Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjadikan Produk Litbang Tuan Rumah di Negeri Sendiri

29 November 2014   20:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356800" align="aligncenter" width="620" caption="Kampung Deret Petogogan saat sudah difungsikan (atas) dan kondisi awal kampung petogogan yang kumuh sebelum mendapat sentuhan tangan Gubernur DKI, Joko Widodo (bawah) - Kampung Deret ini adalah bagian dari penerapakan kajian Pusitbang Permukiman Kenterian PU dan Perumahan Rakyat | Sumber Ilustrasi: www.tempo.co.id |"][/caption]

Kalau anda pernah melihat Kampung Deret Petogogan yang dibangun Joko Widodo semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu, mungkin anda akan menganggap biasa-biasa saja kalau tak sempat melihat kondisi awal perkampungan kumuh itu. Kini banyak orang terkagum-kagum melihat betapa mulianya kehidupan manusia bila bisa memadukan antara kepemimpinan yang memihak rakyat dengan aplikasi hasil-hasil riset yang sesuai dengan kebutuhan, karakter dan budaya bangsa.

Sebagai pemimpin, Gubernur Joko Widodo waktu itu, tentu saja harus diacungi jempol karena kemampuannya membumikan visi dan misi pembangunan untuk kepentingan rakyat. Pada saat yang sama, ada kemauan politik yang kuat untuk menjawab amanah penderitaan rakyat melalui karya yang konkrit.

Namun, kepemimpinan yang hebat dan kemauan politik yang kuat saja tidak akan cukup tanpa didukung penelitian dan pengembangan (litbang) yang menghasilkan inovasi untuk mendukung impian dan cita-cita setiap pemimpin. Dan inovasi yang memahami kebutuhan, budaya dan kemampuan bangsa, kata Prof.  (R). DR. Ir. Anita Firmanti, MT, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Kapuslitbangkim), Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera), hanya mungkin disediakan oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan dalam negeri sendiri.

Kampung Deret Petogogan adalah contoh hasil riset yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman Balitbang Kemenpupera untuk mencontohkan pengembangan model perumahan dari lingkungan permukiman  yang kurang layak menjadi hunian yang layak dan dapat dibanggakan oleh masyarakat yang bermukim di dalamnya.

“Kita harus menggunakan kajian multi disiplin dan langsung menerapkannya untuk memastikan Kampung Deret Petogogan itu memenuhi syarat konstruksi yang benar, ketentuan lingkungan hidup dan sosial yang sehat serta kaidah inovasi yang dianut Kemenpupera yakni lebih baik, lebih murah dan waktu penyelesaiannya lebih cepat dibanding menggunakan teknologi konvensional,” jelas Prof. (R). Anita.

Bukti bahwa masyarakat mengapresiasi aplikasi Kampung Deret itu, kata Doktor di bidang teknologi kayu (wood science and technology) ini, terlihat dari tumbuhnya antusiasme masyarakat di sekitar Kampung Deret itu untuk menata sendiri perkampungan mereka mengikuti contoh Kampung Deret yang sudah ada. Mereka hanya meminta dukungan asistensi dan pendampingan dari pemerintah, imbuh Prof Anita.

[caption id="attachment_356802" align="aligncenter" width="620" caption="Prof. (R). DR. Ir. Anita Firmanti, MT, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Kapuslitbangkim), Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera)                  | Ilustrasi: Ben B. Nur |"]

14172388541097787037
14172388541097787037
[/caption]

Litbang Sebagai Backbone

Tidak ada negara yang bisa maju berkembang secara konsisten tanpa dukungan litbang yang kuat dan tangguh, tegas Prof. Anita yang Kamis siang itu (27/11/14) bersama Kepala Bidang Program dan Kerjasama Puslitbang Pemukiman, Iwan Suprijanto, ST., MT menjadi pemateri pada acara nangkring Kompasiana bareng Kemenpupera di Pendopo Gedung Cipta Karya, Jalan Pattimura 20 Jakarta Selatan.

Di lingkungan Kemenpupera sendiri menurut Prof. Anita, terdapat Balitbang yang menaungi empat Puslitbang, yakni pertama, Puslitbang Sumberdaya Air yang berkantor di sekitar Dago, Bandung. Kedua adalah Puslitbang Jalan dan Jembatan yang kantornya tak jauh dari Puslitbang Sumberdaya Air. Puslitbang ketiga, masih di Bandung, adalah Puslitbang Permukiman kedua dimana yang pertama berada di daerah sekitar jalan menuju Garut, tempat dimana Prof. Anita saat ini berkantor.

Sementara untuk kajian Sosial, Ekonomi dan Lingkungan berkantor di kawasan Kebayoran Baru Jakarta, bersebelahan dengan Kantor Kemenpupera. Keempat Puslitbang tersebut menurut Prof. Anita yang getol memperjuangkan nasib peneliti ini, merupakan tulang punggung atau backbone dari setiap institusi bahkan negara.

Apalagi pemerintahan sekarang ini sepertinya memberikan perhatian yang serius dalam hal pengembangan infrastruktur dalam rangka mewujudkan salah satu dari sembilan nawacita Pemerintahan Jokowi-JK yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Prof. Anita yang dikukuhkan sebagai professor riset pada 2012 lalu sangat yakin dengan kemampuan para peneliti negeri ini untuk menopang kebutuhan riset yang dibutuhkan pemerintah dan masyarakat secara umum.

“Cuma saja, nasib para periset ini juga perlu mendapatkan perhatian. Setidaknya dibenarkan oleh aturan pemerintah, dalam hal ini kementerian keuangan, untuk kiranya para periset ini bisa menikmati sedikit royalti dari hasil-hasil riset mereka yang selama ini telah dikomersilkan,” pungkas Prof. Anita.

[caption id="attachment_356803" align="aligncenter" width="620" caption="Iwan Suprijanto, ST., MT., Kabid Program Kerjasama Puslitbang Pemukiman | Ilustrasi: Ben B. Nur |"]

141723906216600894
141723906216600894
[/caption]

Saatnya Menghargai Hasil Riset Bangsa Sendiri

“Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selama ini telah banyak membuahkan hasil riset yang tak kalah dengan teknologi yang dihasilkan negara lain. Cuma sering bangsa kita sendiri kurang memberikan apresiasi,” jelas Iwan Suprijanto, ST., MT., Kabid Program Kerjasama Puslitbang Pemukiman dihadapan limapuluh lebih blogger Kompasiana yang siang itu mengikuti paparan Prof Anita dan Iwan Suprijanto dengan penuh antusias.

Akibatnya kata Iwan Suprijanto yang bergelar Magister Bidang Arsitektur ini, banyak sekali komponen konstruksi khususnya perumahan yang seharusnya sudah bisa diproduksi sendiri secara massal dari hasil riset anak bangsa sendiri yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia, terpaksa harus mengalah dengan produk-produk impor.

“Kita terlalu suka berkiblat ke negara luar dan selalu beranggapan bahwa produk impor itu lebih baik,” urai Iwan yang menurutnya menjadi penyebab kita terus menerus tergantung dari bahan-bahan dan produk impor.

Iwan mencontohkan sejumlah bahan bangunan impor, sebutlah dinding dan penutup atap yang karena diimpor dari negara luar yang iklimnya berbeda dengan Indonesia, akibatnya membutuhkan pengkondisian agar tetap awet. Akibatnya ada sejumlah rentetan produk seperti pendingin yang terpaksa juga harus diimpor agar sesuai dengan material yang sudah terpasang. Begitulah ketergantungan berantai itu terjadi.

Makanya, lanjut Iwan Suprijanto yang memiliki keahlian di bidang pemukiman dan aksesibilitas ini, sesuai arahan Menteri PU dan Perumahan Rakyat dalam rangka Peluncuran dan Pameran Produk Litbang 2014 beberapa waktu sebelumnya, penting sekali untuk kita bersama-sama mendukung terwujudnya kemandirian dan kedaulatan bangsa di bidang teknologi.

Dukungan media untuk memperkenalkan produk-produk  di bidang permukiman yang telah dihasilkan oleh bangsa sendiri menjadi sangat penting dan strategis karena produk-produk tersebut langsung ke tangan pemakai (end user).

“Kalau hasil riset di bidang jalan dan irigasi misalnya, masih ada perantara konsultan yang akan menerjemahkan dan mengaplikasikannya sebelum dinikmati oleh end user. Tetapi hasil riset dan produk di bidang permukiman tidak ada perantara, langsung bersentuhan dengan pengguna akhir,” jelas Iwan. Olehnya, edukasi kepada masyarakat yang merupakan calon pengguna potensil dari riset dan produk permukiman menjadi sangat penting.

Iwan mencontohkan teknologi komposter, suatu produk yang telah diaplikasikan oleh Puslitbang Permukiman di berbagai proyek untuk pengelolaan limbah atau sampah domestik sembari menghasilkan pupuk, penggunaannya langsung oleh rumah tangga. Jadi keputusan menggunakan komposter dalam negeri produksi bangsa sendiri atau menggunakan produk luar ada di tangan masyarakat.

Pada sisi inilah Iwan melihat pentingnya kerjasama Puslitbang Permukiman dengan srtakeholder lain, diantaranya para investor dan aplikator yang akan menngembangkan produksi massal berskala komersil dari setiap produk riset yang sudah dinilai layak untuk dipasarkan, sehingga secara ekonomis akan bisa bersaing dengan produk lain di pasar.

Informasi selengkapnya mengenai produk yang telah dihasilkan oleh Puslitbang Kemenpupera, baik yang telah berstandar nasional Indonesia (SNI) hingga produk terapan yang jumlahnya ratusan dapat diakses melalui situs Puslitbang Permukiman.

Sebagai ilustrasi dapat disebutkan diantaranya: Agregat Buatan Dari Tanah (ARTA), Alat Uji Kinerja Kepala Sprinkler, anak kunci pintu rumah sederhana, aplikasi bambu laminasi pada bangunan tradisional, artificial light-weidht agregates (ALWA), bak mandi baja berlapis email, bambu laminasi, bambu sarang tawon (Busaron), bambu sephyr, bata, batako, papan kayu plastik (yutik), panel dari limbah tebu, genteng sejuk, panel dari sabut kelapa dan ratusan lagi produk  yang siap dikembangkan dan siap pakai.

Khusus untuk konstruksi yang yang terintegrasi menggunakan bahan dan teknologi dalam negeri yang telah dikembangkan oleh Puslitbang Permukiman bisa disebutkan diantaranya: Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang sudah diaplikasikan di kawasan rawan gempa di Aceh dan Pakistan. Selain sehat dan tahan gempa karena materialnya terbuat dari bahan alami yang kuat, rumah ini juga tergolong sangat murah, hanya sekitar satu juta rupiah per meter.

Selain RISHA ada juga Rumah Instan Kayu (RIKA) dan Rumah Sederhana Sehat yang telah ber-SNI. Sementara untuk peruntukan permukiman komunitas Puslitbang juga telah membesut Rumah Deret tipe Masionet dan Masionet dengan LVL seperti yang diaplikasikan di Kampung Deret Petogogan.

Sementara produk Rumah Susun yang telah dikembangkan bukan hanya yang seperti dikenal selama ini seperti yang dikembangkan pada sejumlah rumah susun menggunakan N-Panel yang belakangan dibangun, diantaranya di Cimahi, Jawa Barat, juga sudah dikembangkan model Rumah Susun Kayu, C-Plus, T-Cap dan Box.

Diantara sejumlah produk yang banyak diminati, beberapa yang saat ini telah dikomersilkan bekerjasama dengan aplikator (pabrikan) adalah untuk pengolahan air limbah rumah tangga sebutlah diantaranya biofil, biority dan bio-3 yang bahkan bisa mengembalikan air dari septik tank ke alam tanpa tercemar bakteri Entamuba Colii.

[caption id="attachment_356806" align="aligncenter" width="620" caption="Rumah Susun Cimahi, Rumah Instan Sehat Sederhana (RISHA) (atas) dan bawah adalah Gedung Teknologi Pengolahan Air Minum dan Sanitasi Terpadu di Pucang Sawit, Solo tampak depan dan samping  - Sebahagian kecil dari aplikasi terpadu teknologi yang dihasilkan oleh Puslitbang Pengembangan Permukiman | Ilustrasi: Puslitbang Permukiman |"]

1417239646911742548
1417239646911742548
[/caption]

100 – 0 – 100

Acara nangkring Kompasiana di Kemenpupera ini sebenarnya masih merupakan rangkaian Hari Bakti Pekerjaan Umum yang jatuh pada 3  Desember 2014. Hari Bakti itu sendiri merupakan peristiwa yang tak akan terlupakan di lingkungan Kemenpupera meskipun bersalin nama kementerian beberapa kali, Hari Bakti Pekerjaan Umum tetap diperingati.

Betapa tidak, Hari Bakti PU sebenarnya mengenang dan berharap dapat terus menerus mendapatkan imbas semangat patriotisme 7 karyawan Kanto PU yang gugur dalam pertempuran senjata melawan NICA Belanda dan sekutunya yang membonceng Amerika Serikat yang ingin kembali menancapkan kukunya di negeri ini setelah Indonesia diproklamirkan sebagai satu bangsa yang berdaulat pada 27 Agustus 1945.

Belanda dan sekutunya termasuk ingin mencaplok Kantor Pekerjaan Oemoem yang kebetulan menempati Gedung Sate, salah satu bangunan penting di era kolonial, termasuk tempat dimana banyak dokumen yang menyimpan rekam jejak pembangunan infrastruktur negeri ini utamanya jalan, jembatan, pengairan dan bangunan-bangunan penting yang dibangun selama masa penjajahan Belanda. Lebih jauh tentang rekam jejak infrastruktur PU dapat dibaca kembali pada tulisan ini.

Kembali ke pokok pembahasan tentang produk-produk Litbang yang sedang diperjuangkan eksistensinya agar bisa menjadi tuan rumah berdaulat di ranah pengkajian dan pengembangan teknologi permukiman di negeri sendiri, seperti dikemukakan oleh Prof. Anita dan Iwan Suprijanto, menetapkan target kuantitatif yang terintegrasi yang setidaknya akan diupayakan dicapai pada tahun 2019. Target itu dirangkum di bawah satu tema: Dukungan Inovasi Teknologi Bidang Permukiman Dalam Akselerasi Program Permukiman 100 – 0 - 100.

Apa arti dan makna 100 – 0 – 100? Secara kuantitatif dibahasakan sebagai suatu target Puslitbang Permukiman untuk mendukung terwujudnya 100 % akses air minum bagi rakyat Indonesia, menghapuskan kawasan kumuh yang dibahasakan 0 % kawasan kumuh dan 100 % akses terhadap fasilitas sanitasi. Maknanya bahwa meskipun pemerintah mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi kualitas hidup rakyat harus tetap dikedepankan.

Untuk mewujudkan semua itu yang merupakan indikator dasar kemajuan dan kesejahteraan rakyat, kata Prof . Anita membutuhkan biaya yang tidak kecil, dimana patut disyukuri pemerintahan Joko Widodo berkomitmen besar untuk mewujudkannya. Makanya, lanjut Prof Anita, pengetatan anggaran di sektor yang kurang produktif termasuk pencabutan subsidi BBM adalah cara yang tidak bisa dihindari demi menutup defisit APBN untuk pembangunan infrastruktur dasar dan pembiayaan sektor-sektor produktif lainnya.

Puslitbang Permukiman dan Kemenpupera pada umumnya berkomitmen mendukung penuh nawacita pemerintahan Jokowi-JK sebagaimana tertuang dalam Tri Sakti karena itulah yang selama ini yang juga menjadi visi kementerian PU yang di Kabinet Kerja Joko Widodo sekarang ini bersalin nama sedikit menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

“Pendekatan kita tidak bisa lagi dengan mindset lama dimana kita membangun hanya semata karena tersedia dana,’” ujar Prof Anita yang diamini oleh Iwan Suprijanto. “Kita terutama harus mempertimbangan aspek keekonomiannya dimana tetap sejalan dengan kebijakan inovasi Kemenpupera selama ini yang dikenal dengan isitlah BMW yakni Lebih Baik, Lebih Murah dan Lebih Cepat Waktu Pengerjaannya (efisien).

Ada asa suasana optimisme membuncah di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kamis siang itu.  Optimisme ini dipicu oleh kesadaran bahwa kita sekarang berada pada era pemerintahan yang benar-benar pro rakyat, mengedepankan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek dan yang terpenting sangat anti terhadap berbagai penyimpangan dan pemborosan.

Diskusi yang dimoderatori oleh pemandu acara kondang, Wardah Fajri selain menghidupkan suasana dengan celetukannya, juga mampu memancing kompasioner untuk bertanya. Diantara sejumlah penanya adalah Dian Kelana, Nur Terbit, Ben Baharuddin Nur (penulis) dan sejumlah penulis lainnya.

Intinya kita bersama menyadari bahwa nuansa peluncuran pameran produk Litbang kali ini selain lebih optimis mengingat komitmen pemerintah yang sangat tinggi, juga dihadapkan kepada tuntutan untuk mengejawantahkannya tidak seperti business as usual. Diperlukan perubahan cara berpikir dan bertindak yang lebih progtresif dimana boleh jadi revolusi mental di lingkungan ke-PU-an berawal dari Puslitbang Permukiman. [ben_369]

14172392341116761764
14172392341116761764
Dukungan Inovasi Teknologi Bidang Permukiman Dalam Akselerasi Program Permukiman 100 - 0 - 100 | Gambar: Puslitbang Permukiman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun