Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pergulatan Terakhir Membangun Koalisi Menjelang Deadline

15 Mei 2014   01:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Gembrong yang merepresentasikan realitas ekonomi kerakyatan menjadi saksi pertemuan ARB - Jokwowi, sebuah tawaran koalisi yang agak kontroversial tetapi sepertinya tak ada pilihan lain bagi ARB | Foto: screenshot TV-One - Ben
Pasar Gembrong yang merepresentasikan realitas ekonomi kerakyatan menjadi saksi pertemuan ARB - Jokwowi, sebuah tawaran koalisi yang agak kontroversial tetapi sepertinya tak ada pilihan lain bagi ARB | Foto: screenshot TV-One - Ben
Pasar Gembrong yang merepresentasikan realitas ekonomi kerakyatan menjadi saksi pertemuan ARB - Jokwowi, sebuah tawaran koalisi yang agak kontroversial tetapi sepertinya tak ada pilihan lain bagi ARB | Foto: screenshot TV-One - Ben

Pada pertemuan itu, Ical, panggilan akrab ARB masih sedikit memperlihatkan gengsi dengan mengatakan belum ada keputusan karena Golkar adalah partai yang besar dan Jokowi juga perlu berbicara kepada Ketua partainya. Mungkin maksud ARB adalah bahwa untuk dia tidak menimbulkan masalah seperti yang pernah terjadi pada diri ketua PPP, Surya Dharma Alie, dia harus lebih dahulu dicabut mandatnya secara resmi melalui forum Rapimnas Golkar yang direncanakan diadakan pada 17-18 Mei.

Namun harapan ARB atau Golkar mungkin agak meluntur setelah mendengar pidato Megawati pada deklarasi kubu Jokowi siang ini (14/05). Pasalnya Megawati menyinggung adanya perilaku parpol yang mungkin menganggap bahwa dengan mendekati Jokowi, semuanya bisa diatur. Ini sepertinya mengindikasikan ketidaksukaan pertemuan ARB dengan Jokowi sebelum menemui dirinya sebagai Ketua Partai.

Bila ternyata kemudian Megawati bersedia menerima tawaran koalisi Golkar untuk bergabung ke kubu pendukung Jokowi, dan Rapimnas Golkar juga memutuskan setuju bergabung ke kubu Jokowi, maka aset suara kubu pendukung Jokowi akan menjadi 54,72. Koalisi ini terlalu gemuk dan kuat. Kemungkinan besar Megawati, seperti juga Prabowo, akan menolak mentah-mentah tawaran koalisi dari Golkar.

Lihatlah sekenario koalisi di bawah ini bila ternyata hanya dua kubu, posisi PDI-P sudah terlalu kuat di atas kertas sehingga akan membuat pertarungan Pilpres ke depan menjadi tidak menarik lagi.

Potret koalisi di atas didasarkan pada asumsi bahwa Partai Demokrat yang kehilangan legitimasi untuk membentuk koalisi akhirnya memilih ikut membantu besannya, Hatta Rajasa yang telah resmi mendeklarasikan diri berpasangan dengan Prabowo Subianto. Bila ini terjadi maka total suara kubu Prabowo akan menjadi 42,91 %. Lumayan besar tetapi masih di bawah aset suara partai yang dimiliki kubu Jokowi yang mencapai 54,72. Ada tersisa suara 2,37 % milik dua partai yang tidak lolos Parliamentary Treshold milik PKPI dan PBB.  Katakanlah suara itu bulat berpihak kepada kubu Prabowo (tanpa alasan), maka total aset suara kubu Prabowo baru mencapai 45,29 %.

Itulah peta kekuatan koalisi masing-masing kubu tanpa membicarakan intangible asset yang orang biasa sebut “The X Effect”.  Pada situasi seperti ini, selain ‘The X Effect”, faktor suara golput yang tidak memilih pada Pileg yang baru saja berlangsung yang diperkirakan mencapai 24,89 %. Siapapun diantara kedua atau ketiga kubu yang akan berhasil menggerakkan hati kaum golput untuk berpartisipasi dan memaksimalkan “Efek X” boleh berharap kemenangan pada Pilpres kali ini, baik di putaran pertama maupun kedua. Kubu yang manakah gerangan? [@bens_369].  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun