AKADEMIA: KESENJANGAN MAKIN CURAM, PENDIDIKAN ADALAH JALANNYA
Kesenjangan sosial semakin menimpa negara ini, dengan kedua golongan masyarakat anatara yang kaya dan miskin yang justru memilih saling sikut. Penyelesaiaan masalah ini terhambat kenyataan lapangan masih sulit disingkarkan, salah satunya faktor penerimaan pendidikan yang tak merata.
Program Kerja Akademia kembali terhelat di kampus FKIP UHAMKA. Kegiatan ini berada di bawah arahan kerja bidang Keilmuan BEM FKIP UHAMKA, pada edisi kali ini membahas terkait problematikan sosial yakni kesenjangan. BEM FKIP UHAMKA juga bekerjasama dengan HIMAFI UHAMKA pada diskusi kali ini.
Tema pembahasan kali ini ialah "Pendidikan yang Berkeadilan : Menjembatani Kesenjangan untuk Semua Peserta Didik". Isu yang diangkat beralasan sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini, mahasiswa diminta untuk menyadari bahwa kesenjangan dapat menciptakan penderitaan bagi masyarakat.
Bertempat di Taman FKIP UHAMKA pada tanggal 23 Juni 2023, dengan cuaca yang sejuk peserta hadir berbondong untuk mengikuti kegiatan diskusi ini yang sudah berjalan sebanyak 14 edisi. Diantara keindahan bunga-bunga, mahasiswa saling berdiskusi untuk menyuburkan intelektulitasnya.
Kedua pemantik yang berkesampatan dalam mengisi Akademia keempatbelas ialah Sholehudin dan Syifa Nurul. Serta seorang moderator yang akan memandu jalannya diskusi agar lebih terarah bernama Putri Sri.
Akademia dibuka oleh Putri dengan memberikan pandangan umum terkait tema pembahasan, serta aturan diskusi. Kemudian ia meminta agar peserta dapat membaca esai yang telah dipersiapkan dahulu, pembacaan esai ini bertujuan agar para peserta mendapatkan pemahaman dasar terkait tema.
Syifa menjadi pemantik pertama dipersilahkan oleh moderator untuk memantik diskusi, ia memberikan gambaran kondisi lingkungan pendidikan yang sungguh menyedihkan khususnya di daerah perdesaan yang jauh dari pemerintah pusat.
"Kondisi lingkungan pendidikan masih mengkhawatirkan, sebelum bicara tentang fasilitas di sekolah, kondisi akomodasi dan transportasi untuk menuju ke sekolah sudah di luar bayangan. Bayangkan siswa yang masih SD harus menuju bukit seberangnnya dengan berjalan kaki untuk bersekolah." Ungkap Syifa.
Ungkapan ia ini bukan sekadar bualan belaka, karena ia menambahkan bahwa kenyataan lapangan ini ia lihat sendiri saat kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Bogor.