Sebagai makhluk sosial dengan kehidupan yang amat berdinamika, akan ada banyak sekali permasalahan-permasalahan yang datang menghampiri dan seringnya tanpa solusi. Masalah finansial menjadi hambatan terbesar dan masih menumpuk segudang penyelesaian untuk dilakukan.Â
Namun pada hakikatnya, permasalahan finansial ini tidak dapat terselesaikan apabila kita tidak memiliki manajemen waktu yang baik, serta keterampilan dan kemampuan mumpuni. Manusia tidak memiliki kebolehan untuk mendapat hal-hal tersebut secara cuma-cuma, mereka haruslah berusaha bergerak dan berkembang agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Tetapi manusia, tidaklah ditakdirkan untuk mampu menguasai semua keahlian di dunia ini. Manusia kemudian dibagi menjadi beberapa golongan, agar siklus kehidupan mereka dapat berjalan lebih seimbang seiring dengan tinggi rendahnya skala sosial. Golongan-golongan tersebut memiliki fungsi dan tujuan mereka masing-masing demi menyukseskan dan menjalankan pekerjaan sebagai makhluk berakal.
Sama halnya dengan tatanan pemerintahan sebuah negara---seperti yang kita ketahui---terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, bertujuan untuk menyeimbangkan fungsi serta peran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya peranannya dalam kehidupan tersebut, interaksi sosial dan budaya juga haruslah memiliki pembagian layaknya demikian---berkeluarga dan bertetangga---termasuk di lingkungan pendidikan, contoh besarnya kampus. Para mahasiswa tentunya akan memiliki kontribusi tersendiri berdasarkan peran yang mereka ambil. Oleh karena itu, kita dapat menemukan lembaga-lembaga dengan tugas dan tanggung jawab serupa di dalam sebuah universitas ataupun institut.
Badan Eksekutif Mahasiswa atau seringkali disebut BEM, merupakan organisasi mahasiswa intra kampus yang memegang kendali sebagai lembaga eksekutif tingkat universitas/institut. Dalam proses berjalannya administrasi dan mobilitas kampus, BEM mengambil peran besar sebagai wadah mewujudkan karya para pemuda dan juga salah satu bentuk pengabdian kepada mahasiswa agar dapat menjadi penggerak dalam berkarya untuk Indonesia.
Segelintir mahasiswa mungkin saja tidak tau akan eksistensi organisasi ini di sekitar mereka, padahal sejak baru saja dinyatakan menjadi seorang mahasiswa dari sebuah universitas, sepertinya kita sudah sering berjumpa dengan organisasi yang satu ini. Sebagai lembaga eksekutif yang bertugas menghubungkan mahasiswanya dengan kampus, BEM telah menjalankan satu dari sekian banyak daftar tugasnya dalam membantu mahasiswa. Seluruh informasi yang didapatkan oleh para calon mahasiswa, mahasiswa baru, hingga mahasiswa lama, diberikan secara lengkap dan cuma-cuma oleh BEM. Tak hanya penyalur aspirasi dan informasi, sedikitnya BEM juga menyediakan wadah untuk para mahasiswanya mengembangkan diri mereka masing-masing.
Sebuah kontradiksi dari segudang kontribusi BEM untuk membantu mahasiswa, muncul dan menghadirkan berbagai prasangka yang membuat masing-masing dari mereka kemudian meragukan urgensi dipertahankannya BEM sebagai lembaga organisasi tertinggi di kampus. Beberapa suara sumbang mengaku tidak banyak terbantu dari eksistensi BEM di sekitarnya, bahkan mengklaim bahwa para fungsionaris BEM hanya sekadar mejeng di sana untuk bisa dikenal banyak pihak. Kesibukan mereka juga disebut-sebut sebagai penyebab utama rusaknya nilai akademik mahasiswa pada lembar indeks prestasi di setiap akhir sesi.
"BEM menurut saya secara personal adalah wadah untuk saya mengabdi di perguruan tinggi dan Indonesia ketika saya berstatus sebagai mahasiswa, serta sebagai wadah saya untuk saya belajar dan mendewasakan diri dalam meningkatkan kemampuan softskill, kepemimpinan, public speaking, relasi, dll." Kata M. Chory Firdaus, selaku Ketua BEM Universitas Diponegoro tahun 2021 dalam Kabinet Baskara Karya. Bukankah pernyataan ini cukup untuk dijadikan argumentasi atas pernyataan sebelumnya? Bahwa realita aktivitas BEM tidak semurah dan semudah itu untuk dilakukan.
Sebagai penerap kebijakan kampus, BEM berharap dapat menjadi jembatan dalam penyaluran aspirasi mahasiswa, serta tertampungnya keresahan dan isu-isu mereka. Sekiranya, BEM haruslah menyertakan mahasiswa di setiap tindak dan tanduknya---yang juga untuk mahasiswa.Â
Dengan dijalankannya berbagai program kerja untuk memajukan dan menyejahterakan mahasiswa, BEM tidak hanya membantu dalam hal internal, melainkan juga dengan hubungan mahasiswa kepada dunia luar. Contohnya mitra-mitra yang ikut membantu proses pembelajaran mahasiswa selama menjadi pelajar.Â
Dalam wawancara bersama Chory, ia mengaku bahwa BEM pernah membantunya dalam mencari informasi mengenai beasiswa, yang mana hal ini sangatlah penting dan krusial untuk seorang mahasiswa dalam usaha mereka meng-upgrade diri.
Pada kenyataannya, banyak mahasiswa merasa terbantu dengan kehadiran BEM di kampus. Setidaknya bagi mereka, BEM adalah organisasi yang telah banyak melayani mahasiswa dalam hal mobilitas di dunia perkuliahan. Tak jarang dari mereka yang merasa termotivasi dengan adanya kepengurusan BEM di dalam fakultas, bahkan ranah universitas.Â
Sedikitnya, para fungsionaris BEM telah diajarkan bagaimana menjadi lebih peka dan lebih bijaksana atas amanah yang diberikan. Karena tak jarang, mereka diharuskan mampu menyesuaikan waktu kuliah dan waktu berorganisasi mereka agar tetap berkesinambung. Capaian utama yang menjadi keinginan terbesar BEM, tentunya agar mampu menjadi penyalur wadah yang baik serta dapat mencerminkan citra mahasiswa yang profesional dan bertanggung jawab, untuk kampus itu sendiri juga Indonesia.
Selain manfaat atas pengabdiannya kepada mahasiswa, anggota fungsionaris BEM juga mendapat banyak sekali keuntungan dari menjadi bagian dalam kepengurusan. Berkembangnya soft skill juga hard skill adalah poin penting yang pastinya mereka dapatkan dari sana. Munculnya jiwa kepemimpinan, kerjasama kuat, dan manajemen waktu akurat merupakan bonus dari pengorbanan para fungsionaris untuk terus mempertahankan integritasnya sebagai lembaga eksekutif.
Beradaptasi dalam lingkungan kompetitif bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi bukan juga tidak mungkin disukseskan. Hadirnya BEM di tengah-tengah mahasiswa, ternyata cukup mampu membantu mereka agar bisa lebih adaptif dan kreatif di lingkup tempat mereka melanjutkan rencana masa depannya. Lagi-lagi, fungsi BEM sebagai lembaga penampung dan penyalur aspirasi, menjadi lebih nyata pengaruhnya ketika kita berbicara mengenai permasalahan sosial yang tak masuk akal.
Oleh karena itu, BEM telah berhasil menjunjung tujuannya sebagai lembaga eksekutif yang bertanggung jawab. Turut mengembangkan kompetensi dan memaksimalkan segala peluang dalam diri mahasiswa serta pengaruh lingkungan di sekitarnya agar mahasiswa dapat merealisasikan perannya sebagai Agent of Change juga Social Control yang bersinergi dan independen tanpa melupakan pengamalan demokrasi seiring dengan tugasnya menjadi fasilitator antar satu sama lain.Â
Dengan konsistensi yang adil dan penyebaran informasi lebih luas, BEM selaku lembaga mahasiswa, dapat selalu bergerak secara konkrit, tanpa memandang kepentingan pribadi ataupun kelompok, dan diharapkan mampu membawa nama baik universitas dan institut atas eksistensi tingginya. *)paw
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H