Ia melanjutkan seakan juru bicara si babi. Kata si babi, diharamkan saja sudah membuat dia sedih melihat banyak keluarganya dibantai, dimutilasi, dikuliti dan digantung terbalik setengah matang di restoran-restoran di Shanghai, Hongkong, Guang Zhou dan lain-lain. Apalagi kalo sampai dia dihalalkan.
“Hmmm. Make sense” kata saya bergumam seakan ikut memahami perasaan si babi padahal sebenarnya geli setengah mati membayangkan kalo sampai ada segerombolan babi yang terprovokasi melakukan demo anti halal.
“Terus kenapa anak kelinci kalau berjalan melompat-lompat Pap ?”
Anak saya mengalihkan topik atau masih ada hubungannya ya dengan joke sebelumnya? Saya berpikir sejenak mencari jawaban yang lucu, tapi tidak ketemu.
“Nah kalo ayah gak tahu, jawabannya adalah karena si anak kelinci bergembira orangtuanya bukan babi !”
“Haaahhh ??? !!!! Gubrak, apa hubungannya?”
“Ya namanya juga joke jangan sensitif gitu dong pap..hehehe.”
----------------
Joke dalam perjalanan mengantar Achmad Zulfikar ke tempat seminar di Kampus Binus Anggrek, Sabtu 01/03/14.
Illustration pict belongs to: deviantart.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H