[caption id="attachment_324147" align="aligncenter" width="638" caption="Dr. Abrijanto SB (kiri), DR. drg. Dewi Priandini, SpPM (tengah) dan Nyoto Wardyo, Apt. Memaparkan banyak hal seputar herbal, manfaatnya dan prospeknya di Indonesia khususnya dalam mengatasi sariawan | foto: Ben B. Nur"][/caption]
Herbal, meskipun merupakan jenis bahan baku pengobatan yang sudah sering digunakan oleh nenek moyang bangsa-bangsa di Nusantara ini, tetapi di tangan kalangan ahli herbal di PT. Deltomed Laboratories, khasanah herbal yang identik dengan tumbuhan berkhasiat pengobatan tradisional ini diolah menjadi obat-obatan dengan sistem pengolahan moderen sehingga kualitas, kemanan dan khasiatnya tak kalah dengan obat-obatan berbahan baku kimia yang banyak diimpor.
“Kami konsisten di bidang pengembangan herbal dengan visi menjadi perusahaan herbal terbaik dan terbesar di Indonesia, bahkan di Asia,” jelas Nyoto Wardoyo, Apt. saat mewakili CEO PT. Deltomed Laboratories membuka acara Nangkring Bareng Kompasiana dengan Deltomed pagi tadi (17/05) di The Cone, Lantai 7 Mall FX Life Style.
Dihadapan seratusan Kompasianer, sebutan komunitas blogger yang berhimpun di dalam blog komunitas Kompasiana, salah satu forum media dunia maya (Cyber Media) yang berada di bawah naungan Kompas Group, Nyoto menjelaskan bahwa semua produk herbal dari Deltomed telah melalui proses pengkajian yang komprehensif secara bertahap melibatkan sejumlah laboratorium dan perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Diantara perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Universitas Taruma Negara dan lain-lain, termasuk dengan Institut Pertanian Bogor berkaitan dengan bahan baku, dengan Institut Teknologi Bandung yang menguasai teknologi pengolahan, bahkan dengan Universitas Gajah Mada, Airlangga dan Diponegoro dimana di pergurun tinggi tersebut juga banyak peneliti dan pemerhati serius di bidang herbal.
Nyoto Wardoyo yang menjabat Presiden Direktur PT. Deltomed Laboratories lebih jauh menjelaskan, industri herbal semakin maju dari hari ke hari. Ketertarikan banyak pihak dalam pengembangan herbal ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga pada skala dunia, dimana masyarakat yang semakin meningkat taraf hidupnya juga semakin membutuhkan kehidupan yang lebih sehat sehingga dalam hal konsumsi obat-obatan lebih memilih yang berbahan baku alami yang dinilai paling sedikit bahkan tidak mambawa efek samping bagi tubuh mereka.
Ekonomi Kerakyatan
“Indonesia saat ini kan sudah termasuk negara ber GDP tinggi, sudah mencapai 3.500 US Dollar. Itu berarti pendapatan masyarakatnya sudah lumayan tinggi untuk pemenuhan kebutuhan dasar mereka sehingga kebutuhan untuk sehat dalam arti benar-benar sehat menjadikan mereka lebih banyak memilih obat-obatan berbahan baku herbal,” jelas Nyoto Wardoyo.
Lebih jauh Nyoto mengemukakan bahwa pelibatan kalangan blogger seperti para Kompasiener, dipandang sangat penting oleh Deltomed untuk memasyarakatkan produk herbal yang bahan bakunya banyak kita miliki. Keaneka-ragaman hayati atau biodeversity indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brazil. Tapi kalau digabung dengan kekayaan sumberdaya hayati dan non hayati laut, Indonesia bahkan menempati peringkat pertama.
“Karena herbal, yang disebut obat tradisional, bahkan di Indonesia ada yang menyebutnya jamu, bahan dasarnya adalah herbal dan juga ada mineral yang berasal dari laut. Ini potensi yang luar biasa,” tambah Nyoto Wardoyo.
Jadi kalau herbal ini maju yang mana sumbernya dari pertanian yang merupakan mata pencaharian utama rakyat Indonesia, maka ekonomi kerakyatan juga dapat ditumbuhkan seiring dengan kemajuan industri herbal.
“Beberapa hari lalu, saya mengikuti Rapat Kerja Daerah Gabungan Pengusaha Jamu, dimana saya ditunjuk sebagai Ketua organisasi itu. Saya terkesan dengan materi keynote speaker, Bayu Krisnamurti yang Wakil Menteri Perdagangan tentang pengembangan ekonomi kerakyatan.” Jelas Nyoto.
Pengembangan ekonomi kerakyatan menurut Bayu Krisnamurti sebagaimana dikutip Nyoto Wardoyo, basisnya adalah agro atau pertanian dalam arti luas. Jadi kalau herbal yang juga basisnya pertanian ini dikembangkan berarti ekonomi kerakyatan kita juga akan maju.
“Bayangkan, bahan baku industri farmasi kita yang basisnya adalah material kimiawi 95 % harus diimpor. Bila bahan baku itu bisa sebahagian digantikan oleh herbal, bisa dibayangkan betapa besar kontribusi yang bisa diberikan oleh industri herbal bagi peningkatan ekonomi kerakyatan di Indonesia,” jelas Nyato Wardoyo penuh semangat.
Nyoto Wardoyo mengakhiri sambutannya dengan mengajak semua pihak untuk bersama memajukan industri herbal. Ia memastikan bahwa PT. Deltomed Laboratories yang memiliki industri pengolahan herbal yang tergolong maju dan akan terus konsisten memajukan industri herbal berbahan baku asli Indonesia siap memberikan dukungan. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi? Tegas Nyoto menyemangati seluruh peserta.
[caption id="attachment_324156" align="aligncenter" width="638" caption="Suasana Nangkring Kompasiana bersama Kuldon Sariawan Deltomed, Sabtu (17/05/14). Suasana santai dari sejumlah pemaparan yang diselingi permainan edukatif membuat suasana Nangkring yang mengesankan | foto: Ben B. Nur"]
Herbal Untuk Sariawan
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Dewi Priandini drg, Sp.PM dari Departemen Mulut dan Gigi Universitas Trisakti. Meski semakin siang, antusiasme peserta nangkring tampak tak surut. Veve Adeline dari stasiun radio Gen FM yang memandu acara ini berhasil menghidupkan suasana dengan joke segar disela-sela penyajian materi, tanya jawab dan sejumlah permainan yang membuat interaksi diantara sesama peserta semakin intens.
Mengawali paparannya, Dewi yang tampil santai namun komunikatif berusaha menjelaskan seluk beluk sariawan. Meski mengaku tak mengetahui asal-usul kata ‘sariawan’ tapi ia menjelaskan bahwa secara internasional penyakit radang mulut ini dikenal dengan nama ilmiah ‘Stomatitis Aphtosa’. Tidak semata terjadi pada bibir tetapi juga bisa timbul pada bagian dalam pipi, gusi, lidah, langit-langit dan bagian bawah mulut.
Semua orang dewasa, kata Dewi yang selain dokter gigi juga memiliki Spesialisasi di bidang Penyakit Mulut (sp.PM) ini, pernah mengalami sariawan, setidaknya sekali. Meskipun dianggap sebagai penyakit biasa, karena diderita oleh hampir semua orang, tetapi harus diwaspadai karena sariawan bisa memicu kelainan pada anggota tubuh lainnya, belum termasuk gangguan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya pada rongga mulut (Oral Discomfort).
Asal-usul atau etiologi penyakit ini juga belum diketahui sampai sekarang, papar Dewi, tetapi kalau ditanyakan pemicunya atau biasa disebut pre-desposisi, sangat banyak. Secara garis besar, jelas Dewi, faktor pemicunya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yakni yang sifatnya lokal dan sistemik. Disebut lokal karena pemicunya langsung bersinggungan dengan rongga mulut atau sesuatu yang masuk melalui mulut, bisa akibat benturan dengan benda keras (trauma) pada rongga mulut, makanan/ minuman, mikro organisme, bakteri dan virus
Sementara faktor pre-desposisi sistemik, lanjut Dewi, bisa akibat seseorang menderita penyakit Beschet yakni suatu penyakit yang disebabkan oleh kompleks imun dan menyebabkan vaskulitis (peradangan) pada pembuluh darah yang berukuran kecil dan medium. Meski ini penyakit langka tetapi tetap harus diwaspadai. Selain itu, peradangan pada ujung usus halus, biasa disebut penyakit Chron, dimanarespon sistem kekebalan tubuh menyebabkan peningkatan kadar sel-sel radang di usus, sehingga terjadi proses peradangan yang bersifat kronis yang akhirnya mengakibatkan kerusakan dari mukosa usus, ini juga bisa memicu sariawan. Penyebab sistemik lainnya adalah penyakit endokrin, termasuk diabetes melitus, penurunan kekebalan tubuh (HIV), kekurangan gizi/vitamin, stress dan ketidakseimbangan hormonal.
Menyinggung secara khusus mengenai ketidakseimbangan hormonal sebagai pemicu sariawan, Dewi mengakui adanya perbedaan prevalensi antara perempuan dan pria yang cukup signifikan. Perempuan mengalami datang bulan, menopause dan sering harus menjadi pihak yang dipasangi kontrasepsi untuk membatasi kelahiran.
“Makanya perempuan dewasa merupakan penderita terbanyak dibanding kaum pria. Penyebabnya tak lain karena perempuan mengalami siklus menstruasi tetap, dimana pada saat menjelang menstruasi atau menjelang menopause, hormon estrogen tidak seimbang, cenderung menurun drastis, sehingga salah satu fungsi hormon estrogen yaitu mengatur sistim cairan di dalam tubuh akan terganggu sehingga akan mengakibatkan mukosa di dalam mulut lebih kering dan mudah teriritasi menjadi sariawan,” jelas dokter gigi yang juga berpredikat Doktor kelahiran Yogyakarta ini.
Dari grafik yang dipaparkan oleh perempuan semampai yang mengaku memiliki shio Macan Air ini, terlihat jelas bahwa prevalensi penyakit sariawan tertinggi pada kisaran usia 20-29, baik pada pria terutama wanita. Sementara pada usia 40-49 meskipun menurun tetapi masih tergolong tinggi pada kelompok gender wanita sementara pria prevalensinya cenderung sama sejak usia 30 hingga 49.
Apakah sariawan ini menurun? Sebenarnya iya, kata Dewi. Bila kedua orang tua termasuk pengidap penyakit sariawan yang rentan dan sering berulang (re-current), maka 90 % anaknya akan cenderung menjadi langganan sariawan. Namun bagi orangtua yang bukan pengidap sariawan serius, probabilitas anaknya 20 % akan menjadi pengidap sariawan.
Banyak hal yang diungkapkan Dewi Priandini dalam paparannya tentang sariawan ini yang pada intinya mengingatkan bahwa sariawan adalah penyakit yang tidak bisa disepelekan. Selain itu pengobatannya tidak boleh sembarang obat karena penyakit ini berada di mulut, pintu masuk ke organ tubuh lainnya yang lebih sensitif. Oleh karena Kuldon Sariawan berbahan baku herbal maka akan lebih aman dan dapat menghindari efek samping atau kontra indikasi lainnya.
Kehandalan Bahan Baku
Herbal adalah bahan baku pengobatan yang sudah dikenal luas di Indonesia dengan segala khasiatnya yang bisa jadi setara dengan obat konvensional yang berbahan baku kimiawi. Berbagai jenis tumbuhan atau tanaman obat berada di sekitar kita, sebutlah daun saga manis, bunga krisan, alang-alang dan sebagainya, bisa ditemui di hampir semua daerah di Indonesia.
“Kuncinya bagaimana mengolah bahan tumbuhan tersebut secara benar, higienis dengan tepat takaran agar menghasilkan khasiat terbaik tanpa efek samping. Dengan teknologi Quadra Extraction System, yaitu teknologi ekstraksi buatan jerman yang dapat menghasilkan ekstraksi bahan alami dengan kualitas terbaik, memungkinkan Deltomed menghasilkan kualitas produk herbal terbaik,” jelas Dr. Abrijanto SB, Manajer Pengembangan Bisnis PT. Deltomed Laboratories.
Boleh jadi suatu jenis tanaman secara alami memiliki manfaat untuk kesehatan, namun akibat diolah dengan cara yang tidak benar, kemungkinan akan mudah mengalami kontaminasi yang menghilangkan efek penyembuhannya. Untuk itulah PT. Deltomed Laboratories berusaha memastikan bahan bakunya diawasi dari proses budidaya hingga pemetikan, pengolahan, ekstraksi sampai pada fase produksi dan psca produksi, jelas Abrijanto.
“Itulah mengapa kami berani menjamin khasiat Kuldon Sariawan produksi Deltomed setara dengan pengobatan medis, bahkan nilai plusnya tidak ada efek sampingnya,” kata Abrijanto.
Menyinggung khasiat herbal yang terdapat pada masing-masing herbal yang diramu menjadi Kuldon Sariawan, Abrijanto menjelaskan bahwa daun saga mengandung zat glycyrrhizin yang berfungsi mengendalikan dan menghilangkan radang. Sementara bunga krisan/ seruni (Chrysanthemi Floss) yang banyak digunakan sebagai teh di negara Tiongkok dan Jepang, selain berfungsi sebagai penyegar dan penurun panas, juga berfungsi sebagai penurun rasa sakit.
Ekstrak Herba Timi (Thymus vulgarisis L.), ekstrak tanaman akar manis (Liquiritae Officinalis Moench) dan akar alang-alang (Imperata Cylindrica L.) yang juga menjadi bagian penting dari kandungan Kuldon Sariawan, menurut Abrijanto selain dikenal sebagai anti peradagangan oleh masyarakat sehingga sering ditumbuk untuk membalur luka, juga mengandung efek anti-hypertensi dan antiseptik atau pembunuh kuman dan bakteri yang biasanya menyertai setiap luka terbuka, termasuk sariawan.
[caption id="attachment_324159" align="aligncenter" width="638" caption="Pabrik PT. Deltomed Laboratories yang megah di atas lahan 8 hektar di Wonogiri dengan latar depan sejumlah produk herbal PT. Deltomed yang telah sukses di pasar | Ilustrasi : Deltomed (compilled by ben)"]
Herbal Lolos Uji
Tidak semua herbal termasuk jamu bisa mendapatkan Izin Edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Mekanisme pemberian izin edar ini menjadi instrumen pengawasan dan perlindungan konsumen yang diterapkan BPOM untuk melindungi masyarakat dari mengkonsumsi obat-obatan herbal atau sejenisnya yang justru bisa merusak kesehatan.
Produk-produk herbal PT. Deltomed Laboratories selain memiliki Izin Edar BPOM, memang diproduksi secara bertangungjawab melalui pemeriksaan dan uji mutu di laboratorium yang berteknologi maju, jelas Nyoto Wardoyo yang tampil lagi memberikan presentasi sebagai Presiden Direktur PT. Deltomed Laboratories sekaligus sebagai Apoteker dan pakar herbal yang memiliki izin memberikan resep obat herbal.
Khusus untuk Kuldon Sariawan, Nyoto Wardoyo menjelaskan bahwa produk ini melalui pemeriksaan mutu berdasarkan metode Simplisia, standar farmakope herbal Indonesia. “Dan yang terpenting adalah bahwa produk Kuldon Sariawan memiliki sertifikat halal, ISO 9001 dan Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) Indonesia serta standar Good Manufacturing Product (GMP) Eropa yang menjamin keamanannya dikonsumsi bagi siapa saja termasuk anak-anak di atas usia 6 tahun.” Jelas Nyoto Wardoyo.
Meski dalam hajatan ini lebih banyak dibahas tentang Kuldon Sariawan, sejatinya produk herbal PT. Deltomed Laboratories bukan hanya itu, beberapa produk lain yang lebih dulu dikenal konsumen dapat disebutkan adalah Antangin, OB Herbal, OB Junior, Antalinu, Natur Slim, StrongPas, Pil Tuntas dan Rapet Wangi.
Pemahaman peserta Nangkring Kompasianer ini terhadap jenis produk Deltomed dan bahan baku Kuldon Sariawan semakin dipermantap melalui permainan Golden Ticket Hunt dengan mempertandingkan para Kompasianer siapa yang paling banyak melakukan twit selama acara berlangsung. Selain itu, juga ada permainan Puzzle Time dan “Pick Your Herbal” yang membuat acara Nangkring Bareng Kompasiana ini berkesan dan patut diacungi jempol. [@benS_369]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H