Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akademia: Sisi "Radikal" dalam Mahasiswa yang Terasingkan

17 Januari 2023   18:05 Diperbarui: 17 Januari 2023   19:03 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nana menambahkan bahwa menurut pandangannya terdapat empat faktor penyebab lunturnya gairah pergerakan dalam mahasiswa; 1) Disorientasi, 2) Disrupsi, 3) Literasi, 4) Kepekaan Sosial. Empat faktor inilah yang sejauh ini mengganggu nilai-nilai mahasiswa.

1) Disorientasi artinya tidak ada tujuan jelas bagi mahasiswa dalam menjalankan fungsinya. 2) Disrupsi atau perubahan zaman yang mengharuskan mahasiswa dapat menafsirkan kondisi di zamannya. 3) Pemaknaan Literasi yang sekadar membaca buku, bukan pengimplementasiannnya dalam kehidupan. 4) Terakhir, kepekaan sosial yang mulai menghilang dalam diri mahasiswa sehingga merasa eklusif.

dokpri
dokpri

Diskusi selanjutnya berjalan dengan tanggapan dari beberapa peserta yang hadir. Seorang peserta menilai bahwa radikal dapat membantu mahasiswa untuk melakukan pergerakan dengan disertai filsafat. 

“Berpikir secara radikal dalam filsafat dapat dianalogikan, filsafat sumurnya dan radikal rebagai katrolnya” ucap seorang peserta. 

Peserta lain juga mempertanyakan bagaimana mahasiswa yang dahulu tahun 1998 berjuang atas nama rakyat, namun sekarang justru duduk di kursi parlemen untuk membela kepentingan pribadi. Peserta tersebut mempertanyakan apakah ada cara agar tidak ada mahasiswa yang seperti itu lagi.

“Realitas tersebut yang telah tercipta ketika seseorang sudah mengerti akan kebutuhan hidupnya dan mendapat keuntungan. Dibutuhkan moralitas dalam menghadapi moralitas”, Jawab Agus.

Nana menambahkan, “Dalam cerita koboy tadi, ia lebih memilih menghilang karena ia sadar jika ia tetap disana ia akan menjadi pemimpin, dan itu yang dapat melunturkan idealismenya.”

Diskusi berlanjut dengan pendapat salah seorang peserta tentang bagaimana stigma di masyarakat yang salah dalam memaknai kata “radikal” disebabkan karena pendapat yang mayoritas selama ini dan coba diputarbalikan oleh pihak-pihak tertentu.

“Kebenaran bersifat abu-abu, suatu yang salah akan menjadi benar jika (kebenaran tersebut) mayoritas. Radikal justru dikaitkan dengan stigma keagamaan oleh masyarakat”, ungkap salah satu peserta.

Akademia kedua dilakukan di lantai 2 gedung Graha Mahasiswa UHAMKA, terjadinya hujan  deras tidak mengurungkan niat mahasiswa untuk hadir dalam kegiatan ini. Total terdapat 40 mahasiswa yang hadir dalam memeriahkan diskusi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun