Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka Indonesia: Guru Tetap Dibebankan oleh Administrasi

10 Juni 2024   17:20 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:56 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Pretty Jelita Oktovielda (Pendidikan Geografi)

Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia. Kurikulum Merdeka yang sedang dilaksanakan di Indonesia tentu menjadi peluang baik bagi guru untuk lebih bebas berkreasi dalam mengembangkan metode pengajaran yang
kreatif dan inovatif sesuai yang dibutuhkan oleh para siswa . Sebagaimana disebutkan di situs resmi Direktorat Jenderal Kemendikbud, yai tu Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar setiap siswa. Fleksibilitas ini bertujuan untuk mendorong pembelajaran yang lebih aktif. Namun, dibalik peluan g ini terdapat tantangan yang dihadapi oleh guru yaitu beban administrasi yang tetap harus ditangani oleh guru seringkali menghambat implementasi secara
baik dari Kurikulum Merdeka. Sehingga administrasi yang menumpuk dapat mengurangi waktu dan energi dala m proses penerapan pembelajaran kurikulum ini.

Guru memegang peran penting dalam proses pengajaran dalam penerapan kurikulum merdeka. Guru harus mampu mengidentikasi potensi, minat, dan kebutuhan belajar siswa untuk merancang dan melaksanakan pembelaj aran yang sesuai. Selain itu, guru juga harus menjadi fasilitator yang mendorong kemandirian dan kreativitas siswa dalam belajar. Namun, meskipun diberikan kebebasan dalam metode pengajaran guru masih diberikan beban administrasi seperti modul ajar, pelapo ran, dokumentasi, hingga evaluasi yang kompleks.

Beban Administrasi yang bertumpuk menjadi salah satu kendala utama dalam keberhasilan kurikulum merdeka. Tugas tugas administrasi yang berlebihan membuat guru kehilangan banyak waktu yang seharusnya digun akan untuk mengembangkan metode pembelajara n yang inovatif dan interaktif. Situasi ini menimbulkan urge nsi untuk menemukan solusi yang dapat meringankan beba n administrasi guru tanpa harus mengorbankan kualitias pendidikan.

Dalam pendidikan, guru memegang peran kunci dalam membimbing, menginspirasi, dan membentuk generasi mendatang. Guru merupakan profesi yang luar biasa dalam membentuk masyarakat dan masa depan generasi mendatang, sehingga ada yang menyebutkan bahwa guru
merupakan pekerjaan tanp a tanda jasa. Mereka tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas pembentukan karakter dan kepribadian anak anak. Kesuksesan banyak profesi bergantung pada kontribusi guru dalam memberikan dasar pengetahuan dan
keterampilan kepada siswa.

Dengan terbitnya Kurikulum Merdeka, guru dihadapkan pada sejumlah tuntutan yang berbeda dan lebih kontekstual. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (MENDIKBUDRISTEK) dilansir dalam medcom id menyebutkan yang menjadi salah satu hambatan peningkatan mutu dunia pendidikan adalah persoalan administrasi. Nadiem Makariem mengatakan tak sedikit beban administrasi guru lebih banyak dibandingkan tanggung jawab mengajar.

Beban administrasi yang berat berdampak negatif pad a efektivitas guru dalam melaksanakan tugas utama nya sebagai pendidik. Sebagaimana yang dilansir akun media sosial TikTok Agus Salim tahun (2023 31 06) Akun Ne nk'NuR mengomentari "bahwa guru harus bisa membagi waktu antara mengajar dan mengerjakan adminis trasi". Banyak guru yang merasatertekan oleh tugas tugas administrasi yang tidak ada ha bisnya. Hal ini bisa berpotensi penurunan kualitas pembelajaran dan menurunkan motivasi guru.

Selain itu, guru juga diharapkan mampu untuk bisa menggunakan teknolog i dan sumber daya digital dalam pelaksanaan KBM. Selanjutnya, tuntutan kepada guru tidak berhenti pada proses mengajar tetapi guru juga harus melaksanakan evaluasi yang holistik dan formatif. Guru perlu mampu mengambangkan m etode metode supaya tercapainya pencapaian siswa, dan tidak hanya berfokus pada tes akhir semester.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun