa.
Akupun protes bertanya pada Sang Rasa,
dia malah lebih seram menghardikku :
Itukah kamu yang disebut Manusia?
Makhluk paling sempurna di dunia?
Kamu bisa mencintai dan menyayangi hewan peliharaanmu, dimana nuranimu
yang mencibirkan pelacur sebagai sesamamu!
Ah.. Ibu, aku tak tahu dan malu pada diriku

Ibuku yang genit meski keriput,

Dipertemuanku dengannya, saat aku tersesat,
dikotanya lepas tengah malam,
Aku baru menyadari dari waktu jam dan hari,
dia seorang pelacur,
menjajakan tubuhnya yang mungkin lebih nikmat dari makanan eropa,
aku benci belanda, sebagai penjajah seperti ajaran bapak,
sekali lagi aku mencintainya, menyayanginya

Ibuku yang ayu tak sesexy dulu,

Ijinkan aku sejenak bersandar dipangkuanmu,
untuk belajar rasa
dan
lebih mencintai menyayangi pelacur itu,
karena aku pun tak mau
kehilangan ingatanku pada engkau ...

Ibu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun