Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencari Alternatif Modal dari Crowdfunding

6 Oktober 2017   20:06 Diperbarui: 6 Oktober 2017   20:32 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cermati.com

Fenomena crowdfunding perlahan-lahan menjadi wacana yang ramai dibahas, terutama di kalangan yang intensif bersentuhan dengan internet, berhubungan dengan insdustri keuangan, akademisi, kalangan philantropis, politisi, perintis usaha (startup), wirausahan kecil dan menengah, bahkan termasuk kalangan perusahaan yang sudah mapan. Sebahagian telah menjadi pelaku, baik sebagai crowdfunders (pengelola aktif crowdfunding) mupun sebagai pendukung yang biasa disebut sebagai partisipan (participant) atau backer.

Sebahagian pihak tahu adanya fenomena crowdfunding tetapi memilih sebagai pengamat sambil menunggu momentum untuk ikut terjun sebagai crowdfunder atau backer. Sebahagian orang pernah mendengar tentang crowdfunding tetapi belum sepenuhnya paham fenomena apa sebenarnya di balik kehebohan crowdfunding tersebut. Apalagi bila mendengar cerita bagaimana seorang pengusaha kecil mampu menghimpun dana dari masyarakat sebanyak setengah juta US Dollar dalam 17 menit. Bagi yang belum paham mekanisme crowdfunding ini tentu akan terkejut dan menganggap hal itu sebagai isapan jempol. Bagaimana mungkin ada orang yang mau menyumbangkan uangnya begitu banyak.

Tetapi kalau mulai diungkap bahwa dana itu dihimpun dari  78.000 orang lebih, mungkin mulai ada yang bertanya, bagaimana caranya?. Intinya, crowdfunding selalu identik dengan keberadaan para backer atau komunitas pendukung. Mereka adalah pengguna internet yang memiliki kepedulian dan pemihakan terhadap hal apa saja. Sementara Crowdfunder adalah lembaga yang telah memiliki komunitas yang biasanya menawarkan kegiatan yang membutuhkan pendanaan dari masyarakat.

Ketika seorang inovator ingin menjalankan idenya tetapi tidak punya dukungan pendanaan dan sulit memperolehnya dari lembaga keuangan konvensional seperti Bank, modal ventura, investor berhati malaikat atau pasar modal, seharusnya di masa lalu sebelum adanya internet, mereka sudah putus asa. Tetapi sekarang ini, mereka bisa berpaling kepada lembaga crowdfunder. Itulah yang dilakukan Migicvosky, seorang inovator jam tangan cerdas yang ingin mendapatkan dana guna memproduksi secara massal produknya dan sekaligus butuh saluran pemasaran, mencoba berhubungan dengan Kickstarter, sebuah lembaga crowdfunding yang sudah memiliki nama, reputasi dan komunitas.

Lalu seperti seorang promotor, Kickstart memperkenalkan Migicvosky kepada publik terutama di kalangan komunitasnya. Ia menceritakan kesulitan yang dihadapi Migicvosky dan sekaligus memperkenalkan produk yang akan diproduksi oleh Pebble, sebuah perusahaan kecil milik Migicvosky. Kickstart menyajikan gambar dan fitur jam tangan cerdas tersebut yang diberi merek Pebble Time  di situsnya. Kickstart meminta kesediaan komunitasnya untuk membayar di depan (pre-paid) sebagai wujud dukungan terhadap ide Migicvosky.

Bagi para backer atau partisipan, membeli jam tangan cerdas dengan harga 115 US Dollar cukup menguntungkan karena di pasaran untuk mendapatkan jam tangan seperti itu mereka harus merogoh saku dan mengeluarkan minimal 150 US Dollar. Bagaimana dengan jaminan kualitasnya? Para backer mempercayakan semua itu kepada Kickstarter yang diyakini tidak akan mungkin menipu komunitasnya dengan menawarkan barang yang tidak bermutu. Maka pada jam pembukaan penawaran kepada publik yang telah ditentukan, para anggota komunitas segera mengirimkan pembayaran secara online kepada crowdfunderpenyelenggara karena waktunya terbatas.

Di peluncuran perdana Pebble Time, Kickstart berhasil menghimpun dana lebih dari 500.000 US Dollar dari target 100.000 US Dollar. Jam tangan cerdas yang ditawarkan oleh Pebbleyang sebenarnya sebagai Reward atau penghargaan  atas dukungan kepada Migicvosky. Di sini terlihat bahwa Migicvosky dan Kickstart mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, mendapatkan dukungan pendanaan untuk memperbesar kapasitas produksi jam tangan cerdas Pebble tanpa bunga atau syarat lainnya. Kedua, membuka saluran pemasaran yang luar biasa besar bagi produk Pebble. Fenomena penggunaan mekanisme crowdfunding sebagai saluran pemasaran dan sekaligus mencari dana  ini sangat populer di Amerika dan Eropa sekarang ini.

Jam Tangan Cerdas Pebble yang Dicapture dari situs Crowdfunding Kickstart enam jam sebelum penutupan pemesanan pada peluncuran kedua yang memperlihatkan 78.000 lebih pemesan dengan raihan dana lebih dari 20 juta US Dollar (Sumber: SpecPhone.com)
Jam Tangan Cerdas Pebble yang Dicapture dari situs Crowdfunding Kickstart enam jam sebelum penutupan pemesanan pada peluncuran kedua yang memperlihatkan 78.000 lebih pemesan dengan raihan dana lebih dari 20 juta US Dollar (Sumber: SpecPhone.com)
Bahkan pada peluncuran keduanya, Kickstart berhasil menghimpun dana 500.000 US Dollar dalam 17 menit. Angka 10,3 juta  US Dollar akhirnya dicapai dengan melibatkan  78.000 individu peserta. Begitulah relatiasnya, dari sebuah produk yang gagal mendapatkan permodalan dari sumber konvensial seperti kredit ventura Pebble akhirnya menjadi produk yang paling sukses mendapatkan dukungan dana melalui  crowdfunding. Pebble sendiri akhirnya menjadi produk yang berhasil dipasarkan secara massif dan menjadi merek barang konsumen utama dengan menjual jam tangan cerdas di atas satu juta unit di akhir tahun 2014.

Menurut Mollick, seorang penulis dan pengamat crowdfunding menyatakan bahwa kampanye crowdfunding Pebble Kickstarter sering dijadikan contoh untuk menggambarkan kekuatan crowdfunding sebagai sumber pembiayaan bagi entrepreneur yang tidak memiliki akses ke lembaga-lembaga keuangan konvensional seperti perbankan, modal ventura atau pasar modal. Crowdfunding memberikan keleluasaan kepada pencari dana untuk mendapatkan pendanaan dengan cara mengundang kontribusi dari para pendukung atau backer melalui berbagai mekanisme, bisa berbentuk donasi atau model Reward sebagaimana yang dicontohkan oleh Pebble Kickstart.

Dapatkah produk-produk yang biasa kita temukan di pasar konvensional dipasarkan melalui mekanisme crowdfunding? Atau bisakah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi barang memasarkan produknya dengan mengembangkan sendiri proyek crowdfunding? Adakah ciri-ciri utama yang dimiliki oleh suatu produk yang bisa sukses dipasarkan melalui crowdfundingmengikuti sukses yang diraih jam tangan cerdas Pebble yang dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstart?

Bagaimana pandangan dari sisi partisipan atau backer, orang yang bersedia mendukung sebuah proyek crowdfunding melalui model Reward atau pemberian penghargaan? Adakah preferensi mereka tentang jenis produk apa atau siapa operator dari crowdfunding tersebut? Apakah para partisipan yang mendukung crowdfunding kecil akan juga membantu crowdfunding berskala besar? Saya akan jawab pertanyaan ini pada tulisan selanjutnya. So, stay tuned. (benz369)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun