Mohon tunggu...
Ben Hutahaean
Ben Hutahaean Mohon Tunggu... Lainnya - SMA

SMA Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anekdot Gus Dur, Berujung Kontroversi

19 Mei 2023   13:27 Diperbarui: 19 Mei 2023   13:30 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anekdot merupakan cerita pendek yang biasanya digunakan di dalam pidato untuk membangkitkan tawa para pendengar sekaligus terdapat pesan yang biasanya bersifat menyindir. Sosok Gus Dur yang humoris dan sering menggunakan anekdot dalam pidatonya bertujuan untuk menghibur serta mengkritik. Tetapi sosok pemimpin negara yang menggunakan anekdot untuk mengkritik sistem pemerintahannya sendiri merupakan hal yang tidak biasa dan jujur membuat saya kecewa.

Anekdot adalah cerita pendek yang bersifat menggelitik dan bertujuan untuk menghibur pendengarnya. Tetapi anekdot juga memiliki pesan didalamnya yang biasanya bertujuan untuk menyindir atau mengkritik. Anekdot biasanya digunakan dalam pidato agar pendengarnya terhibur. Dalam membuat teks anekdot juga diperlukan kaidah kebahasaan yang berlaku.

Salah satu anekdot yang pernah diceritakan oleh Gus Dur yakni "Jembatan Surga-Neraka yang tak Pernah Selesai". Berikut merupakan anekdot yang diceritakan oleh Gus Dur, penghuni surga yang berasal dari Indonesia berunding dengan penghuni neraka.
"Mereka berembuk dan sepakat ingin membangun jembatan. Jembatan itu nantinya akan menghubungkan surga dan neraka, sehingga baik penduduk surga dan neraka bisa saling mengunjungi," kata Gus Dur seperti dikutip dari buku, "Gus Dur, Kisah-kisah Jenaka dan Pesan-pesan Keberagaman karya Marwini".

Masing-masing pun membentuk panitia. Penghuni neraka yang ditunjuk menjadi panitia pembangunan langsung bekerja merancang struktur bangunan. Tak lama berselang pembangunan jembatan dari neraka menuju surga pun selesai dibangun.
Namun, penghuni surga yang ditunjuk menjadi panitia tidak kunjung menyelesaikan proyek pembangunan jembatan. Jangankan bangunannya, rancangan jembatan nya saja belum jadi.

Karena itu, penghuni neraka marah kepada penghuni surga. "Jembatan kami sudah selesai, sementara kalian ini masih belum melakukan apa-apa," kata para penghuni neraka.
"Lah, bagaimana bisa kami mengerjakan pembangunan jembatan ini? Wong pimpinan proyeknya, pemborong nya, dan juga menteri-menterinya di neraka semua," kata penghuni surga.

Di dalam cerita pendek ini Gus Dur mengatakan bahwa pimpinan proyek, pemborong, dan menteri-menteri semuanya berada di neraka. Sehingga hal ini seperti merendahkan mereka yakni para pimpinan proyek, pemborong, dan menteri yang merupakan pemegang jabatan.

Fungsi dari anekdot ini adalah untuk menghibur dan membangkitkan tawa para pendengarnya. Tetapi anekdot ini bertujuan untuk memberi pesan dan mengkritik sistem pemerintahan yang terdapat masalah atau konflik di dalamnya.

Kritik dan pesan yang ingin disampaikan oleh Gus Dur melalui anekdot ini masih terjadi sampai sekarang. Dimana, sistem dan anggota pemerintahan masih ada yang melakukan kecurangan, kebohongan dan penipuan didalamnya. Sehingga sistem pemerintahan Indonesia masih belum berjalan dengan lancar. Misalnya, di Indonesia masih sering terjadi korupsi, dimana pemegang tanggung jawab suatu proyek malah menggunakan dan mencuri dana yang diberikan untuk proyek tersebut. Oleh karena itu proyek ini malah menjadi kasus yang dapat menghambat proses keberlangsungan proyek tersebut.

Sifat humoris yang dimiliki oleh Gus Dur memiliki sisi positif untuk memberikan kritikan dan pesan kepada pemerintah, politikus, dan masyarakatnya serta menghibur penonton dan pendengar pidatonya. Tetapi, hal ini juga memberikan kesan yang buruk dan menjadikannya bersifat kontroversial. Gus Dur yang merupakan presiden dan pemimpin negara harus memiliki pendirian dan sifat yang bijak dalam menentukan keputusan. Oleh karena itu, sebaiknya Gus Dur berlaku selayaknya seorang pemimpin negara yang baik dan bijaksana, dan bukan mengkritik tetapi mencari sebuah solusi. (JRO/16)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun