Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akademia: Kesenjangan Makin Curam, Pendidikan adalah Jalannya

7 Oktober 2023   17:55 Diperbarui: 7 Oktober 2023   18:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKADEMIA: KESENJANGAN MAKIN CURAM, PENDIDIKAN ADALAH JALANNYA

Kesenjangan sosial semakin menimpa negara ini, dengan kedua golongan masyarakat anatara yang kaya dan miskin yang justru memilih saling sikut. Penyelesaiaan masalah ini terhambat kenyataan lapangan masih sulit disingkarkan, salah satunya faktor penerimaan pendidikan yang tak merata.

Program Kerja Akademia kembali terhelat di kampus FKIP UHAMKA. Kegiatan ini berada di bawah arahan kerja bidang Keilmuan BEM FKIP UHAMKA, pada edisi kali ini membahas terkait problematikan sosial yakni kesenjangan. BEM FKIP UHAMKA juga bekerjasama dengan HIMAFI UHAMKA pada diskusi kali ini.

Tema pembahasan kali ini ialah "Pendidikan yang Berkeadilan : Menjembatani Kesenjangan untuk Semua Peserta Didik". Isu yang diangkat beralasan sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini, mahasiswa diminta untuk menyadari bahwa kesenjangan dapat menciptakan penderitaan bagi masyarakat.

Bertempat di Taman FKIP UHAMKA pada tanggal 23 Juni 2023, dengan cuaca yang sejuk peserta hadir berbondong untuk mengikuti kegiatan diskusi ini yang sudah berjalan sebanyak 14 edisi. Diantara keindahan bunga-bunga, mahasiswa saling berdiskusi untuk menyuburkan intelektulitasnya.

Kedua pemantik yang berkesampatan dalam mengisi Akademia keempatbelas ialah Sholehudin dan Syifa Nurul. Serta seorang moderator yang akan memandu jalannya diskusi agar lebih terarah bernama Putri Sri.

Akademia dibuka oleh Putri dengan memberikan pandangan umum terkait tema pembahasan, serta aturan diskusi. Kemudian ia meminta agar peserta dapat membaca esai yang telah dipersiapkan dahulu, pembacaan esai ini bertujuan agar para peserta mendapatkan pemahaman dasar terkait tema.

Syifa menjadi pemantik pertama dipersilahkan oleh moderator untuk memantik diskusi, ia memberikan gambaran kondisi lingkungan pendidikan yang sungguh menyedihkan khususnya di daerah perdesaan yang jauh dari pemerintah pusat.

"Kondisi lingkungan pendidikan masih mengkhawatirkan, sebelum bicara tentang fasilitas di sekolah, kondisi akomodasi dan transportasi untuk menuju ke sekolah sudah di luar bayangan. Bayangkan siswa yang masih SD harus menuju bukit seberangnnya dengan berjalan kaki untuk bersekolah." Ungkap Syifa.

Ungkapan ia ini bukan sekadar bualan belaka, karena ia menambahkan bahwa kenyataan lapangan ini ia lihat sendiri saat kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Bogor.

"Jadi mereka (para siswa) memilih untuk lebih baik langsung bekerja dan mendapatkan uang, alih-alih bersekolah yang memiliki resiko tinggi. Rendahnya motivasi untuk sekolah diperparah dengan anggapan mayoritas keluarga disana yang minim tingkat pendidikannya" Lanjut Syifa.

Kemudian setelah Syifa, bergantian dengan Soleh untuk mengisi sesi diskusi. Ia memberikan pantikan terkait pemahaman dari hakikat keadilan menerima pendidikan.

"Pendidikan berkeadilan memiliki arti bahwa pendidikan didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia secara adil, bukan serta merta sama rata. Artinya disini peran pemerintah untuk memberikan uluran tangan lebih kepada masyarakat yang sulit mendapatkan pendidikan." Ujar Soleh.

Sholeh menambahkan, "Faktor adanya ketidakadilan pada pendidikan dapat beragam, salah satunya adannya perbedaan sumber daya alam. Suatu daerah yang memiliki sumber daya alam yang bagus, akan mendapatkan bantuan dari pihak pemerintah atau swasta untuk membangun pendidikan di negerinya."

BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA

Kemudian moderator menginstruksikan kegiatan diskusi beralih ke diskusi, setiap peserta diperkenankan apabila ingin menyumbang pemikirannya terkait isu yang dibahas.

"Sistem pendidikan negara indonesia tidak dapat disamakan dengan sistem pendidikan yang ada di negara lain, perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia sangatlah luas dengan beragam kondisi geografisnya. Perbedaan kondisi inilah yang perlu dipertimbangkan oleh kebijakan pemerintah yang sesuai" ujar peserta.

"Indikator kesuksesan atau keberhasilan suatu sistem negara berbeda-beda, kritik terhadap penilaian sistem pendidikan ini menyadari bahwa upaya yang dapat dilakukan suatu negara tidak selalu mesti mengikuti negara lain. Ada unsur kearifan lokal yang dapat dimaksimalkan" Tambah seseorang peserta.

Setelah beberapa peserta memberikan tanggapannya, moderator mengakhiri kegiatan Akademia kali ini. Peserta juga melakukan doa bersama, setelah kedua pemantik berkesempatan memberikan kalimat penutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun