Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengungkap Gairah Impian Kang Pepih

4 Januari 2015   17:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:50 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_363047" align="aligncenter" width="620" caption="Semakin jelas wujud yang diimpikan semakin bergairah mewujudkannya | Ilustrasi: www.molto.co.id"][/caption]

Malam berhujan, meski hanya gerimis enaknya makan apa ya? Saya mau makanan yang panas dan berkuah biar saya bisa tambahkan merica bubuk sebanyak mungkin agar perut hangat dan mencegah masuk angin.

Maka resto Tek Wan di salah satu mal baru di jalan Kalimalang yang menawarkan lebih banyak alternatif makanan berkuah menjadi pilihan.

Baru saja duduk, belum memesan inspirasi dari meja sebelah sudah tersaji. Anaknya sekira umur tujuh tahun mengamuk minta segera dibawa oleh ibunya ke penjual Compact Disk. Sang ibu mengomelin anaknya karena merasa telah membelikan sejumlah mainan, tapi si anak punya keinginan lain lagi.

“Apa sih maunya nih anak, Nyebelin deh. Udah dibeliin ini itu, eh mau yang lain lagi. Tobat mamah ngajak kamu ke mal kalo kelakuan kamu kayak gini,” omel sang ibu. Suaminya mencoba menenangkan istrinya.

“Sudah toh mah, namanya juga anak-anak. Maunya emang kagak jelas jadi diemin aja, tar juga berenti sendiri,” tukas sang Ayah.

Benar juga kata si papah. Setelah capek menangis si anak terdiam sendiri meski masih menyisakan sesenggukan. Perhatiannya mulai tersita oleh robot-robotan Lego yang ada di tangannya.

Lalu saya membuat catatan di note kecil saya:Kata si papah, anak-anak memang begitu, tidak jelas apa maunya. Lalu di belakang tulisan dengan ball point itu saya tambahkan kalimat bernada tanya: Kalau orang sudah tergolong dewasa dari ukuran umur, pasti sudah jelas apa maunya? Benarkah demikian?

Benarkah anda sudah tahu apa yang anda mau dalam hidup ini?

Mau jadi apa coba?

Menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa!

Wah, itu terlalu umum.

Mengalir seperti air saja !

Wah, itu bisa terkesan malas berpikir, atau memang anda malas mikir?

Kalau gitu yang penting menjadi apa aja deh, yang jelas saat remaja bisa bermanja-manja, dewasa bisa berwibawa, tua bisa kaya raya dan kalau mati bisa masuk sorga hehehe.

Wah itu ngawur!

Jadi maunya bapak apa? Bapak malah yang gak jelas maunya apa!

Mau saya apa ya?

Menggairahkan Hidup Dengan Impian Yang Jelas

Caranya sederhana.renungkan dalam suasana sebebas mungkin tanpa tekanan dari pihak manapun, hal apa yang kalau anda kerjakan akan membuat anda lupa waktu saking menggairahkannya.

Kalau yang anda bayangkan suka main game, maka berimajinasilah apa hal yang berhubungan dengan game yang kalau anda kerjakan bisa membuat hidup anda sejahtera dan anda tetap menyukai pekerjaan itu. Membuat game komputer misalnya.

Ah rupanya anda tidak suka mengerjakan sesuatu yang detil dan berhari-hari di dalam ruangan. Anda tipikal orang yang suka berada di luar ruangan, tidak menetap di suatu tempat dan suka melakukan sesuatu yang bersifat permainan. Bagaimana kalau bekerja di suatu organisasi yang menyelenggarakan outbound atau kegiatan petualangan?

Saat anda merinding membayangkan senangnya melakukan itu, maka anda semakin dekat kepada impian hidup sebenarnya yang anda ingin jalani.Tangkap dan tuliskan impian itu meski sifatnya baru keputusan sementara. Beberapa hari kemudian renungkan lagi sampai anda yakin pada suatu pilihan spesifik.

[caption id="attachment_363044" align="aligncenter" width="620" caption="Temukan keunikan dan tonjolkan | Ilustrasi : Kobi Yamada"]

14203376062074497819
14203376062074497819
[/caption]

Pompakan Spirit Ke dalam Impian Itu

Saat pilihan spesifik sudah anda temukan, sesederhana apapun itu, misalnya mengelola perusahaan penyelenggara kegiatan petualangan, maka selanjutnya tinggal memberikan spirit kehidupan ke dalam impian itu.

Misalnya, mengelola kegiatan petualangan yang saya miliki sendiri dan memiliki keunikan yang belum pernah ada, mengedukasi dan sekaligus melestarikan kearifan lokal dan lingkungan hidup.

Ketika anda bisa membaca impian anda itu dengan dada dipenuhi gairah keinginan untuk mewujudkannya, maka anda sudah setengah jalan menju pencapaian impian itu. Tinggal membuat urut-urutan aktivitas apa yang perlu dikerjakan untuk memastikan suatu saat anda berada di dalam lingkungan pekerjaan yang anda impikan itu.

Begitulahyang saya pelajari dari banyak generasi muda di negeri ini yang sekarang berkecimpung di berbagai bidang. Ada yang berkecimpung mengembangkan restoran dengan kuliner unik, bistro dengan koleksi langka, membangun jaringan bisnis on line, budidaya tanaman termasuk jamur yang belum pernah dilakukan oleh petani manapun.

Semakin unik konsep yang anda bisa impikan yang menjadi roh atau spirit dari apa yang anda ingin wujudkan maka semakin besar potensinya untuk sukses. Itulah bedanya cara bermimpi orang-orang yang tidak pernah jelas apa maunya (mediocre) dengan orang yang jelas apa yang diimpikannya.

Dunia semakin kompetitif sehingga yang akan sukses dan tumbuh lebih tinggi dari yang lain adalah yang paling kreatif idenya. Kita hidup di zaman yang orang menyebutnya sebagai era ekonomi kreatif. Kompasiana ini adalah contoh konkrit dari buah kreativitas. Dia memang disebut blog komunitas dimana pengelolanya sangat menyukai kegiatan tulis menulis. Tapi saat yang bersamaan dia menjadi sebuah entitas bisnis yang pasti mendatangkan keuntungan.

Tanyalah kepada kang Pepih, manajer Kompasiana, bagaimana ia bermimpi pertama kali tentang rancang bangun blog keroyokan ini. Awalnya kata Kang Pepih dalam suatu pertemuan di markas Kompasiana Palmerah Selatan beberapa waktu lalu, Kompasiana dipandang sebelah mata. Namun karena fokus dan kedisiplinan yang tak goyah serta keunikan ide membangun media yang tidak mainstream ini membuat Kompasiana bisa tumbuh dan diterima sebagai media komunikasi dan berbagi informasi - sharing and connecting - yang kini bisa jalan beriring  dengan media arus utama (mainstream media) yang jauh lebih dahulu eksis, sebutlah koran, majalah, tivi dan sebagainya. Itulah buah dari cara bermimpi yang unik dari kang Pepih.

[caption id="attachment_363045" align="aligncenter" width="620" caption="Fokus setajam mungkin untuk melihat hasilnya | Ilustrasi: youtube.com "]

14203377931876746417
14203377931876746417
[/caption]

Fokus, fokus dan fokus

Sukses itu sebenarnya hanyalah hasil sekumpulan tindakan baik yang diulang secara berdisiplin dengan arah dan tujuan yang telah tergambar jelas di kepala para pemburunya.

Agar bisa berdisiplin dan fokus menyusun batu bata bangunan kesuksesan yang anda impikan maka siapkanlah cetak biru langkah demi langkah yang akan anda tempuh untuk mewujudkannya.

Apakah anda ingin pembuktian dari apa yang sebut the power of focus? Ambillah lensa pembesar (magnifier) dan tempatkan di bawah matahari di atas sehelai kertas. Perhatikanlah bahwa kertas itu tidak akan pernah terbakar selama tidak ada satu upaya menciptakan suatu titik fokus yang dapat menghasilkan titik panas yang mampu membakar kertas.

Begitu pula dalam urusan kehidupan. Saya belajar banyak dari orang-orang yang pantas disebut sukses, makanya sayapun baru beberapa waktu belakangan ini kembali fokus setelah sebelumnya perhatian terpecah kemana-mana. Itu karena godaan banyaknya tawaran dan alternatif yang ternyata tidak membawa saya lebih jauh dalam urusan peningkatan kualitas hidup kecuali sebatas materi.

Godaan akan lebh mudah ditepis kalau kita memiliki fokus prioritas mengenaihal-hal yang PENTING untuk peningkatan kualitas hidup. Jadi waktu bisa benar-benar bermakna investasi karena ada hasil yang lebih besar yang dapat diperoleh di kemudian hari, bukan sekedar pengeluaran habis yang hasilnya hanya sesaat.

Jadi kembali kepada inti diskusi ini, bahwa anak-anak memang pantas bila belum jelas maunya apa karena hanya merespon apa yang tersaji di depan matanya. Imajinasi dan kreativitasnya belum berkembang sempurna.

Namun bagi mereka yang karena usianya telah pantas disebut dewasa, kemampuan imajinasinya pasti sudah berkembang sempurna dan kreativitasnya juga bisa memikirkan berbagai alternatif. Makanya kalau belum jelas maunya apa dalam kehidupan ini, tak mungkin lagi disebut anak-anak,jadinya disebut saja kekanak-kanakan. Mau bagaimana lagi? Jadi waspadalah sahabatku, gelar kekanak-kanakan bisa mengenai siapa saja, termasuk saya dan anda kalau tetap tak tahu apa yang mau dicapai dalam hidup yang sekali ini.Salam Hebat 2015 [@bens_369]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun