Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akademia: Bahasa Indonesia Dahulu Sumpah Persatuan Pemuda, Kini Mulai Ditinggalkan Pendidikan

6 Oktober 2023   21:04 Diperbarui: 6 Oktober 2023   21:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah masih menjadi perdebatan akademisi, apakah perlu Bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib ? atau pertanyaan mengapa siswa mudah bosan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ? Jawabannya yang coba digali dalam Akademia ini.

Akademia keempat telah berlangsung dengan tajuk “Peran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Digital”, yang dihadiri dua pemantik, yakni Yudha Tria (Ketua Bidang 1 Organisasi dan Kaderisasi BEM FKIP UHAMKA 2022-2023), dan Jasmine Kurnia (Wakil Ketua Umum HIMA PBSI FKIP UHAMKA 2022-2023).

Jasmine menjadi pemantik pertama dalam jalannya diskusi ini dengan memaparkan terkait definisi Bahasa dan kurikulum secara teoritis. Selain itu, ia juga menjelaskan terkait kurikulum di era digital sebagai pembelajaran yang temporal kini.

“Bahasa merupakan alat komunikasi untuk interaksi di tengah masyarakat. Bahasa begitu dekat pada masyarakat dan tidak dapat dilepaskan dalam tatanan bermasyarakat itu sendiri. Kurikulum era digital bersifat dinamis mengikuti tuntutan zaman dan pandangan ahli dalam penyesuaiannya”, ujar Jasmine.

Pandangannya terhadap bahasa tersebutlah yang coba ia sampaikan agar peserta menambah wawasan terkait kebahasaan. Selain itu salah satu pilar penting dalam pembelajaran ialah kurikulum, dinamisme perubahan kurikulum dalam pendidikan Indonesia dianggap menjadi persoalan yang tak kunjung usai.

Selanjutnya giliran pemantik berikutnya Yudha untuk memantik diskusi. Yudha menjelaskan terkait sejarah pergantian kurikulum demi kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimulai tahun 1947 sampai Kurikulum terbaru yakni Kurikulum Merdeka.

Menurut Yudha, “Kurikulum yang memiliki perubahan terus menerus inilah yang menimbulkan pertanyaan “ada apa ? “ di satuan pendidikan“.

Yudha juga menambahkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat dihapus begitu saja dalam kurikulum yang ada di Indonesia. Karena menurutnya bahasa Indonesia dapat memberikan pemahaman kepada siswa dalam berkomunikasi yang efektif dan efisien.

“Peran (pembelajaran) bahasa Indonesia agar sebuah pembelajaran efektif dan efisien. Bayangkan apabila tidak ada pembelajaran bahasa Indonesia, guru menjadi sulit untuk mengajarkan siswa terkait menulis dan berbicara yang tepat.” Ujar Yudha.

Dokpri
Dokpri

Diskusi selanjutnya diarahkan kepada peserta untuk saling menanggapi dan melempar pertanyaan. Terdapat berbagai pandangan mengenai bahasa dan pendidikan, salah satunya peserta yang menyatakan pendapatnya dalam upaya mempertahankan bahasa Indonesia.

“Berbagai kondisi telah mengakibatkan bahasa Indonesia terkikis sedikit demi sedikit. Salah satu upaya ialah pendampingan orang tua dan lingkungannya untuk mempertahankan bahasa Indonesia melalui interaksi atau pendidikan.” Ujar salah satu peserta.

Pendampingan yang dimaksud merupakan penanaman penggunaan bahasa Indonesia oleh lingkungan keluarga, karena sudah terdapat tren yang justru menyuruh anak menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.

Selanjutnya terdapat pendapat peserta mengenai wacana Kurikulum Merdeka yang tengah diuji coba oleh pemerintah untuk menjadi kurikulum baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu kritik di Kurikulum Merdeka yakni masih sangat minimnya porsi pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.

Seorang peserta menyatakan, “Kurikulum Merdeka masih sangat minim implementasinya di Indonesia, dan bahasa Indonesia memiliki porsi yang sedikit. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dilakukan dengan variatif, dan terkesan monoton padahal pembelajaran ini sangat berdampak bagi siswa nantinya.”

Akademia ini merupakan Akademia keempat yang dilaksanakan pada Selasa, 7 Februari 2023 di Lapangan Miring FKIP UHAMKA. Terdapat 35 peserta yang hadir turut meramaikan diskusi kali ini. Akademia keempat ini merupakan hasil kolaborasi antara BEM FKIP UHAMKA dan HIMA PBSI FKIP UHAMKA.

Terakhir diskusi ditutup oleh moderator setelah berbagai pandangan. Bahasa Indonesia harus tetap dipertahankan dalam dunia pendidikan karena dampaknya bagi siswa Indonesia, jangan sampai karena derasnya arus globalisasi, bahasa yang seharusnya menjadi identitas nasional justru tergerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun