Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks Maut: Sekali Berarti Sesudah Itu Mati

24 Februari 2014   18:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali berarti setelah itu mati, bukanlah sekedar selarik puisi dari mendiang penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar, melainkan suatu kenyataan, setidaknya terjadi pada pejantan dari satu spesies hewan berkantong (marsupial) yang menyerupai tikus. Penemuan spesies baru ini disampaikan oleh ilmuan Australia, Dr.  Andrew Baker dariQueensland University of Technology kepada ABC News beberapa waktu lalu.

Seperti diberitakan harian the Telegraph, mengenai hewan yang mati sebelum sempat merayakan ulang tahunnya itu, penyebab kematian ini menurut pakar Biologi, Diana Fisher dikarenakan pola reproduksi alamiah sang hewan yang menggebu-gebu selama lebih dari dua minggu saat berusia 11 bulan, akibatnya lelah lalu mati.

Hewan tersebut termasuk ke dalam kelompok antesinus dengan ciri khas yang membedakannya dengan antesinus (antechnius) lainnya adalah ekornya yang hitam. Nama latin hewan yang sementara ini hanya ditemukan di benua Australia tersebut adalah Antechinus Arktos.

Hewan ini mengalami puncak kematangan seksual di usia sebelas bulan, dan pada saat itu seekor pejantan dapat melakukan hubungan seksual terus menerus antara 12 – 24 jam dengan setiap betina yang ditemuinya.

Akibat intensitas seksual yang begitu tinggi, menurut Diana Fisher seperti ditulis oleh portal berita online newser, menyebabkan kerusakan jaringan pada tubuh antesinus setelah pelepasan energi yang sangat besar yang berujung stress berat selama musim kawin.

Selain tidak berumur sampai setahun, kematian dramatis ini juga sekaligus berarti si antesinus tidak pernah melihat anak-anaknya lahir seperti yang ditulis oleh Yunanto Wiji Utomo di rubrik sains portal berita online kompas.com.

Andrew Baker tidak bisa memastikan berapa populasi hewan pengerat ini, yang pasti sangat langka, jelas Baker. Hewan ini hanya ditemukan hidup di daerah ketinggian yang basah di wilayah Taman Nasional Springbrook antaraNew South Wales dan wilayah penopang Gold Coast. Untuk memastikan keselamatan hewan yang memiliki bulu berwarna coklat keemasan dan lebih lebat dari bulu tikus ini, sudah didaftarkan sebagai spesies yang terancam punah (endangered species).

Meskipun harus mati diusia yang singkat, tetapi pengaturan alam yang luar biasa sempurna telah memastikan bahwa si antesinus boleh mati setelah melaksanakan tanggungjawabnya yakni  memastikan kelanjutan generasi Antesinus muda di bumi ini. Sekali berarti, setelah itu mati, bukan kesia-siaan.

---------------------------------- @Ben369 -------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun