Mohon tunggu...
Bens
Bens Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Musafir Malam

Kata Hati Mata Hati ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisi-kisi

23 Oktober 2019   05:34 Diperbarui: 23 Oktober 2019   05:52 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak aku lupa, menghitung hari,
jam dan waktu,
Disaat kesunyian ini hadir, membentangkan angin penuhi,
samudera kehidupan

Dari sudut sinarnya aku lihat,
genit mengerling bintang kejora, laksana gadis menyerahkan keperawanannya,
meski doa mendera, tak hiraukan luka

Aku terdiam pilu,
sayu mendekap wajah-wajah nan pasrah,
melontarkan amarah diantara kepingan-kepingan hirarki,
nan tak kunjung usai

Mungkin ini satu tegukan terakhir,
sisa kopi pagi tadi,
dan inipun terakhir kuhisap puntung lisong,
terselip disela-sela kantong

Aku tulis sebagian catatan,
sebagai kesaksian,
sekedar menyapa,
dari kenangan masa, yang meronta

Aku tak mau berandai-andai,
meski engkau rindukan, yang terbungkus dalam kemunafikan
tanpa cela

Dan kini kubayangkan, melesat kilat
anak panah dari panahan Dewata
yang aku sendiri tak kuasa
memeluknya lebih erat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun