Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pergulatan Terakhir Membangun Koalisi Menjelang Deadline

15 Mei 2014   01:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Gembrong yang merepresentasikan realitas ekonomi kerakyatan menjadi saksi pertemuan ARB - Jokwowi, sebuah tawaran koalisi yang agak kontroversial tetapi sepertinya tak ada pilihan lain bagi ARB | Foto: screenshot TV-One - Ben

ARB mencoba berbicara dengan SBY dalam kapasitas sebagai sesama ketua Partai mengingat ketidakpastian Golkar bisa bergabung ke kubu Jokowi. Ada harapan koalisi poros ketiga bisa terbentuk dalam situasi yang mendesak. Berapa asset mereka berdua?  Tidak banyak, hanya 30,20 %, tetapi cukup memenuhi syarat untuk mengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden. Kemungkinan besar mereka akan berkoalisi meskipun hanya bertiga, alasannya sederhana.

Bagi Golkar sebagai partai yang masih diselimuti gengsi sebagai partai besar dan the ruling party beberapa periode di era orde baru, tentu tidak mudah menurunkan gengsi. Lihatlah hasil Munas mereka yang belum mengukur kekuatan sudah terlanjur menjebak diri mengusung calon Presiden. Tapi jangan coba under estimate kekuatan individu kader-kadernya yang banyak diantaranya sudah melewati beberapa masa dan situasi perpolitikan di negeri ini. Mereka adalah penggagas konvensi pertama di Indonesia.

Bagi Demokrat yang terlanjur menikmati kekuatan figur SBY sejak kelahirannya pertama kali, juga dihadapkan pada situasi yang sulit dimana kader-kadernya kurang terbiasa mandiri dalam pengambilan keputusan. Maka meskipun gregetan, galau dan kelimpungan, mereka harus tetap sabar menunggu pimpinan partainya yang mengambil terobosan atau sikap.

Bagi Hanura, mungkin masih berharap bahwa bila Pilpres berlangsung dua putaran, mereka masih bisa memiliki kesempatan untuk memposisikan diri untuk mendukung salah satu dari kubu yang paling berpotensi menang sehingga harapan Hanura bisa terlibat di dalam pemerintahan dapat terwujud.

Terobosan yang tersisa adalah hasil konvensi yang entah momentumnya masih dapat atau tidak, mengingat hari-hari belakangan kekuatan momentum dihitung berdasarkan hitungan hari bahkan jam.  Masihkah hasil konvensi ini laku terjual? Demokrat akan menanggung malu seumur hidup bila hasil konvensi itu tidak bermuara pada pencalonan, apakah Presiden atau Wakil Presiden. Maka koalisi “berani kalah” itu masih ada potensi untuk terjadi kecuali kalau Demokrat juga “berani malu,” maka poros ketiga ini tidak akan terbentuk. Kemungkinan lain SBY terpaksa melimpahkan dukungannya kepada kubu pendukung Prabowo karena Golkar bubar jalan menuju ke kubu pendukung Jokowi.

Potret Koalisi Paska Deklarasi Koalisi Kubu Jokowi

Akankah Hanura mau bergabung ke kubu koalisi pendukung Jokowi? Pertama cermati pernyataan Wiranto saat tahu partainya memperoleh suara jauh di bawah harapan mereka. “Kami sudah capek selalu berada di luar sistem,” kata Wiranto. Artinya Wiranto dan kemungkinan Hary Tanoe kali ini ingin menyampaikan isyarat bahwa mereka akan bergabung ke koalisi yang paling berpotensi menjadi the ruling party pada periode 2014-2019 mendatang.

Pernyataan itu bila diterjemahkan dalam konteks sekarang bisa berarti bahwa Hanura akan bergabung ke salah satu kubu, mungkin kubu Jokowi atau kubu Prabowo. Namun melihat perkembangan terakhir dimana dalam suatu acara penting dimana Wiranto “didudukkan” semeja dengan Megawati Soekarno Putri untuk mengesankan itu hal yang kebetulan terjadi.  Namun di mata pengamat, itu adalah isyarat, terutama kubu Jokowi juga merasa penting untuk mencitrakan bahwa kubunya didukung oleh unsur TNI, meski tidak mengambil Jenderal (purn) Ryamisad Ryacudu atau Jenderal Moeldoko sebagai kandidat Wakil Presiden di kubu mereka.

Apalagi ditambah realitas kesejarahan dan hirarki yang dikenal kental di tubuh TNI dimana Prabowo sempat berbeda jalur di masa transisi pemerintahan semasa reformasi. Apalagi ternyata pangkat Wiranto di atas pangkat Prabowo dimana pada suatu masa Jenderal (purn) Prabowo adalah anak buah Jenderal (purn) Wiranto. Berdasarkan analisis tadi, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa hanura akan bergabung ke kubu Jokowi.

Skenario kejutan yang banyak ditunggu saat ini adalah bila ARB memilih tidak menjadi siapa-siapa kecuali sekedar menyelamatkan partainya, apalagi setelah “dipermalukan” oleh Prabowo yang menolak pinangannya. Maka ada kemungkinan Golkar akan menyerahkan diri bulat-bulat kepada kubu Jokowi. Suatu tindakan yang boleh jadi dipandang sebagai hal kontroversial karena keterdesakan mengingat bagaimana kubu Golkar selama ini tak kurang serangannya terhadap kubu Jokowi dibanding serangannya terhadap kubu Prabowo.

Indikasi kemungkinan Golkar merapat ke kubu PDIP terlihat dari manuver petinggi Golkar yang menemui Megawati beberapa hari lalu di Bali yang semula dianggap sekedar khabar burung. Tetapi pertemuan Jokowi dan ARB di pasar Gembrong Jakarta, Selasa (12/05) bukan kabar burung lagi. Pertemuan itu memberi sinyal kuat "penyerahan diri" Golkar atas nama jargon "demi Indonesia yang lebih baik" ke dalam lingkaran kubu yang mendukung Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun