Mohon tunggu...
Bens
Bens Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Musafir Malam

Kata Hati Mata Hati ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konco Wingking

17 Oktober 2019   05:56 Diperbarui: 17 Oktober 2019   16:43 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto | kekunoan.com

Dalam filosofi Jawa, perempuan mempunyai makna 3 M:
- Masak (Memasak)
- Macak (Berhias)
- Manak (Beranak)

Secara umum kedudukan perempuan masih termarginalkan, memandang bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah.

Perempuan dalam tatanan mendapat adagium yang cukup ekstrem, "Yen awan dadi theklek, yen bengi dadi lemek." Artinya yakni kalau siang jadi sandal, kalau malam jadi selimut.

Makna yang lain mengharuskan perempuan Jawa masa dulu harus manut (taat) dan sendiko dhawuh (siap menerima perintah) suami.

Kesetiaan sosok perempuan terhadap suaminya dalam kehidupan Jawa : "Swarga nunut neraka katut,"  yang memiliki arti seorang istri mengikuti suami ke surga maupun neraka, selalu setia kepada pasangannya dalam kondisi kehidupan penuh kesusahan dan yang serba menyenangkan.

Ini ditunjukkan secara jelas sikap setia perempuan Jawa melalui ungkapan: "Urip rekasa gelem, mukti uga bisa, sabaya mukti sabaya pati."
Artinya; hidup dalam kesusahan bersedia, hidup makmur pun bisa, sehidup semati dalam suka maupun duka.

Begitu hebatnya prinsip perempuan Jawa yang masih banyak dijumpai di desa-desa. Mereka dengan selalu keoptimisan mengayuh kehidupan tanpa beban, sebagai pangbekti (berbakti) pada nasihat orangtua dan leluhurnya.

Adat menekankan bahwa perempuan Jawa selain bakti pada suami, dia pun menjadi tumpuan dalam mendidik anak-anaknya, dan tauladan dalam keluarga.

Tutur kata yang sopan, tingkah laku yang baik menjaga kehormatan dan terampil mengurus rumah tangga.
Di samping dia juga harus menjaga kecantikan wajahnya, salah satu kebanggaan suaminya

Seperti tertulis dalam Serat Paniti Sastra:
Wuwusekang wus ing ngelmi/ kaprawolu wanudyo lan priyo/ Ing kabisan myang kuwate/ tuwin wiwekanipun/..

Artinya: Katanya yang telah selesai menuntut ilmu, wanita hanya seperdelapan dibanding pria dalam hal kepandaian dan kekuatan serta kebijaksanaanya.

Di sinilah keutamaan perempuan sebagai tiang negara, benar-benar tertanam dalam kedudukannya sebagai seorang Istri dan Ibu.

Konco Wingking sebenarnya bukan sekedar keterbelakangan, nilai budi luhur perempuan sangat dominan dan diperlukan, sebutan 'konco wingking' adalah membatasi peran laki-laki dan perempuan.

Jika benar perempuan hanya dibelakang dan terbelakang, tak akan mungkin begitu banyak tanggung jawab diembannya, diluar tatanan adat.

Maka tak heran anak-anaknya begitu sangat menghormati ibunya, sebagai sosok perempuan hebat yang mengasuh dan mendidik mereka. Dan kerap terucap oleh ayah mereka, hormati dan sayangi ibumu..nak.

Hal ini menunjukkan, arti dari Konco Wingking mempunyai nilai tersendiri dalam tatanannya, jika benar-benar dipahami dan diresapi.

Dan Konco Wingking, juga mampu mengantarkan kesuksesan seorang suami, dengan kelembutan dan kesetiaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun