Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menimbang Lowongan Kerja di Planet Mars

7 November 2014   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:22 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_352232" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi kendaraan pendaratan dan home base empat orang manusia yang nantinya akan didaratkan dan tinggal di planet Mars | Sumber Ilustrasi: www.researchandinnovation.ie |"][/caption]

Pagi-pagi sambil menyeruput kopi dan memeriksa surat elektronik (surel) yang baru masuk, mata saya tertuju pada satu artikel menarik dari Laura Parker di majalah warga dunia The Daily GOOD. Ia mempertanyakan tentang kelayakan hidup di planet Mars. Ia bahkan menyebut impian untuk tinggal di planet Mars sebagai impian yang masih membutuhkan waktu panjang untuk dapat terwujud.

Sambil membaca artikel itu, saya teringat dengan surat elektronik lowongan pekerjaan di planet Mars yang kalau tidak salah pernah saya baca di salah satu surel yang masuk ke kotak surat saya tahun 2013 lalu. Kebetulan Laura juga menyinggung sedikit soal itu sehingga saya yakin iklan lowongan kerja itu bukan isapan jempol alias hoax.

Beberapa tahun lalu pemberitaan di sejumlah media massa Amerika Serikat pernah diramaikan dengan tawaran berwisata ke Planet Mars. Cukup menghebohkan dan mengundang pro kontra. Setelah beberapa bulan, berita itu meredup tertutupi pemberitaan seorang kulit hitam yang lebih memilih mencalonkan diri jadi presiden negeri adi kuasa itu daripada ikut rekreasi ke Planet Mars. Saat itu seorang kulit hitam pertama bernama Barrack Obama mengajukan diri sebagai Capres Amerika Serikat setelah menyingkirkan lewat konvensi rekan separtainya dari partai Demokrat, Hillary Rodham Clinton.

Namun setahun lalu, berita soal planet Mars kembali menghangat. Sebuah organisasi nirlaba bermarkas di Belanda yang menamakan diri Mars One menghebohkan media bukan karena kembali menghidupkan rencana rekreasi ke planet Mars tetapi justru karena membuka lowongan kerja di planet tetangga bumi kita itu. Andaikata proyek rekreasi sudah berjalan lebih dahulu lalu disusul dengan berita pembukaan lowongan kerja, pasti berita ini tidak terlalu menghebohkan. Apalagi bila peserta rekreasinya ada orang Padang, pasti ada saja yang berpikir lowongan kerja yang tercipta kemungkinan sebagai penjaga warung padang, juru masak atau Tukang Sanduak seperti profesi Natsir di film Tabula Rasa.

Tetapi ini proyek dan isu baru sama sekali. Lowongan kerja yang mulai dibuka tahun 2013 lalu itu tidak mensyaratkan macam-macam kepada pelamar. Termasuk tidak perlu pandai memasak, cuci piring atau memiliki pengalaman kerja di planet lain. Juga tidak perlu membawa surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian setempat. Cukup dengan memiliki badan sehat, berusia di atas 18 tahun dan bersedia tinggal di planet Mars sesuai kontrak. Tapi sepertinya ‘sesuai kontrak’ harus dibaca: ‘seumur hidup’ karena biaya pulang ke bumi setelah kontrak berakhir masih terlalu mahal. Bagaimana? Mudah dan menarik kan?

Ekonomi Kreatif

Seperti saya tegaskan di awal, ini bukan berita hoax. Ini nyata se-nyata-nyatanya. Ini adalah bagian kecil dari ekonomi kreatif yang perkembangannya sudah sangat maju di negeri Paman Sam sana. Ini adalah salah satu usaha Mars One menjual hak siar pertunjukan reality show yang akan tayang live 24 jam sejak masa persiapan hingga nantinya kehidupan sehari-hari dari empat manusia yang terpilih sebagai penghuni pertama planet Mars. Mengapa lembaga nirlaba ini harus melakukan pendekatan ekonomi kreatif seperti ini? Kiranya dimaklumi bahwa kebutuhan dana seluruh proyek ambisius ini diperkirakan mencapai 6 milyar US Dollar.

Jadi kalau anda terpilih ikut proyek ini, anda hanya diminta untuk mondar-mandir dalam jangkauan kamera yang bisa dtonton langsung oleh penduduk bumi, termasuk tentunya keluarga Anda. Mungkin badan anda akan terbungkus pakaian khusus laiknya astronot, tetapi tidak usah khawatir anda tidak akan dikenali oleh pemirsa karena host dari acara ini pasti akan secara detil menjelaskan siapa anda, dari negara atau daerah mana, profesi anda sebelumnya dan lain-lain. Mungkin diantara selingan iklan yang membayar tayangan itu termasuk tentunya gaji anda, disediakan wawancara eksklusif dengan keluarga anda di bumi meminta pendapat mereka. Kalau beruntung mungkin anda juga bisa menonton tayangannya di planet Mars sana.

Sebenarnya tayangan seperti ini sudah banyak diproduksi sebelumnya, baik di Amerika maupun di negara lain. Bedanya dengan proyek reality show planet Mars ini hanya lokasinya yang tentu saja akan memicu kontroversi sekaligus peminat. Bukankah semakin kontroversi suatu tayangan biasanya akan semakin tinggi ratingnya, dan pasti akan semakin banyak peminat untuk menayangkan iklan.

Karena penduduk Amerika kebanyak lebih rasional, maka tayangan yang akan laku biasanya yang bernuansa saintifik. Tayangan untuk memperlihatkan penampakan gaib, baik dengan gerakan atau suara-suara aneh pasti tidak akan laku di sana. Anak-anak Amerika dan Eropa pada umumnya tumbuh dengan keyakinan bahwa hantu itu hanya rekayasa manusia. Lihatlah bagaimana film kartun yang disukai anak-anak seperti Scoby Doo secara terstruktur, sistematik dan massif berusaha meyakinkan anak-anak bahwa di balik setiap bentuk, bayangan, suara dan segala sesuatu yang terlihat aneh itu bukan hantu tetapi perbuatan usil manusia, dimana di setiap akhir cerita itu dibuktikan dengan membuka kedok pelaku dan motifnya. Produksi film kartun Scooby Doo ini adalah contoh ekonomi kreatif yang ditumpangi misi edukasi untuk mendorong anak-anak lebih rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun